"Om Zio telat 9 menit 51 detik" Sungut Davina sambil melipat tangan di dadanya. Gadis itu bahkan sudah menunggu di teras rumah. Zio dengan cepat memeluk Davina agar kemarahan nya tak berlanjut.
"Maaf sayang, om Zio salah" Zio berulang kali mendaratkan kecupan di puncak kepala Davina. Wangi shampo gadis itu begitu ramah menyapa penciuman pria itu. Ia sangat menyukai aromanya
"Om nyebelin" Ucap Davina manja. Ia membalas pelukan Zio dengan erat. Zio sudah seperti pawang yang begitu memahami dan selalu berhasil menaklukkan dirinya, pria itu sangat tau titik kelemahan nya.
Davina selalu tak bisa melanjutkan kemarahannya jika pria itu sudah memeluk dirinya serta mengutarakan permintaan maaf dengan begitu lembut. Suara Zio terdengar merdu membelai telinga gadis belia itu, hingga Davina tak berdaya untuk melanjutkan kekesalannya
"Iya om Zio salah, om Zio minta maaf. Princess cantiknya om Zio jangan marah lagi ya" Zio membisikkan kata-kata rayuan yang begitu disukai oleh Davina.
"Pak saya permisi pulang" Suara Safira menyadarkan keduanya bahwa ada orang lain yang berada di sana selain mereka.
Zio mengurai pelukan dari Davina namun tak melepas sepenuhnya rengkuhan tangan di tubuh gadis itu.
"Iya Safira hati-hati" Ucap Zio. Sementara Davina menatap tanpa ekspresi pada Safira. Ia tak suka pada sekretaris Zio yang mengganggu kebersamaannya dengan pria itu.
"Tante pamit Davina" ucap Safira ramah. Davina hanya mengangguk tanpa membuka mulutnya.
"Mau langsung pergi sekarang?" Tanya Zio selepas kepergian sekretarisnya.
"Om Zio nggak capek?" Pada akhirnya Davina selalu tak akan tega memaksakan kehendaknya jika Zio sedang merasa lelah.
"Enggak sayang" Bagaimana mungkin dirinya merasa lelah jika sudah melihat senyum bahagia yang tersungging di bibir Davina. Untuk mempertahankan senyum itu tetap ada, rasanya Zio bersedia menukarnya dengan apapun di dunia ini, termasuk nyawanya sekalipun.
"Davina siap-siap dulu ya om" ucap gadis belia itu dengan ceria. Ia berjalan dengan lincah memasuki rumah dan menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Sementara Zio mengiringi di belakang. Ia menghentikan langkahnya dan mendudukkan tubuhnya di sofa ruang keluarga. Ia memilih untuk tidak mengganti pakaiannya karena memang sejak tadi ia sudah berpenampilan santai.
🍁🍁🍁
"Aduh lucu banget" Mata Davina berbinar melihat bayi yang sedang tertidur di dalam box nya.
"Kak wajahnya uda berubah ya, kemarin wajahnya nggak kayak gini deh perasaan" Davin mencolek pipi montok bayi laki-laki yang masih begitu menikmati lelapnya. Hari di mana Yara melahirkan Davina memang ada di rumah sakit ikut menunggu detik-detik menegangkan tersebut.
"Wajah bayi emang berubah-berubah sayang" Ucap mama Ayumi menghampiri Davina yang terlihat sangat senang, matanya tak lepas menatap bayi kecil itu.
"Oh gitu ya oma, adek bayi mirip nggak sama om Zio waktu om Zio masih bayi oma?" tanya Davina yang membuat semua yang ada di sana tertawa
"Itu kan anak kak Yara bukan anak om Zio sayang, nanti papanya marah loh" Zio menimpali Davina.
"Yah tapi kan om Zio abangnya kak Yara jadi wajar-wajar aja kalo bayinya sama om Zio mirip. Kan kak Yara sama om Zio juga mirip"
"Kayaknya baby nya lebih mirip ke papa nya Vin, nggak mirip ke kak Yara atau kak Zio, ya kan ma?" Yara bertanya pada mamanya.
"Iya nggak mirip" jawab mama Ayumi sambil tersenyum.
