Chapter 20

Davina tersenyum sendiri mengingat wajah lucu Zio saat dirinya diam-diam melihat percumbuan sepasang remaja di dalam bioskop beberapa waktu lalu. Zio yang merasa kesal akhirnya melempar muda mudi yang sedang kasmaran tersebut dengan bekas bungkus popcorn yang ia remuk hingga membentuk bola. Zio juga memelototi remaja tersebut hingga keduanya tak lagi berani berlaku mesum hingga film selesai

"Kenapa senyum-senyum sayang?" Tanya Zio heran.

"Nggak apa-apa, Davina seneng banget hari ini bisa nonton bioskop sama om Zio" Jawab Davina dengan senyum yang tak juga surut.

"Om Zio juga senang" Zio mengusap rambut Davina. Gadis itu bergelayut manja di lengan nya.

"Kita langsung pulang ya? udah jam 9" Ucap Zio.

"Nggak diajak makan malam romantis dulu Davina nya om?" tanya Davina penuh harap.

"Davina lapar?" Padahal tadi sebelum menonton mereka sudah sempat makan malam karena masih ada waktu 30 menit sebelum film dimulai.

"Enggak terlalu lapar sih, kita ngemil ringan aja om biar ngedatenya kayak beneran. Masa langsung pulang" rengek gadis itu.

"Lain kali aja ya, nunggu kamu libur sekolah. Nanti kamu kecapean kalo pulangnya kemalaman. Ingat besok kamu harus sekolah" Zio menahan diri agar tak luluh pada permintaan Davina. Karena menolak keinginan gadis itu adalah salah satu hal tersulit bagi Zio.

"Ya udah pulang aja kalo gitu" Cebik Davina dengan suara khas saat merajuk. Zio berusaha menebalkan telinganya. Ia terus membawa Davina keluar dan berjalan menuju mobilnya.

"Tapi malam minggu jalan lagi ya om?" Saat menyadari bahwa rengekan nya tidak berhasil meluluhkan hati Zio akhirnya Davina mencoba peruntungan lain.

"Iya malam minggu" Zio mengangguk.

"Om Zio emang yang terbaik, Davina sayang banget sama om Zio" Davina memeluk erat Zio.

"Iya om Zio juga sayang Davina" Zio mengucapkannya tanpa menatap ke arah gadis itu, ia tak mau Davina menyadari wajahnya yang memerah.

"Nonton lagi ya om?"

"Iya boleh" Zio lagi-lagi menyetujuinya.

"Yeay Davina bisa ngintip orang pacaran lagi" gadis itu terkekeh. Davina semakin tergelak saat melihat wajah terkejut dari Zio.

"Apa? coba ulangi tadi bilang apa?" Zio menatap curiga pada Davina.

"Enggak maksud Davina kita bisa nonton film yang ceritanya orang pacaran kayak yang kita tonton barusan om. Davina suka banget genre romantis yg seperti itu" elak Davina.

🍁🍁🍁

Davina yang terbangun tengah malam kesulitan untuk tidur kembali, ia sudah bosan memainkan ponselnya. Semua media sosial yang ia miliki sudah ia buka namun kantuk masih belum kembali datang. Padahal jarum jam sudah menunjukkan angka 2 dini hari.

Davina beranjak turun dari ranjangnya, ia berniat ke kamar Zio untuk membangunkan pria itu dan memintanya menemani tidur. Biasanya usapan tangan Zio adalah penghantar tidur yang paling mujarab bagi gadis itu.

Setiba di depan pintu kamar Zio, Davina memutar handle pintu. Ternyata tidak dikunci dari dalam, Davina langsung masuk dan berjalan menuju ranjang pria itu. Tampaknya Zio tertidur dengan lelap hingga tak menyadari kedatangannya. Biasanya Zio mudah sekali terbangun.

Davina duduk di sisi ranjang Zio, kebetulan Zio sedang menghadap ke arahnya hingga ia bisa melihat wajah pria itu, meski tak terlalu jelas karena cahaya lampu yang temaram. Ada rasa kasihan untuk membangunkan Zio yang begitu lelap. Davina yang tak tega memilih untuk mengurungkan niatnya meminta pria itu menemaninya. Sepertinya Zio sangat kelelahan.

