Part 18

Kampus Horror

Part 18

Berhamburan mereka secepat mungkin meninggalkan kelas di lantai dua. Tidak terkecuali Agia.

Kini mereka berada di kursi taman dekat pohon mangga. Wajah pucat pasi, sulit bernapas karena melewati banyak hal menegangkan.

Tanpa suara. Tanpa kata. Mereka berdiam dengan segala pikiran mereka masing-masing.

Dalam diam Ratna memeriksa hasil rekaman video tadi pada kameranya.

Pada menit ke tujuh detik ke lima puluh delapan Ratna memekik keras.

“Kenapa, Kak?” Rasti mendekati dan ikut melihat hasil rekaman.

“Divideo ada penampakan Asih!” Seru Ratna seraya menekan tombol putar ulang.

Semua mendekat. Terlihat pada adegan Damar membuka pintu kelas. Setelah ia menyebutkan kata ‘permisi’ sesosok perempuan dengan wajah menyeramkan berdiri dekat jendela terekam jelas dari kamera Ratna.

Masih menyisakan rasa terkejut karena baru pertama kali dalam hidup mereka-kecuali Agia tentu saja-melihat penampakan makhluk astral. Tiba-tiba debumam keras terdengar dari kelas di lantai dua. Semua tersentak dan membeku.

“Suara apa, tuh?” Damar membuka suara.

“Ayo kita lihat!” Ajak Bagi menarik tangan Damar.

“Gue ikut!” Agia berlari menuju Damar dan Bagi.

Sesampainya di ujung tangga atas, pintu kelas telah tertutup. Damar berusaha membuka knop pintu namun gagal. Pintu kelas telah terkunci.

Mereka saling pandang lalu kembali berlarian turun meninggalkan lantai dua.

“Siapa yang mengunci pintu? Secara jelas gue ingat kalau gue orang terakhir yang meninggalkan kelas, tapi gue nggak ingat tutup pintu.” Wajah Bagi sangat pucat mengingat segala kejadian yang telah mereka lalui hari ini.

“Apa mungkin Asih merasa terganggu dengan kita?” Stevina mengeluarkan spekulasi.

Agia menggeleng.

“Sekarang kita pulang dulu ya. Kalian pasti capek.” Agia meminta semua rekan-rekannya untuk menghentikan kegiatan hari ini.

Dengan cepat Ratna membuka memori kameranya dan memberikan kepada Agia.

“Gue nggak mau nyimpen sesuatu yang menyeramkan begini!” Dengan cepat Ratna berjalan menuju mobilnya di parkiran dan mengemudikan mobilnya.

“Ayo, Kak. Kita antar Rasti pulang.” Agia meminta Damar segera menghidupkan mobilnya.

***

“Gue nggak berani cerita tadi karena ada Kak Ratna dan Rasti.”

“Cerita apaan?” Stevina membalas suara Agia yang tiba-tiba keluar setelah mengantarkan Rasti pulang terlebih dahulu.

“Semua ini memang ada hubungannya dengan Kak Bagi.”

“Aku?”

Agia mengangguk.

“Asih menunjuk Kakak dengan tatapan marah."

"Lo sempat ganggu-ganggu Asih, ya?" Tanya Damar.

"Buat apa coba?"

"Kak. Gimana caranya supaya aku bisa ngobrol bareng Om Deni?"

"Kamu punya feeling tentang Om Deni?"

Agia mengangguk.

"Coba aku cari ide dulu ya."

"Lo harus ditemenin Kak Bagi lah. Nanti takut Om Deni tersinggung terus jadi gimana-gimana." Stevina menambahkan.

***

Damar memutar kembali hasil rekaman video milik Ratna di laptopnya. Damar mengeraskan volume video untuk memastikan ada atau tidak suara milik Asih yang terekam.

Hingga akhir video, tak terdengar suara aneh ataupun mencurigakan.

Damar mendesah kasar karena merasa hal ini begitu rumit.

Kemudian ia putuskan untuk menelepon Pak Runa.

"Halo, Pak. Apa kabar?"

"Damar ya? Saya lagi sibuk sekali ini sekarang."

"Oh maaf, Pak. Maaf sekali lagi jika saya mengganggu."

"Bukan. Dirimu bukan mengganggu. Malah saya pengen diskusi sama kamu dan teman-temanmu."

"Diskusi apaan, Pak?"

"Besok siang jam satu kita ketemu di gerai kopi, ya."

"Baik, Pak."

***

"Beberapa hari lalu saya iseng ke asrama Asih. Saya dapat informasi bahwa memang benar Asih sedang dekat dengan seseorang."

Pak Runa menyesap kopinya pelan.

Agia, Bagi, Stevina, dan Damar diam menunggu Pak Runa menyelesaikan kata-katanya.

"Saya sudah berkeliling mencari tahu siapa sebenarnya orang ini. Bahkan saya mengumpulkan nama-nama senior. Tapi tak saya temukan."

"Bapak tahu namanya?" Tanya Bagi pelan-pelan dengan penuh keraguan.

Pak Runa mengangguk.

"Katanya, Asih biasa memanggil orang itu Kak Den."

Mereka saling tatap tak percaya.

