Part 13

Kampus Horror

Part 13

Beberapa hari ini perasaanku tidak nyaman. Aku merasa sedang diikuti seseorang.

Setiap hari berjalan kaki dari asrama ke kampus sendirian. Banyak teman-teman yang menawari tumpangan bahkan berbaik hati ingin menjemput ke asrama

Semua kutolak dengan berbagai alasan. Awalnya aku bermaksud agar tidak merepotkan dan menjadi suatu ketergantungan pada orang lain.

Di kota besar seperti ini, apa mereka bisa dipercaya? Apakah mereka tulus untuk berteman?

Dari pada menyesal dikemudian hari, lebih baik aku jaga jarak saja. Lebih mudah hidup sendiri tanpa harus memikirkan perasaan orang lain.

Namun, pagi ini terasa berbeda. Ada rasa was-was dalam diri tentang sesuatu yang tak kuketahui.

Semua berawal saat Bapak Dekan Fakultas Sastra memanggilku.

Beliau menawarkan untuk beasiswa tambahan untukku. Padahal setauku setiap mahasiswa hanya bisa memiliki satu program beasiswa saja.

Tak serta merta aku langsung menolak. Karena aku pikir, beasiswa tambahan itu tentu peluang yang bagus untuk meningkatkan kehidupan.

Tidak seperti sekarang. Uang saku yang diberikan pemerintah hanya lima puluh delapan ribu rupiah saja perbulan. Ya walaupun aku tak perlu lagi membayar apapun seperti uang asrama, uang spp, uang gedung atau berbagai macam keperluan akomodasi perkuliahan.

Aku harus pintar mengatur semua keperluan agar terpenuhi pangan utama yaitu isi perut.

Bapak Dekan beropini bahwa aku pantas untuk menerimanya. Nilai akademisku selalu meningkat selama tiga semester ini. Bagaimana tidak? Kegiatanku setiap hari hanyalah belajar. Sepulang dari kampus, aku akan mampir sebentar ke perpustakaan rektorat. Hampir semua buku yang menurutku menarik telah kulahap tanpa jeda.

Jika bosan, aku akan berkunjung ke kampus fakultas lain. Bisa ke Fakultas Hukum, karena banyak pengetahuan tentang kehidupan yang benar dan salah menurut negara Indonesia.

Tapi yang paling aku senang adalah Fakultas Pariwisata. Di sini ada banyak sekali informasi tentang dunia. Tak bosan-bosannya aku membayangkan jika suatu hari bisa mengunjungi salah satu negara di benoa Eropa.

Di perpustakaan Fakultas Pariwisata juga banyak menyediakan brosur-brosur tentang lowongan pekerjaan dari dalam negeri hingga luar negeri.

Tak sabar rasanya menyelesaikan perkuliahan ini. Bila waktunya tiba, aku akan berjuang dan terus mencoba untuk melamar pekerjaan di luar negeri.

Belum selesai aku membayangkan bagaimana kelak kehidupanku di luar negeri, ada seorang petugas perpustakaan rektorat menempelkan suatu pengumuman di papan informasi perpustakaan Fakultas Pariwisata.

Ternyata itu lowongan pekerjaan paruh waktu di Fakultas Sastra sebagai asisten Tata Usaha.

Karena terlalu seringnya aku mampir, petugas perpus sampai akrab denganku.

“Coba dulu, dari pada kamu nongkrong di sini terus.” Begitu saran dari petugas perpus.

Tidak ada salahnya untuk mencoba. Besok aku akan berkunjung ke ruang Tata Usaha.

Ada juga beberapa mahasiswa dan dosen dari Fakultas Pariwisata sering tersenyum ramah padaku.

Bapak Andi sering memberikan rekomendasi tentang buku-buku menarik yang ada di perpustakaaan. Selalu buku yang disaran dari Pak Andi menjadi deretan buku terbaik yang pernah aku baca.

Kadang beliau menaruh sebuah tas yang di dalamnya berisikan beberapa minuman dan makanan kecil.

Bahkan pernah suatu hari diletakkannya sebuah nasi kotak di atas meja. Nasi kotak bagiannya saat rapat. Begitu tuturnya.

