Chapter 14

Zio terpana saat mendapati Davina yang berdiri di hadapannya. Gadis kecilnya kini menjelma menjadi sosok yang sangat memukau dengan dress yang dikenakan dan riasan yang sebenarnya sangat natural di wajahnya namun berhasil menonjolkan sisi kecantikan gadis itu secara sempurna.

Ada debaran berbeda di dadanya. Senyuman gadis itu merebut semua perhatiannya.

"Kak Zio hei.." Zio terperanjat saat mendengar suara Yara yang memanggil namanya sambil mengibaskan tangan nya di depan wajah Zio.

"Ada apa" Zio berusaha menetralkan suaranya saat kesadarannya kembali.

"Davina cantik banget kan?" Ucap Yara sambil memainkan alisnya menggoda Zio yang semakin salah tingkah. Pria itu masih berusaha menenangkan debaran jantungnya yang tak menentu.

"Iya cantik banget" ucap Zio berusaha bersikap biasa dan memaksakan senyumnya.

"Kak Yara emang pintar banget om, lihat Davina uda kayak princess beneran" ucap Davina sambil tersenyum. Ia juga berusaha bersikap biasa padahal sebelumnya gadis itu merasakan detakan hebat pada jantungnya saat melihat tatapan Zio yang berbeda dari biasanya.

"Davina memang princess cantiknya om Zio" jawab Zio dengan senyum tipisnya.

"Boleh dong Yara minta hadiah karena uda berhasil mengubah Davina bak seorang princess" Yara tersenyum lebar sambil menadahkan tangannya pada sang kakak.

"Tapi Davina dasarnya uda cantik, kamu pasti nggak harus bekerja terlalu keras untuk mendandaninya hingga secantik ini" ah lagi-lagi jantung Davina berdebar mendengar pujian dari Zio. Entah mengapa kali ini rasanya benar-benar berbeda padahal ini bukan pertama kali Zio memujinya. Mungkin karena tatapan Zio yang tak biasa menjadi penyebab nya. Bahkan Davina merasakan desiran halus yang menggelitik hatinya. Mungkin sekarang wajahnya sudah memerah karena Davina dapat merasakan wajahnya terasa panas.

"Tapi tetap aja ada campur tangan dari kak Yara om, kasih aja hadiahnya. Nggak boleh pelit loh" ucap Davina yang langsung direspon Yara dengan melempar kecupan-kecupan jarak jauh pada gadis itu.

"Ya udah beli apapun yang kamu mau" Zio merogoh sakunya lalu mengeluarkan dompet. Ia mengambil kartu kredit dan memberikannya pada Yara.

"Makasih, kak Zio emang kakakku yang paling baik" Yara menghambur memeluk Zio yang menyeringai malas.

"Besok kita shopping ya Vin" ucap Yara penuh semangat sambil memamerkan kartu kredit di tangannya. Davina mengangguk cepat dengan senyum yang tak kalah lebar.

"Udah yuk sayang berangkat" Zio meraih tangan Davina dan menggenggamnya. Keduanya saling mengalihkan tatapan ke arah lain untuk menyembunyikan rona merah di wajah mereka. Sentuhan kali ini melahirkan sensasi yang belum pernah mereka rasakan selama 12 tahun bersama.

Beberapa kali Zio mencuri pandang pada Davina dan beberapa kali juga pandangan mereka bertemu karena gadis itu juga melakukan hal yang sama. Perjalanan mereka diselimuti keheningan karena masing-masing tengah berusaha meredakan degupan jantung yang tiba-tiba menggila. Sungguh suasana yang tak biasa. Bibir Davina yang biasanya berceloteh tak henti kini lebih banyak terkunci, dan Zio juga kehilangan kata untuk memulai obrolan mereka. Namun tanpa keduanya sadari sejak tadi tangan Zio tak lepas menggenggam tangan Davina dan sepertinya pria itu tak berniat untuk melepaskannya.

🍁🍁🍁

Zio ingin sekali mencongkel mata-mata yang menatap penuh pemujaan pada gadisnya, padahal ia sudah melingkarkan tangan memeluk pinggang Davina dengan posesif, harusnya itu sudah cukup menyatakan kepemilikannya atas diri Davina.

Tapi pesona Davina yang terpancar sepertinya tak bisa menahan mata-mata pria yang hadir di sana untuk tetap menatap kagum pada sosok yang terlihat risih.

