Part 2

Kampus Horror

Part 2

[Lo di mana, Gi?] Stevina membaca chat yang telah dikirimnya untuk Agia.

[otw dah dkt] Balasnya singkat menandakan Agia sedang mengendarai sepeda motornya.

Stevina memasukkan kunci mobil kedalam tas setelah menekan tombol mengunci. Dihirupnya napas kuat-kuat dan dihembuskan dengan cepat. Dengan ragu Stevina melangkahkan kaki menuju kelas.

Saat berjalan melewati warung bawah pohon, Stevina menghentikan langkah untuk melihat ke arah warung sebentar. Kemudian ia memutuskan untuk membeli air mineral.

“Pagi, Bu!” Sapa Stevina ramah kepada Ibu Warung.

“Pagi, Non. Mahasiswa baru, ya?” Dengan ramah Ibu Warung menyapa Stevina.

“Iya, Bu. Benar.” Stevina memperkenalkan diri dengan menyebut nama dan jurusan perkuliahannya. Sejurus kemudian Stevina mengambil sebotol air mineral berukuran enam ratus mili liter.

“Berapa, Bu?”

“Tiga ribu rupiah, Non Stevina."

“Panggil saja Stevina, Bu.” Sahut Stevina seraya menyerahkan uang lima ribu rupiah.

Dilihatnya di bawah meja dekat kaki Ibu warung, terdapat seorang anak perempuan yang sangat lucu sedang menulis-nulis kertas dengan pulpen ditangannya.

“Ini Stevina, kembaliannya." Ibu warung menyerahkan uang dua ribu rupiah kepada Stevina.

“Itu siapa, Bu?”

“Anak saya. Yang nomor empat."

“Usianya berapa?”

“Satu setengah tahun, Non. Eh, Stevina.”

“Wah pinter banget ya. Anteng nemenin Ibunya jualan."

“Iya sudah terbiasa dari kecil saya ajak di sini. Tapi sudah dua bulan tidak berjualan karena kampus sedang libur."

“Oh pantas saja dua minggu lalu Ibu tidak ada di sini ya, Bu."

“Dua minggu lalu? Non Stevina ngapain ke kampus dua minggu lalu?” Tanya Ibu Warung terlihat sangat kaget dengan mimik wajah yang berubah menjadi tegang.

“Survey tempat, Bu. Karena ini pertama kalinya saya ke daerah sini. Jadi takut tersesat."

Belum sempat Ibu Warung menjawab, Agia datang dengan motornya. Stevina melambai ke arah Agia yang sedang membuka helm dan jaket lalu memasukkannya kebawah sadel sepeda motor.

“Mari, Bu. Saya duluan ya."

“Terima kasih ya, Non Stevina."

Stevina menuju arah parkir ke tempat Agia. Agia mengedarkan pandangan ke area tempat parkir.

“Sudah banyak mahasiswa yang datang ya, Stev. Jadi nggak sepi lagi deh."

“Iya. Padahal masih pagi, tapi sudah pada datang. Mungkin antusias awal perkuliahan kali ya."

Mereka berdua berjalan menuju area kampus.

"Kunci sepeda motornya sudah diambil, Gi?"

Agia memeriksa lagi kantong kecil ditasnya untuk memastikan keberadaan kunci seleda motornya.

"Sudah. Makasih ya, sudah ingetin gue."

"Supaya enggak kejadian lagi kunci sepeda motor disembunyiin satpam!" Sahut Stevina dengan tawa kecil mengingat kejadian beberapa waktu lalu saat Agia tanpa sengaja meninggalkan kunci sepeda motornya di tempat parkir sebuah swalayan. Nasib baik satpam swalayan yang menemukan, bukan orang jahat. Kalau itu terjadi, lain lagi jalan cerita hidup mereka.

Rumput-rumput yang dua minggu lalu masih tinggi, kini telah terpangkas rapi nan asri.

Tanpa ada yang memberikan aba-aba Stevina dan Agia tidak berjalan mengelilingi gedung untuk menuju kelas mereka di Gedung A. Tapi mereka menyeberang melewati rumput.

Dalam diam mereka berjalan menuju Gedung A. Sesampai di depan Gedung A, Stevina memperhatikan pintu kelas yang berisikan kertas dengan tulisan tahun angkatan milik mahasiswa baru.

Mereka memasuki kelas dan mengedarkan pandangan ke sekeliling.

“Duduk di mana?” Tanya Agia.

Stevina berjalan menuju baris ketiga dari depan.

“Di sini yuk!”

Agia mengikuti dari belakang dan menaruh tas di atas bangku, sebelah kiri Stevina.