Entahlah. Mungkin wajahku saat itu begitu kentara menahan lapar. Aku sengaja menunda makan siang sampai pukul 16:30. Maksudku agar sekalian ditutup sebagai makan malam.

Pukul 20:00 aku sudah mematikan lampu dan beranjak tidur, agar esok paginya terbangun pukul 04:00. Aku terbiasa membantu Mbah penjual nasi kuning di seberang asrama. Tak perlu bayaran. Cukup sebungkus nasi kuning sebagai sarapan sudah sangat membahagiakanku.

Sebetulnya Mbah masih sangat kuat untuk berjualan sendiri tanpa aku. Namun, karena Mbah sering merasa kasihan, aku diajaknya untuk bekerja.

Awalnya aku sering diberikan nasi sisa jualan. Menu sudah tidak lengkap. Paling sering nasi kuning berisikan tempe dan mi sayur. Tanpa sambal. Karena orang-orang sangat menggemari sambal buatan Mbah.

Aku tidak mau terus menerus diberikan kemudahan oleh Mbah. Maka aku putuskan untuk membantunya. Apa saja aku kerjakan.

Mbah mulai berjualan dari pukul 06:00. Semua dilakukannya sendirian. Sering kali jam buka bergeser menjadi agak siang jika Mbah bangun kesiangan.

Tapi semenjak aku bersamanya, jam buka selalu tepat dan pengunjung bertambah.

Menurut Mbah, sangat tepat jika membawa bunga untuk berjualan.

“Kamu datang lagi?” Tanya Pak Andi mengagetkanku.

“Iya Pak, lagi bikin tugas.” Sahutku ramah

“Sudah makan?”

“Belum, Pak. Tapi nanti sepulang dari sini saya cari makan.”

“Nih ada snack box. Tadi seminar dan ada tiga box lebih. Buat kamu ya.” Ditaruhnya tiga box putih yang terbuat dari kertas di atas meja perpus tempatku menulis.

“Terima kasih, Pak. Selalu saja saya merepotkan Bapak.”

“Dari pada dibuang. Kasihan terbuang percuma.”

Tanpa basa-basi Pak Andi segera berlalu dari perpustakaan.

Pak Andi adalah seorang dosen honorer di Fakultas Pariwisata. Beliau mengajar mata kuliah Bahasa Inggris.

Dari penuturannya, beliau tamatan Fakultas Sastra sama sepertiku. Namun beda jurusan.

Dari penampilannya Pak Andi seperti orang yang berada. Tapi cukuplah kebaikannya aku terima hanya sebatas sebuah relasi di dunia perbukuan saja.

***

“Dari mana, Asih?”

“Dari perpus, Kak.”

“Sudah makan?

“Sudah tadi makan kue, Kak.”

“Kok makan kue saja? Saya temani makan ya? Saya tunggu di sini. Jangan lama.”

Asih terdiam menatap lelaki tampan nan rupawan yang kini tersenyum kearahnya.

Sungguh, Asih tidak bisa berkata tidak kepadanya. Namun, hati kecilnya berusaha untuk menolak. Dirinya takut jika semua ini hanyalah indah diangan saja.

Hampir setiap hari dia muncul dengan sedan hitamnya. Penampilannya belum bisa disaingi oleh siapapun yang pernah dilihat Asih. Dia yang terbaik.

“Nanti pakai ini ya.” Dia menyodorkan tas belanjaan.

Asih membukanya dan terkejut. Terdapat tas selempang berwarna merah berbahan kulit dengan gantungan berbentuk kunci berwarna emas.

Tidak pernah sebelumnya Asih melihat benda sebagus dan sebaik itu.

“Mengapa saya harus menerima ini?”

“Perempuan yang cantik harus menggunakan barang yang cantik pula.”

Bersemu pipi Asih tanpa bisa menahan gejolak di dalam dada.

Asih pamit sebentar untuk ke kamarnya di asrama mahasiswa.

***

“Dua ratus tujuh puluh dua ribu, Kak.”

Damar menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu.

“Kembaliannya ambil aja.” Damar mengambil pizza yang masih berada ditangan kurir tersebut.

“Wah, terima kasih banyak, Kak. Ini lebihnya banyak sekali.”

“Sama-sama. Semoga berguna ya.”