Namun saat Davina akan beranjak dari posisinya ia mendengar tarikan nafas pria itu begitu cepat namun berat, seolah ia tengah kelelahan sehabis berlari puluhan kilo meter.

Davina menatap wajah Zio, tampak kerutan di kening pria itu dengan keringat yang memercik di sekitar wajah Zio.

"Om Zio mimpi buruk?" bisik Davina lembut sambil mengusap kening pria itu.

"Om bangun, om Zio mimpi ya?" Davina menepuk-nepuk pipi pria itu. Nafas Zio terdengar semakin berat lalu terdengar rintihan kecil di bibir pria itu. Hal itu membuat Davina khawatir.

"Om Zio bangun! om Zio mimpi apa" Davina membangunkan Zio dengan suara sedikit keras. Tangan nya terus mengusap pipi pria itu.

Zio tampak terkejut, ia membuka matanya dan beranjak dari rebahan nya. Pria itu mengusap keringat dan menangkup wajah pada kedua telapak tangan nya. Ia tampak berusaha mengatur nafasnya yang terengah.

"Minum dulu om" Davina mengusap pundak Zio tangannya yang lain memegang segelas air yang ia ambil di atas nakas samping tempat tidur pria itu.

"Davina? kamu kenapa di sini?" Zio mengangkat wajahnya dan menatap pada Davina yang baru ia sadari keberadaan nya. perasaannya berubah semakin gusar menyadari bahwa Davina melihat dirinya dalam kondisi yang begitu kacau.

"Minum dulu, nafas om Zio berat banget" Davina mengarahkan gelas itu ke bibir Zio. Mau tidak mau pria itu mengambil gelas dan menyesap isinya hingga tandas.

Davina dengan sigap mengambil gelas kosong di tangan Zio dan meletakkannya kembali di atas nakas. Gadis itu kemudian menatap serius pada Zio yang masih terlihat kalut.

"Om Zio mimpi buruk?" Tanya nya lembut sembari memegang pipi Zio. Pria itu tercekat dengan gemuruh hebat di dadanya. Wajah Davina yang diterpa cahaya temaram begitu sendu namun memancarkan kedamaian.

"Iya om Zio mimpi buruk" Zio tak mengelak.

"Ceritain ke Davina om Zio mimpi apa? kenapa bisa mimpi buruk?" Davina menatap tulus pada Zio, ia begitu ingin Zio berbagi kesah padanya. Ia mau Zio tak selalu menunjukkan power di depannya. Sesekali Davina berharap Zio akan menunjuk kan sisi lemah padanya, agar ia merasa dibutuhkan.

"Bukan apa-apa" Zio tersenyum tipis, senyum yang tampak begitu dipaksakan. Davina menghela nafas kecewa karena Zio berusaha menutupi sesuatu darinya.

"Kamu kenapa ke sini hem? jam segini kenapa belum tidur? kebangun ya?" Zio yang sudah berhasil menguasai dirinya balik bertanya.

"Iya Davina kebangun terus nggak bisa tidur lagi. Nyari om Zio mau minta ditemenin sampai Davina bisa tidur"

"Oh gitu, ya udah ayo balik ke kamar kamu. Om temenin"

"Nggak mau ke kamar Davina, di sini aja. Ayo om tidur" Davina merebahkan dirinya dan meminta Zio mengikutinya. Zio mengerti apa yang gadis itu inginkan. Biasanya mereka akan tidur dengan posisi Zio memeluk gadis itu dan tangan nya mengusap rambut Davina hingga terlelap.

Kali ini Zio ragu untuk melakukannya, jika selama ini tak masalah baginya untuk melakukan itu karena ia menganggap Davina sebagai putrinya. Namun sekarang? ia takut dirinya semakin tak bisa mengendalikan perasaan nya. Ia takut semakin tak tau diri lalu berkeinginan untuk memiliki Davina secara utuh sebagai belahan jiwanya.

Terpopuler

Comments

Jung Owi

Jung Owi

...

2023-01-08

0

SeoDivsha-Caiyo kids

SeoDivsha-Caiyo kids

seru

2022-07-09

0

Wijaya Wijaya

Wijaya Wijaya

zio bukan nya egois tapi minder ...merasa gk pantas untuk Davina ... karena rasa bersalah Kepada orang tuanya dulu ... kasihan ...zio

2022-04-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!