"Maafin om Zio dong sayang" Zio berusaha membujuk Davina yang tengah merajuk karena Zio mengingkari janjinya untuk menemani Davina mencari perlengkapan bayi untuk ia berikan pada Yara sebagai kado kelahiran putra pertama nya. Yah Yara adik dari Zio sudah menikah 2 tahun yang lalu dan baru saja melahirkan anak pertama nya kemarin malam.
"Om Zio emang nggak pernah peduli dan gak pernah ada waktu buat Davina, yang ada dalam fikiran om Zio cuma pekerjaan" sungut gadis berusia 18 tahun itu.
"Hei siapa bilang? om Zio selalu nyempetin waktu buat jemput Davina di sekolah lalu makan siang bersama, hampir tiap weekend selalu nemenin kemana aja Davina mau pergi, Kalo om mesti ngurusin kerjaan ke luar kota juga Davina selalu ikut" Zio mengusap rambut panjang Davina, posisi gadis itu duduk membelakangi Zio.
"Tapi om Zio batalin janji, ini kan hari sabtu masa om Zio nggak bisa sehari aja nemenin Davina"
"Kan mendadak sayang, ini juga di luar kuasa om Zio" Zio tiba-tiba mendapat panggilan telfon dari Safira sekretaris nya yang mengabarkan ada masalah pada proyek pembangunan perumahan yang sedang mereka jalankan. Sebagian pekerja berhenti bekerja sejak 3 hari yang lalu. Zio harus mencari tau permasalahannya karena kalau tidak diatasi dengan cepat maka penyelesaian pembangunan tersebut akan molor dari waktu yang sudah ditargetkan.
"Om janji nggak akan lama, nanti sore om janji udah di rumah lagi dan kita langsung pergi oke?" Zio merasa tak enak hati pada Safira yang sudah menunggu di mobil sejak 1 jam yang lalu.
"Emang harus om yang meriksa? nggak bisa gitu diwakilin? kan om Zio bos nya. Percuma dong om gaji pegawai kalo tetap harus om yang ngerjain semuanya" sungut Davina lagi. Padahal ia sudah tau jawabannya, Zio selalu ingin memastikan semuanya sendiri.
"Iya harus om yang memastikan"
"Itu pasti cuma akal-akalan sekretaris om yang genit itu supaya bisa jalan berdua sama om" Bukan tanpa alasan Davina berbicara seperti itu, saat Davina berada di kantor ia seringkali melihat Safira memandangi Zio dengan tatapan memuja.
"Mulai ngawur kan, udah ya om Zio harus berangkat sekarang biar cepat selesai dan kita bisa langsung jalan" Zio mencium puncak kepala Davina.
"Davina pergi sama teman aja. Om Zio urusin aja kerjaan om"
Zio yang sudah akan beranjak mengurungkan niatnya.
"Sama siapa?" Zio sangat menjaga pergaulan Davina karena itu ia tak sembarangan membiarkan gadis itu pergi bersama teman-teman nya. Zio sangat takut Davina akan terjerumus pada pergaulan yang tidak baik mengingat betapa mengerikan nya pergaulan anak muda zaman sekarang.
"Sama Tomi" ucap Davina santai, ia sangat tau Zio pasti tak mengizinkannya. Pergi bersama teman perempuan saja Zio jarang sekali memberi izin apalagi jika bersama teman pria nya.
"Tomi siapa? Nggak boleh" tegas Zio.
"Om Zio juga nggak boleh pergi, kalo om pergi Davina juga pergi sama Tomi" Ancam gadis itu, Zio tampak berfikir sejenak.
"Om Zio janji akan kembali dalam 2 jam. Setelah itu kita langsung pergi berdua. Om janji oke?" Dengan berat hati Davina harus menyetujuinya. Karena sepertinya urusan kali ini benar-benar penting, dan dirinya tak boleh egois kali ini.
"Tapi beneran janji ya om, kalo 2 jam om nggak pulang Davina langsung pergi sama Tomi" ucap Davina
"Iya om janji, jadi om uda boleh berangkat sekarang?" tanya Zio dengan senyum menawan nya.
