Chapter 13

"Sayang, besok malam temenin om Zio ya" Zio yang baru pulang dari kantor menghampiri Davina yang sedang mengerjakan PR di kamarnya. Davina yang terlalu fokus pada bukunya tak mengetahui kedatangan pria itu. Saat Zio menyapanya baru Ia menyadarinya Davina segera memeluk Zio seperti yang selalu ia lakukan saat pria itu baru pulang kerja.

"Temenin ke mana om?" Davina mendongak menatap pada Zio dengan tak melepaskan pelukan nya.

"Ke pesta ulang tahun pernikahan rekan bisnis om Zio." Undangan diharuskan membawa pasangan. Zio sempat kebingungan akan membawa siapa ke pesta tersebut. Jika saja pak Beni bukan rekan bisnis yang cukup berpengaruh mungkin Zio akan lebih memilih untuk tidak menghadirinya. Sempat terlintas di fikiran nya untuk mengajak Safira, namun sebagai pria dewasa ia paham bahwa Safira menaruh perhatian padanya. Zio tak mau nanti gadis itu berharap terlalu jauh jika ia mengajak ke sana.

Mungkin mengajak Davina adalah keputusan yang paling bijak saat ini. Lagi pula acara tersebut berlangsung di malam minggu, tak akan mengganggu sekolah gadis itu.

"Pasti acaranya membosankan ya om?" Davina sudah bisa membayangkan betapa kakunya acara orang-orang dewasa.

"Nggak tau juga, Kamu keberatan? nggak apa-apa kalo nggak mau" Zio tak ingin memaksakan Davina. Ia paham acara tersebut tak akan cocok dihadiri oleh Davina yang baru beranjak dewasa.

"Biasanya om Zio nggak pernah ajak Davina buat datang ke acara begitu" Lebih tepatnya Zio jarang sekali menghadiri acara-acara semacam itu, kecuali yang mengundang adalah rekan bisnis yang memiliki hubungan cukup dekat. Biasanya Zio hanya akan mengirimkan bingkisan atau sejumlah uang. Kalaupun ia harus hadir ia datang sendirian karena tak ada keharusan datang bersama pasangan. Namun kali ini kondisinya berbeda.

"Iya karena acaranya diharuskan membawa pasangan. Kamu tau sendiri om nggak punya, kalo nggak datang nggak enak karena pak Beni salah satu rekan bisnis yang cukup penting" Ucap Zio sambil terkekeh.

"Tapi kan Davina bukan pasangan om Zio" tanya Davina polos.

"Ya maksudnya yang penting yang nemenin itu perempuan. Orang juga nggak akan nanya sedetail itu sayang" Zio tersenyum salah tingkah.

"Apa om Zio ajak tante Safira aja ya?" Lanjut Zio meminta pendapat pada Davina yang langsung terlihat kaget.

"Ih ngapain pergi sama tante-tante genit kayak gitu. Davina mau nemenin om Zio besok" putus Davina cepat. Rasanya lebih baik ia menahan rasa bosan daripada harus membiarkan Zio datang bersama Safira apalagi sebagai pasangan. Sampai kapanpun Davina tak akan rela dan tak akan mengizinkan nya.

"Beneran mau? kalo acaranya membosankan gimana?" tanya Zio dengan wajah berbinar.

"Asal om jangan tinggalin Davina sendirian selama di pesta,Davina nggak akan bosan" Ucap Davina meyakinkan dengan tersenyum tulus.

"Baiklah, besok kita beli baju dan ke salon. Makasih ya uda mau nemenin om Zio" Zio mencium kening Davina beberapa kali.

"Iya om" Davina mengangguk patuh

"Kalau uda ngerjain PR nya langsung tidur ya. Jangan begadang, om istirahat dulu ke kamar. Selamat malam" Zio mengusap kepala Davina dengan penuh kasih sayang dan sekali lagi mendaratkan kecupan di puncak kepalanya.

"Om nggak mau tidur di sini aja nemenin Davina?" tanya Davina yang membuat Zio terdiam sejenak.

"Kamu uda gede sayang, masa ditemenin om Zio terus. Nggak lucu dong kalo nanti kamu uda mau nikah tapi masih tidur sama om Zio" Zio terkekeh sambil mengacak-acak rambut gadis kecil itu lalu beranjak meninggalkan Davina yang masih menatap terpaku pada nya.