"Tapi saya belum juga menemukannya. Siapa tahu dengan berbicara dan membahas bersama kalian, kita bisa menemukan setitik saja cahaya untuk menyelesaikan segala teka-teki ini."

"Jujur, saya merasa bersalah membiarkan Asih dekat dengan orang lain yang tidak dikenalnya."

"Itu semua bukan salah Bapak. Bukan tanggung jawab Bapak untuk melindungi Asih. Lagi pula Bapak juga tidak tahu kan apa saja kegiatan Asih diluar jam kuliah?" Agia memberikan pembelaan kepada Pak Runa yang terlihat sedikit frustasi.

"Jika sampai bulan depan kita tidak menemukan di mana Asih, saya akan benar-benar melupakannya."

"Maaf ya, Pak. Karena kami Bapak kembali mengingat sosok Asih." Damar merasa emosional Pak Runa kurang baik saat ini.

***

Setelah berpamitan dengan Pak Runa, Agia dan Bagi menuju kantor Tata Usaha Fakultas Sastra untuk memastikan Om Deni benar senior Asih saat itu.

Sedangkan Damar dan Stevina menuju asrama mahasiswa untuk mencari sesosok Kak Den yang dimaksud oleh Pak Runa. Tidak lupa Bagi memberikan bekal foto Om Deni saat muda dulu.

Kini mereka menyerahkan segalanya kepada Tuhan untuk membimbing ke jalan yang baik. Jika memang ini waktunya, agar disegerakan menemukan titik terang.

***

Tidak banyak informasi yang didapatkan dari petugas Tata Usaha. Namun, dengan kuasa Tuhan, mereka mengetahui bahwa Asih pernah bekerja sebagai pekerja paruh waktu di Tata Usaha bagian administratif.

Sayangnya, petugas Tata Usaha yang bekerja saat itu telah pensiun.

Bagi memutuskan untuk mendatangi alamat petugas yang mereka ketahui bernama Ibu Gita.

***

Berbekal informasi dari Pak Runa, Stevina dan Damar kini berada di rumah makan cucu Si Mbah.

Betapa beruntungnya mereka mendapati Mbah sedang duduk santai memandang kendaraan yang berlalu lalang di depan.

Setelah selesai menyantap masakan yang dibuat oleh cucu Si Mbah, Stevina menyapa Mbah.

"Halo, Mbah. Bagaimana kabarnya? Sehat Mbah?"

"Adik siapa ya? Apa saya kenal?"

Stevina tersenyum ramah.

"Enggak, Mbah. Saya kenalnya sama Mbah cuma lewat cerita saja."

"Saya datang kemari untuk mencari kenalan saya yang hilang tiga puluh lima tahun lalu, Mbah."

Si Mbah dan cucunya terlihat terkejut.

"Apa ini perihal Mbak Asih?" Tanya cucu Si Mbah.

Stevina mengangguk pelan.

"Bapak namanya siapa?" Stevina mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Saya Agus." Jawabnya seraya menyambut uluran tangan dari Stevina.

"Saya Stevina. Dan ini teman saya, Damar."

"Kami datang kemari dengan maksud untuk memastikan laki-laki yang biasa mengajak Asih pergi, apakah orang ini?" Stevina segera menyerahkan foto Om Deni kepada Pak Agus.

"Iya benar. Itu dia Kak Den yang sering mengajak Mbak Asih!"

"Bener, Gus? Itu sudah lama sekali masak kamu masih ingat?"

"Iya, Mbah. Karena cuma Kak Den ini saja yang pernah saya lihat menggunakan ikat pinggang seperti huruf X itu. Tapi Kak Den tertawa saat itu. Dia bilang itu bukan huruf X, tapi L dan V disatukan. Baru setelah Agus besar Agus mengerti. Itu adalah merk mahal."

Stevina dan Damar tidak dapat berkata-kata lagi. Tidak tahu harus berkata apa.

"Kalian dapat foto ini dari mana?"

Stevina tidak menjawab.

"Salah satu teman Asih yang meberikannya, Pak. Kami ucapkan banyak terima kasih atas informasinya. Semoga Asih segera ditemukan."

"Temukanlah, Nak. Asih itu anak yang baik dan jujur. Tidak pernah Mbah menemukan anak rajin seperti dia. Seandainya dia masih ada," Mbah menerawang mengingat kenangannya bersama Asih dulu.

Stevina dan Damar pamit lalu segera masuk ke dalam mobil.

Agus memperhatikan kedua anak muda itu. Lalu dengan tergesa-gesa Agus menuju mobil mereka.

Stevina segera membuka jendela.

"Ada apa, Pak?"

"Entah info ini penting atau tidak. Kekasih Mbak Asih biasa menjemput dengan mobil sedan berwarna hitam. Di depan dan belakangnya berisikan logo H."

"Semua informasi dari Pak Agus sangat membantu kami. Sekali lagi terima kasih ya, Pak"

***

Terpopuler

Comments

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Deni gak membunuh asih.. Cuma gak tanggung jawab aja karena asih bukan orang kaya..

2023-04-25

0

Putri Seven Manalu

Putri Seven Manalu

seru...certinya

2022-06-02

0

Mommy syantik💕

Mommy syantik💕

makin serrruuuuuuu
beruntung deh keputusan baca novel ini

2022-04-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!