Damar menutup pintu gerbang rumah Stevina setelah kurir ojek online benar-benar pergi.

Stevina beranjak menuju rak piring untuk mengambil set alat makan untuk empat orang setelah melihat Damar memasuki pintu depan.

Agia dan Bagi masih asik menekuni kuaci walaupun mata tetap memandang film yang sedang berlangsung di televisi.

“Yuk kita makan dulu. Udahan nguyah kuaci, ‘ntar perut lo numbuh bunga matahari.” Ucap Damar sambil memperagakan tumbuhan bunga matahari yang sedang menghadap ke arah timur.

Agia tertawa lalu mengambil remote televisi untuk menghentikan sebentar film yang sedang berputar.

Bagi beranjak lebih dulu dari Agia menuju meja makan rumah Stevina.

Mereka menikmati makan siang dengan lahap dibarengi dengan tawa canda. Kadang pembicaraan mereka menjadi serius, lalu kembali berakhir menjadi gelak tawa.

***

“Gue pengennya nggak ada yang perlu dirahasiain diantara kita. Gue mau kita saling jujur sekarang.” Stevina membuka pembicaraan setelah semua selesai menikmati makanan.

“Memangnya siapa yang punya rahasia?” Tanya Agia.

Stevina melirik Bagi. Kemudian Agia mengikuti arah mata Stevina menuju Bagi.

Bagi yang ditatap oleh dua pasang mata menjadi kikuk.

“Apa? Kok gue?” Bagi lalu melihat ke arah Damar.

“Lo udah cerita ya ke Stevina?”

Damar mengangguk dengan senyum nakal diwajahnya.

Bagi menghela napas kasar lalu mulai membuka suara.

“Oke. Sekarang gue jujur deh. Kakek gue itu adalah dekan Fakultas Sastra saat Asih hilang dulu. Tapi sepuluh tahun lalu sudah pensiun. Udah, ‘kan?”

Agia memandang Bagi diam beberapa detik. Benang-benang yang terasa bersekat tanpa ujung kini bergerak bertautan mencari sambungannya.

“Kenapa Kakak nggak cerita?” Stevina bertanya layaknya seorang wartawan.

“Ya gue rasa nggak ada kaitannya juga ‘kan. Gue juga takut kalau sampai punya pikiran bahwa kakek gue tau sesuatu. Gimana ya gue bilangnya. Kalian ngerti nggak sih maksud gue?”

“Coba bayangkan seandainya, anggaplah kakek gue punya peran untuk menutupi bahkan mendiamkan seorang mahasiswi yang hilang. Gue harus gimana coba?”

Bagi yang kini telah berubah mimik wajahnya menjadi muram menundukkan kepalanya.

“Seandainya pun begitu, nggak akan mengurangi perasaan aku ke Kakak, kok.” Agia menggenggam erat tangan Bagi yang terkulai lemas di atas meja.

Semua mata kini tertuju pada tangan Agia dan Bagi.

“Kenapa? Nggak boleh ada rahasia diantara kita, bukan?”

Semua tertawa bahagia, karena kini mengetahui bahwa mereka tidaklah sendiri. Mereka memiliki sahabat-sahabat yang akan selalu siap ada saat senang maupun susah.

“Kalau kamu, Gi. Kamu punya rahasia apa lagi?” Tanya Bagi. Wajahnya sudah kembali normal. Malah sekarang terlihat jauh lebih baik karena tahu bahwa perasaannya bersambut.

“Aku? Apa ya?”

“Aku penasaran sama pendapat kamu tentang Om Deni.”

“Om Deni? Kenapa memang Om Deni?” Tanya Damar heran.

Agia melihat yang lain satu per-satu.

“Di kaki kirinya Om Deni ada bayi bergelayutan.”

Terpopuler

Comments

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Nah bener kan makhluk itu bayi.. Mesti anaknya si deni itu mah..

2023-04-25

0

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓪𝓹𝓪 𝓲𝓽𝓾 𝓫𝓪𝔂𝓲 𝓐𝓼𝓲𝓱 𝔂𝓪🤔🤔🤔🤔🤔🤔

2022-10-11

0

Else Widiawati

Else Widiawati

apa itu anaknya asih??

2022-05-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!