Dalam diam Agia mengamati isi kelas.

Kelas ini lumayan besar. Dibuktikan dengan mampunya kelas ini menampung delapan puluh dua orang mahasiswa yang baru saja memulai hari sebagai pelajar di universitas.

Papan tulis berwarna putih membentang lebar di depan puluhan bangku. Meja untuk dosen yang diletakkan sekitar dua meter dari papan pun cukup besar.

Bangku mahasiswa dibagi menjadi dua. Sayap kanan dan sayap kiri. Kini Stevina dan Agia berada di bagian sayap kiri.

Kondisi kelas sangat terang karena memiliki banyak sekali kaca jendela yang menempel pada tembok disebelah kanan dan kiri. Itulah yang menyebabkan dengan bebasnya sinar mentari memasuki ruang kelas.

Karena jendela yang besar dan banyak, segala hal di luar kelas terlihat sangat jelas.

Begitu pun Gedung D yang terdapat tepat di seberang jendela kelas.

Agia berdiri dan berjalan pelan menuju jendela bagian kiri. Agia melihat banyak mahasiswa jurusan dan angkatan lain yang hilir mudik ke sana ke mari. Kebanyakan mereka yang baru datang dan menuju kelasnya masing-masing. Atau ada juga yang berjalan bergerombol menuju warung.

Mata Agia kemudian perlahan mengarah Gedung D yang kini tepat berada di seberang Agia yang telah dipisahkan dengan tembok kelas dan juga halaman kampus yang luas. Di lantai bawah terdapat dua kelas yang mengapit tangga menuju lantai dua. Terlihat aktifitas mahasiswa jurusan lain di kelas itu melalui jendela.

Kemudian mata Agia menuju lantai dua. Dengan kondisi kelas yang sama persis memiliki jendela yang besar dan banyak. Namun Agia tidak bisa melihat keadaan di dalam kelas lantai dua, tentu saja karena bangunan kampus yang tinggi. Sementara posisi Agia di lantai satu.

Sedetik kemudian seseorang terlihat di jendela kelas sebelah kiri yang bersebelahan dengan Gedung C.

Mahasiswi itu melihat kearah depan. Lalu tiba-tiba ia melihat ke bawah. Tepat ke arah Agia.

Agia terkejut dan dengan cepat Agia tersenyum ke arah mahasiswi itu.

Mahasiswi itu terlihat sendu, tidak membalas senyuman dari Agia. Kemudian tangannya bergerak menangkup di depan dada. Lalu berbalik dan tidak terlihat lagi.

Agia masih mematung dengan bingung. Lalu Agia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan apakah mahasiswi itu berinteraksi dengannya atau orang lain di kelas ini. Tapi hanya ia seorang yang sedang berdiri dekat jendela.

Agia membalikkan badan dan berjalan menuju bangkunya. Dilihatnya Stevina sedang berbicara dengan kawan baru.

Tidak memerlukan waktu yang lama jika bergaul dengan Stevina. Karena dia memiliki karakter yang sangat ramah dan menyenangkan.

Dengan wajah cantik dan kulit bersih, Stevina sering menjadi pusat perhatian. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai dengan indah. Gaya bicaranya pun mampu menghipnotis lawan bicara menjadi otomatis mendengarkan Stevina dengan seksama.

“Hai, lo Agia kan? Gue Rasti."

“Oh hai, gue Agia.” Rasti dan Agia berjabatan tangan.

“Boleh gue duduk di sana?” Tanya rasti menunjuk bangku kosong di sebelah kiri Agia.

“Boleh, silahkan.”

Tanpa menunggu, Rasti berjalan melewati Stevina dan Agia, kemudian segera meletakkan tubuhnya di bangku.

“Lo tinggal di mana, Gi?”

“Di Teuku Umar. Kalau lo, di mana?”

“Rumah gue deket sini. Nanti mampir yuk!”

“Boleh. Tapi gue nggak ngerepotin nanti?”

“Nggaklah. Deket banget kok. Paling cuma 7 menit dari kampus."

“Oke deh. Nanti sepulang kuliah ya."

Tiba-tiba kelas mulai penuh terisi oleh mahasiswa. Wajah baru. Teman-teman baru. Semangat baru.

Ternyata dosen pengajar mata kuliah jam pertama sudah datang. Pembelajaran hari itu dihabiskan dengan perkenalan.

Tanpa terasa sembilan puluh menit telah habis. Dosen pengajar yang bernama Ibu Ella segera beranjak meninggalkan kelas dan menuju ruang dosen di Gedung C.