"Iya boleh" Melihat tatapan polos Davina membuat senyum Zio semakin lebar. Pria itu mengacak dengan gemas rambut gadis yang sudah ia rawat selama 12 tahun tersebut.
"Om pergi dulu sayang" Zio mencium kening Davina dan memeluk nya erat.
"Iya hati-hati. Oh ya om, jangan diladenin ya kalo tante Safira kecentilan sama om" Zio malah terkekeh, ini bukan pertama kalinya Davina mengingatkannya tentang Safira. Padahal Zio merasa sekretarisnya itu sama sekali tak pernah bersikap berlebihan padanya. Safira masih bersikap dalam batas kewajaran meski Zio tak menutup mata, ia bisa merasakan bahwa Safira menaruh perhatian lebih padanya.
🍁🍁🍁
"Kepala mandor memberi upah tidak berdasarkan ketetapan di awal. Mereka merasa dibohongi sehingga memutuskan untuk berhenti bekerja. Hanya sedikit yang bertahan karena kami sangat membutuhkan pekerjaan ini, tak masalah upah kecil asal bisa mendapatkan uang." Ucap salah satu pekerja dengan ragu-ragu. Sebelumnya tak ada satupun yang bersedia memberitahu apa masalah yang sebenarnya.
Setelah Zio mengajak berbicara salah satu pekerja di dalam mobil nya dan Zio berulang kali meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, dia menjamin hal itu barulah pekerja tersebut mulai membuka suara. Zio memahami ketakutan pekerja itu, mungkin mereka sudah mendapatkan ancaman atau mereka takut kehilangan pekerjaan sehingga tak ingin membuka permasalahan ini.
"Safira tolong jadwalkan hari senin nanti kepala mandor untuk menemui saya" ucap Zio.
"Kenapa tidak sekarang saja pak, biar permasalahan ini bisa cepat selesai" Tidak seperti biasanya, selama Safira bekerja dengan Zio pria itu tak pernah menunda-nunda untuk menyelesaikan permasalahan.
"Saya harus segera pulang, Davina sudah menunggu di rumah" Tadinya Zio memang ingin segera memanggil kepala mandor, namun saat melihat jam tangan ia mengurungkan niat nya karena sudah hampir 2 jam dirinya pergi
"Davina mungkin akan mengerti pak, masalah ini harus segera diselesaikan" Usul Safira meski ia tau jika sudah menyangkut Davina maka tidak ada penawaran.
"Tidak Safira, Davina tidak bisa menunggu lebih lama lagi" ucap Zio final.
"Jadi kita pulang sekarang?" Tanya Safira kecewa. Padahal ia masih ingin berlama-lama bersama atasan nya tersebut. Safira bahkan rela mengorbankan waktu liburnya agar bisa terus bersama Zio.
"Ya kita pulang sekarang"
Safira mengangguk. Ia segera turun dari mobil untuk memanggil sopir. Safira menghela nafas nya sebelum kembali naik ke mobil, duduk di sebelah pria matang yang semakin tampan di usianya yang sudah tidak muda lagi.
Safira merasa iri pada Davina yang bisa merebut dunia Zio, pria itu sangat mengutamakan Davina di atas segalanya.
"Sayang, om sudah dalam perjalanan pulang, tunggu om Zio oke?" Zio memutuskan untuk menelfon Davina karena sadar meski hanya beberapa menit ia akan terlambat tiba di rumah. Safira meringis menyaksikan betapa Zio sangat takut mengecewakan anak asuhnya tersebut.
"Om udah di mana?" tanya Davina manja.
"Masih di sekitar proyek, tapi ini uda jalan mau pulang. Davina jangan ke mana-mana tunggu om Zio pasti pulang dan kita langsung pergi. Ingat jangan pergi bersama Tomi" ucap Zio lagi
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Rara Kusumadewi
Davina udah gede berarti umur om zio 38th ya kn skrg Davina 18th
2023-08-04
0
susi 2020
😍😍😍😍
2023-01-20
0
susi 2020
😍🥰
2023-01-20
0