Weekend kali ini Zio menuruti permintaan Davina untuk jalan-jalan ke mall. Davina bilang ingin makan eskrim sepuasnya setelah sempat libur hampir satu bulan mengkonsumsi makanan dingin itu beberapa waktu karena Zio melarang Davina yang sempat terkena flu. Padahal Eskrim adalah makanan kesukaan nya.
"Enak sayang?" Melihat Davina yang begitu bersemangat memakan es krim rasa green tea kesukaan nya sampai area bibirnya belepotan memberikan rasa bahagia di hati Zio. Keceriaan Davina adalah obat bagi luka di hatinya meski masih menganga namun bisa meminimalisir rasa pedihnya.
"Enak banget, Davina sayang banget sama om Zio" ucap Davina tersenyum pada Zio sekilas lalu kembali menikmati es krim milik nya.
Zio terkekeh, Davina selalu mengungkapkan perasaan sayang nya tiap kali Zio memberikan atau melakukan apapun yang membuatnya senang.
"Sayang sama om Zio karena dibolehin makan es krim? kalo nggak dibolehin masih sayang nggak?" tanya Zio iseng, pria itu mengusap area sekitar bibir Davina yang belepotan dengan tissue
"Tetap sayang om" Davina menatap serius pada Zio.
"Wah makasih ya, om juga sayang banget sama Davina" Zio mengusap rambut lebat gadis kecil itu.
"Sama-sama om" Davina tersenyum lebar. Es krim miliknya telah tandas, dari ekspresi wajahnya Zio tau Davina masih menginginkan nya. Namun mengingat Davina sudah menghabiskan satu cup yang cukup besar bagi seorang Zio yang tak begitu menyukai makanan dingin dan manis itu maka Zio tak ingin menawari nya lagi.
"Kita pulang atau Davina mau jalan-jalan dulu? Davina mau ke mana lagi?" Hari sudah siang, sudah waktunya bagi Davina untuk istirahat. Tadi sebelumnya mereka sudah berkeliling membeli perlengkapan Davina juga beberapa boneka kesukaan gadis itu.
"Mau pulang aja om" Zio mengangguk. Ia tau Davina tampak lelah dan mengantuk.
Setelah membayar, ia meraih tangan Davina untuk ia genggam. Keduanya berjalan keluar dari mall menuju parkiran. Hari ini Zio sengaja tak mengajak Siska ikut serta karena ingin memaksimalkan kebersamaannya hanya berdua dengan Davina.
Setibanya di parkiran Zio menghentikan langkahnya saat mendapati sosok Silla yang baru turun dari mobil. Kekasihnya tidak sendiri, ia berjalan bersama seorang pria. Zio mengenalinya dia adalah sahabat Silla yang berprofesi sebagai model juga seperti Silla. Zio tau Silla cukup dekat dengan pria yang bernama Rando tersebut.
"Lihatlah sekarang kamu tau kan Rando, betapa menyedihkan nasip aku. Weekend begini bukan nya jalan sama pacar malah jalan sama sahabat sendiri, karena pacar aku lebih memilih untuk berjalan dengan gadis kecilnya. Dia selalu saja nggak ada waktu buat jalan berdua sama aku" Sindir Silla dengan mata menatap tajam penuh kekecewaan pada Zio. Bibirnya membentuk senyum sinis.
Davina menatap takut pada Silla, dulu ketika kedua orang tuanya masih ada Davina pernah bertemu dengan Silla yang dibawa oleh Zio. Saat itu Silla tampak ramah dan bersikap sangat manis padanya, namun akhir-akhir ini ia tau Silla sangat tidak menyukainya. Raut wajah Silla terlihat menyeramkan di matanya tiap kali Zio mengajaknya bertemu dengan Silla. Tak ada senyum ramah dan pertanyaan-pertanyaan penuh perhatian terucap dari bibir gadis cantik itu. Karena itu Davina mulai merasa tidak nyaman dan tak begitu suka jika harus bertemu dengan Silla.
"Aku ini pacar yang nggak dianggap, bocah kecil ini sudah merebut semua perhatian Zio dari aku" Rando yang kerapkali menjadi teman curhat Silla hanya tersenyum datar. Ia tak tau harus bersikap bagaimana di depan sepasang kekasih yang terlihat sedang perang dingin. Ia mengambil aman, tak mau ikut campur terlalu jauh hubungan Silla dan Zio karena ia juga mengenal Zio dengan cukup baik.