"Gitu ya oma, Davina jadi penasaran kalo anaknya om Zio nanti kayak apa wajahnya." Ucap Davina sambil terkekeh.
"Tuh Zio, mungkin uda saatnya kamu memikirkan pasangan. Davina aja uda penasaran gimana wajahnya anak kamu, apalagi mama" ucap mama Ayumi yang membuat wajah Zio berubah, ia terlihat salah tingkah.
"Iya ma akan Zio fikirkan" Ucap pria itu.
"Jangan cuma difikirkan, kakak udah harus beraksi buat cari calon istri. Ingat kak umur kakak uda nggak muda lagi, keburu kadaluarsa nanti " ledek Yara sambil tertawa, ia mengangkat bayinya yang masih tertidur dari dalam box.
"Davina mau gendong?" Davina yang sempat terdiam mendengar Yara dan mama Ayumi membahas masalah calon istri untuk Zio sedikit tersentak.
"I-iya boleh kak" ucap Davina setelah berhasil menguasai dirinya. Ia mengulurkan tangannya untuk menggendong bayi laki-laki yang sudah tampak jejak-jejak ketampanan nya.
"Ah lucu, namanya siapa kak?" Davina yang sempat gusar sangat terhibur saat bayi Yara sudah berada di tangan nya dan melihat wajah polosnya. Ada kehangatan memgaliri hatinya saat mendekap tubuh bayi mungil itu.
"Papa nya mau kasih nama Arsenio" ucap Yara ikut mengusap kepala bayinya.
Zio terpana melihat Davina begitu telaten menggendong bayi adiknya. Ia melihat sisi lain dari gadis yang sudah ia rawat selama ini. Davina terlihat begitu anggun, aura keibuannya terpancar begitu kuat.
"Davina juga uda cocok punya bayi" ucap Zio sambil mengulum senyum. Wajah Davina merona mendengar hal itu.
"Emang boleh Davina nikah sekarang?" Tanya mama Ayumi sambil tersenyum.
"Belum dong, Davina masih harus fokus sekolah dan kuliah dulu. Harus jadi anak yang pintar supaya bisa mengurus perusahaan nanti" jawab Zio cepat, jawaban itu tentu saja sudah mama Ayumi duga. Ia bisa melihat bagaimana Zio sangat mengutamakan pendidikan bagi Davina, bahkan putranya itu begitu teliti memilihkan sekolah terbaik untuk Davina
"Kenapa harus Davina, kan ada om yang urus perusahaan. Kan Davina uda bilang kalo Davina nggak mau dipusingkan sama urusan kerjaan om. Kayak nya Davina mau jadi ibu rumah tangga yang mengurus anak dan suami aja" ucap gadis itu, suasana berubah hening.
Sekilas Zio memang sudah menceritakan pada Davina tahun lalu bahwa Davina akan mengambil alih perusahaan karena dia adalah pewaris harta kekayaan orang tuanya. Sama seperti hari ini saat itu Davina menolak untuk memegang tanggung jawab itu dan ingin menyerahkan semuanya pada Zio.
"Tapi isi wasiat mama dan papa kamu memang seperti itu sayang, om hanya ditugaskan memegang semuanya sampai kamu berusia 20 tahun. Tapi om nggak akan lepas tangan kok, om Zio tetap akan bantu Davina sampai Davina bisa benar-benar lepas dan menjalankan semuanya sendiri atau sampai Davina menikah dan perusahaan bisa kita serahkan pada suami kamu nanti sayang" Davina tak menyukai pembahasan ini, seolah menegaskan bahwa Zio akan meninggalkan nya suatu saat nanti. Davina tidak bisa membayangkan jika Zio benar-benar pergi, Gadis itu sangat tak menginginkan hal itu terjadi.
"Jangan difikirin sekarang, kalau uda tiba saatnya Davina pasti akan siap" Melihat raut wajah Davina yang berubah murung mama Ayumi kembali angkat bicara.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Nara kim
Thor umur bang zio berapa ya
2023-09-13
0
nur
mama ayumi sudah tahu kalo davina suka sama zio
2023-08-18
0
susi 2020
🥰🥰🥰
2023-01-20
0