“Ke kantin yuk, Gi!” ajak Rasti.

“Ayo, gue ikut!" Stevina menyahut ajakan Rasti.

“Gue di kelas aja deh, guys."

“Ih serem ah di kelas sendirian. Soalnya hiiii!"

Rasti tidak melanjutkan kata-katanya.

“Apaan sih lo nakut-nakutin gue." Stevina menyahut sambil merengut.

“Memangnya kalau gue cerita kalian siap?”

“Apaan?” Sahut Stevina dan Agia bersamaan.

"Di kampus kita ada hantunya." sahut Rasti berbisik.

Agia melirik Stevina. Sedangkan Stevina menatap Agia khawatir.

"Kok respon kalian biasa aja?" Rasti terlihat kecewa.

"Lantas, lo maunya respon kita kayak gimana?" Stevina balik bertanya.

Belum sempat Rasti menyahut, Agia menggamit lengan Rasti dan Stevina seraya berucap,

"Sudahlah, jadi ke warung nggak?"

"Kantin, Gi. Bukan warung." Ralat Rasti memperbaiki kata-kata Agia.

"Iya kantin."

Mereka berjalan bertiga menuju kantin. Ternyata sebuah gerobak bakso telah terparkir rapi di sebelah kantin bawah pohon.

Ramai mahasiswa mengantri untuk membeli bakso.

Agia melihat ke arah kedua temannya seraya bertanya,

"Ada yang mau bakso?"

Kedua temannya berbarengan menggelengkan kepala.

Tidak ada yang menarik perhatian untuk mereka beli. Sehingga, mereka memutuskan untuk berjalan ke arah kursi taman yang berada di ujung kampus. Bersebelahan dengan gedung A.

Dari tempat mereka duduk, nampak laut biru terhampar luas. Angin semilir menerpa wajah-wajah dengan mimpi dan angan besar untuk masa depan masing-masing.

Beberapa mahasiswa berjalan ke arah mereka. Tepatnya bangku taman yang kosong di samping mereka.

"Halo, boleh gabung?" Tanya salah satu dari mereka.

"Silahkan.." Sahut Stevina singkat disertai senyumnya yang menawan.

"Mahasiswa baru ya?"

"Iya, benar." Stevina menyebutkan jurusan dan tahun angkatan mereka.

"Oh satu tingkat dibawah kita. Kelas kita di Gedung B. Di atas. Ohya, nama gue Damar."

"Gue Stevina, yang ini Agia, dan satu lagi Rasti."

"Gue Bagi,"

"Gue Ratna, dan ini pacar gue Bimo."

Mereka saling berkenalan satu sama lain. Lalu dengan hati-hati Agia bertanya kepada kakak-kakak senior.

"Kalau di Gedung D lantai atas, angkatan berapa, Kak?"

Ratna memandang Bagi dengan tatapan ngeri.

"Gedung D lantai dua sudah kosong bertahun-tahun. Nggak pernah terpakai sama sekali." Sahut Bagi menjelaskan.

"Entah ada konslet listrik atau bagaimana, di lantai dua nggak bisa dialiri listrik. Jadi akan sangat sulit untuk melakukan proses belajar dan mengajar." Sambung Bagi.

"Tapi, melalui berita-berita yang beredar, kelas itu ada penunggunya." Ratna menambahi informasi yang membuat semua menahan napas.

"Ah, kamu kebanyakan nonton film hantu, Yang. Jadinya apa-apa dikaitkan sama hantu." Bimo mencemooh Ratna dengan gemas.

"Kan aku bilang berita yang beredar. Kalau aku sendiri sih amit-amit deh ngelihat yang begituan." Ratna tak mau kalah.

Tanpa ada yang memberikan aba-aba, mereka mengarahkan pandangan pada kelas atas Gedung D.

***

Terpopuler

Comments

‧͙⁺˚*・༓☾ ⊱ʚDziiɞ⊰ ☽༓・*˚⁺‧͙

‧͙⁺˚*・༓☾ ⊱ʚDziiɞ⊰ ☽༓・*˚⁺‧͙

sepeda motor Thor bukan seleda motor

2023-12-29

0

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Mahasiswi yg diliat sama agia pasti hantunya...

2023-04-25

2

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓪𝓹𝓪 𝓭𝓲 𝓼𝓲𝓷𝓲 𝓶𝓾𝓵𝓪𝓲 𝓹𝓮𝓽𝓾𝓪𝓵𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷𝓷𝔂𝓪 𝓶𝓮𝓻𝓮𝓴𝓪🤔🤔🤔🤔🤔

2022-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!