"Dandanan Davina aneh ya om?" Bisik Davina.

"Enggak, kenapa memangnya?" Zio sengaja mengusap pipi Davina dengan mesra, pria itu tak sadar bahwa ulahnya membuat Davina seolah tak lagi berpijak pada bumi, tubuhnya terasa melayang.

"Ba-banyak yang liatin Davina dari tadi" Ucap Davina terbata. Ia menundukkan wajahnya agar tak bertemu pandang dengan mata legam Zio yang dinaungi alis tebal, Davina takut tak bisa menyelamatkan diri dari arus pesona Zio yang bisa saja menghempasnya pada perasaan terlarang.

"Itu karena kamu cantik sayang, dan sebenarnya om menyesal mengajak kamu ke sini" Zio menahan geram.

"Ke-kenapa? Davina mempermalukan om Zio?" Davina menatap cepat ke arah Zio dan gadis itu menyesali tindakannya, karena tatapan mata Zio membuatnya lemas seolah tak bertulang. Ia memaki getaran tak tau diri hatinya.

"Bukan, om nggak suka melihat mereka begitu bebas menikmati kecantikan kamu. Membayangkan otak liar mereka berfikir yang tidak-tidak tentang kamu membuat om Zio ingin membakar tempat ini" geram Zio dengan helaan nafas putus asa.

Davina termangu, ia mengumpati Zio atas kata-kata yang pria itu ucapkan karena hatinya jadi semakin sulit untuk ia kendalikan.

"Ah om Zio berlebihan, belum tentu mereka berfikir yang tidak-tidak kan?" Ucap Davina sambil tertawa kecil.

"Om ini laki-laki dewasa sayang, om hafal jenis tatapan laki-laki yang berfikiran liar atau tidak" Tegas Zio.

"Jadi Davina harus gimana?"

"Biasa saja, jangan menatap ke arah mereka. Jangan bersikap ramah apalagi sampai tersenyum. Hal itu akan semakin mengundang perhatian mereka" Zio meraih tangan Davina dan menciumnya. Ia sengaja melakukan gerakan-gerakan untuk menyatakan kepemilikannya pada Davina berharap para pria yang sedang menatap pada gadisnya merasa tau diri. Zio sama sekali tak mempertimbangkan perasaan Davina atas apa yang ia perbuat.

"Hai nggak nyangka ketemu lagi di sini" Perhatian Zio dan Davina teralihkan mendengar suara yang mereka kenali menyapa pada keduanya. Tampak Silla begitu cantik dan anggun berdiri di hadapan mereka dengan senyum merekah. Ia bersama seorang anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun.

"Hai Silla" Zio tersenyum tipis sementara Davina memalingkan wajahnya ke arah Zio, meski kesal namun Davina mengakui sejak dulu Silla tak pernah gagal dalam berpenampilan, wanita itu begitu memahami titik-titik menarik dari tubuhnya hingga ia selalu tepat memilih pakaian yang ia kenakan agar bagian-bagian indah tubuhnya terekspose dengan jelas.

"Kenalkan ini Kenzo putraku, sayang salim sama om dan kakaknya ya?" Silla berbisik pada putranya yang tampan. Davina kembali menatap pada Zio saat mendengar nama putra Silla begitupun dengan pria itu sepertinya Davina dan pria itu memiliki fikiran yang sama. Nama Kenzo memiliki kemiripan dengan Kenzio nama panjang dari Zio. Entah hanya kebetulan atau Silla memang memiliki niatan tertentu.

"Mana suamimu?" tanya Zio setelah menerima uluran tangan Kenzo dan mengusap kepala anak laki-laki Silla yang kini beralih menyalami tangan Davina.

"Sedang bercengkrama dengan rekan bisnisnya" Sekilas Zio melihat senyum getir dari bibir Silla saat ia menanyakan suami wanita yang pernah mengisi hatinya tersebut.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Sry Rahayu

Sry Rahayu

makin seru ni

2022-12-02

0

💦

💦

meskipun kamu lagi ada masalah dengan suamimu,tapi jangan punya pikiran buat deketin zio lagi ya sill...

2022-09-01

0

Echa Angelia Putri

Echa Angelia Putri

please,, jgn ada konflik pelakor2 yg tdk mudah di hempaskan..,

2022-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!