🍁🍁🍁

Davina menghela nafas lega setelah cukup lama mencoba berbagai pakaian yang dipilihkan oleh pemilik butik terkenal di sebuah mall terbesar di kota itu akhirnya Zio menganggukkan kepala pada midi dress berwarna gold yang tengah ia kenakan sekarang.

Sebelumnya Pria itu terus menggeleng tak setuju karena kebanyakan gaun pesta yang Davina coba sangat terbuka dan menunjukkan lekukan tubuh Davina yang baru disadari Zio akan sangat mengundang mata lapar kaum pria. Ia tak menyangka Davina kecilnya sudah tumbuh menjadi seorang gadis dengan wajah yang cantik dan memiliki tubuh yang indah.

Dress yang sekarang Davina tunjukkan cukup tertutup dengan panjang di bawah lutut dan melebar pada bagian bawah sehingga tidak menjiplak tubuh. Meski tanpa lengan namun bagian dada tertutupi secara penuh.

"Jadi yang ini dibungkus ya pak?" Tanya pemilik butik.

"Iya mbak bungkus yang itu" jawab Zio menganggukkan kepalanya. Wanita itu segera memanggil karyawan nya dan meminta menyiapkan dress milik Davina.

"Itu kenapa mukanya ditekuk?" tanya Zio pada Davina setelah melihat gadis itu keluar dari ruang ganti untuk melepaskan dress pesta yang ia coba dan menggantinya dengan baju yang ia kenakan sebelumnya.

"Capek bolak balik ganti baju. Om Zio sengaja ya ngerjain Davina sampai 7 kali ganti?" sungut Davina yang mengundang tawa pria tampan itu.

"Enggak sayang, om Zio cuma nggak suka yang sebelum-sebelumnya itu terlalu kebuka. Nanti banyak cowok mata keranjang yang jelalatan memandangi kamu" Zio menggeser tubuhnya memberikan ruang yang lebih besar bagi Davina untuk mendudukkan tubuhnya. Ternyata semakin Davina dewasa Zio merasa tanggung jawabnya semakin besar. Ia harus menjadi sosok yang lebih posesif dan protektif terhadap gadis itu dibandingkan saat Davina masih kecil. Zio semakin menyadari seorang ayah yang memiliki anak perempuan itu sangatlah tidak mudah.

"Perasaan nggak deh om, masih normal-normal aja" meski begitu diam-diam Davina merasa senang karena Zio benar-benar detail dalam menjaganya. Untuk masalah pakaian saja Zio begitu teliti. Pria itu tak pernah membiarkan Davina memakai pakaian yang terbuka.

"Apanya yang normal, tadi yang kamu coba banyak yang kekurangan bahan ada yang ketutup tapi terlalu ketat, ada yang long dress tapi robeknya sampe ke paha" bantah Zio tegas.

Kali ini gantian Davina yang terkekeh melihat ekspresi Zio menjelaskan macam-macam gaun pesta yang ia coba. "Iya deh iya, langsung pulang aja yah om. Davina capek banget" Davina menyandarkan kepalanya di pundak Zio sambil memeluk lengan kokoh pria itu. Lengan yang selalu memberikan kenyamanan bagi Davina saat berada di dalam rengkuhannya.

"Nggak cari sepatu dulu? kita juga belum ke salon"

"Davina masih punya sepatu yang cocok sama baju yang tadi. Nggak usah ke salon, nanti Davina minta dirias sama kak Yara aja" Mereka akan berangkat ke pesta masih 4 jam lagi. Terlalu cepat jika harus dirias sekarang padahal Davina ingin tidur sebentar untuk menghilangkan penat.

"Ya udah kalo gitu kita langsung pulang"

Zio akhirnya menyetujui usul dari Davina.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Bunda Diana Basri

Bunda Diana Basri

ku sudah jatuh hati dengan karya mu Thor ❤️
mantap pokok nya👍👍👍👍👍

2022-06-12

0

Tiorida Rajagukguk

Tiorida Rajagukguk

aku suka thor😘😘

2022-05-07

0

Arin Ni

Arin Ni

aaa... makasih othor...aq suka...🤗🤗🤗🤗😍😍😍

2022-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!