"Jaga ucapan kamu di depan Davina Silla. Tak ada gunanya kamu berbicara seperti itu. Tak akan mengubah apapun, kita sudah sering membahasnya berdua masalah ini" Ucap Zio menahan geram. Melihat Davina yang tak nyaman Zio memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju mobil, Silla sudah semakin keterlaluan.
"Kamu sama sekali nggak ngerasa bersalah memperlakukan aku kayak gini Zio?" Protes Silla, ia mencekal tangan kekasihnya.
"Kita bicarakan lagi ini nanti Silla. Tolong mengerti posisiku, jangan membuat keributan di sini itu akan sangat memalukan untuk seorang model sepertimu. Rando aku titip Silla" Zio melepaskan cekalan tangan Silla. Ia kembali melanjutkan langkahnya dengan cepat. Ia sama sekali tak peduli pada panggilan Silla.
🍁🍁🍁
"Om Zio, tante Silla itu pacarnya om Zio?" Tanya Davina saat keduanya sudah merebahkan diri bersiap untuk tidur. Zio terdiam, ia bingung untuk menjelaskan pada Davina.
"Tadi tante Silla bilang dia pacarnya om Zio. Emangnya arti pacar itu apa sih om?" Lanjut Davina yang membuat Zio mengulum senyum. Tadinya ia mengira bahwa Davina sudah mengerti.
"Pacar itu teman yang dekat banget" jawab Zio sekenanya.
"Oh itu artinya Reni pacarnya Davina ya om?" Tanya Davina polos.
"Pacar itu kalo laki-laki sama perempuan. Kalo sesama laki-laki atau sesama perempuan itu bukan pacar namanya" Jelas Zio.
"Apa namanya kalo gitu?" tanya Davina lagi Zio menggaruk kepalanya yang tidak gatal untuk menanggapi pertanyaan Davina.
"Sahabat, iya sahabat namanya" jawab Zio, ia merasa sangat lega ketika melihat Davina mengangguk paham.
"Om tante Silla marah ya sama Davina? tante Silla serem banget. Tadi tante Silla bilang Davina uda ngerebut semua perhatian om Zio. Itu artinya Davina jahat ya om?" Pertanyaan Davina membuat hati Zio tak nyaman. Ternyata diam-diam Davina merekam semua ucapan Silla di dalam benaknya.
"Enggak, princess nya om itu sama sekali nggak jahat. Maksud tante Silla bukan itu sebenarnya. Davina nggak usah fikirin ucapan tante Silla ya." ucap Zio dengan menatap mata jernih gadis kecilnya. "Ini uda malam sayang, sekarang bobok ya nanti kesiangan besok sekolahnya" Meski terlihat masih penasaran namun Davina mengangguk patuh. Zio mengusap lembut rambut Davina agar ia merasa nyaman.
Perlahan mata gadis kecil itu terpejam. beberapa saat kemudian nafasnya berubah teratur menandakan ia mulai jatuh dalam lelap. Zio mencium kening Davina, lalu memandangi wajah polos Davina menatap wajah lelap gadis itu membuat Zio didera rasa bersalah, ucapan Silla tadi siang sedikit banyaknya pasti mengganggu perasaan Davina dan membuat nya bersedih.
Zio sedikit geram, Silla sudah sangat keterlaluan melampiaskan kemarahannya di depan anak kecil yang belum mengerti apa-apa.
Sepertinya ia harus segera menyelesaikan semuanya dengan Silla agar permasalahan ini tidak berlarut-larut. Zio takut semua akan semakin runyam ke depan nya jika ia mendiamkan masalah ini lebih lama tanpa keputusan apapun.
🍁🍁🍁
Sorry kemaren nggak sempat up, masih ada kerjaan sampai beberapa hari ke depan 😴😴
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Mita Karolina
Kalau aq jadi sila ya lama2 males pacaran kayak gitu,,,si cowok gak bisa adil,gak bisa bagi waktu…males bgt
2023-04-23
0
susi 2020
🤩😍🤩
2023-01-20
0
susi 2020
😲😘🥰
2023-01-20
0