"Silla?" Zio terkejut saat tiba-tiba wanita itu masuk ke dalam ruangan nya. Silla tampak sangat kacau, terlihat jejak-jejak air mata di wajah cantiknya.
"Maaf ganggu kamu Zio, aku butuh menenangkan diri" Silla duduk di sofa tanpa dipersilahkan. Ia tampak menyandarkan tubuhnya di sofa dan matanya terpejam.
Zio diam mengamati Silla, namun ia tak berniat untuk bertanya apa yang terjadi pada wanita itu karena ia sama sekali tak berminat untuk mengetahui apapun lagi tentang nya.
"Ternyata dia nggak sebaik yang aku kira Zio" terdengar suara berat Silla dengan matanya yang masih terpejam. Zio melihat ada air mata yang mengalir di pipi wanita yang pernah mengisi hatinya itu.
"Aku nggak nyangka akan menikahi pria sakit jiwa" keluh Silla lagi. Meski terkejut namun Zio tetap diam. Ia tak ingin gegabah dengan ikut masuk dalam urusan rumah tangga Silla, bagaimanapun dia bukan siapa-siapa. Tak ada hak untuk ikut campur.
"Dia selalu berselingkuh, tapi dia nggak pernah mau lepasin aku. Dia bilang sangat mencintaiku, dia memang selalu pulang ke rumah dan memperlakukan aku dengan sangat baik, tapi dia punya kecenderungan untuk bermain wanita. Aku uda meminta cerai berkali-kali tapi dia selalu meminta maaf dan mengaku menyesal. Tapi apa? tidak sampai 1 bulan dia akan kembali bersama wanita lain. Kali ini pun sama, aku memutuskan untuk kembali ke sini dan meninggalkannya, dia menyusul ku lalu meminta maaf dan memohon bahkan sambil menangis agar aku tidak meminta cerai, dia bilang nggak bisa hidup tanpa aku tapi dia juga nggak bisa mengubah kebiasaan buruknya. Dia sakit Zio! Aku nggak kuat terus seperti ini" Air mata Silla semakin banyak. Zio iba tapi dia tidak tau harus berbuat apa-apa.
"Aku turut prihatin Silla, semoga kamu bisa melewati masalah ini sebaik-baiknya" ucap Zio setelah terdiam cukup lama.
"Aku harus gimana Zio? dia nggak pernah mau lepasin aku, aku uda nggak kuat menjalani semua ini" Silla menatap penuh luka pada Zio.
"Kamu yang menjalaninya Silla, hanya kamu yang tau apa yang terbaik. Maaf aku nggak bisa kasih saran apapun" ucap Zio dengan tatapan menyesal, ia dapat melihat kilatan kecewa dari Silla atas responnya.
"Kamu nggak bisa bantu aku agar bisa terbebas dari pria itu Zio?" tanya Silla dengan suara bergetar.
"Kamu masih punya keluarga untuk dimintai pertolongan Silla. Kamu bisa meminta pendapat pada mereka, aku rasa itu pilihan yang paling bijak. Maaf aku benar-benar tidak bisa membantu apapun. Aku turut prihatin, tapi aku nggak bisa membantu apa-apa" Zio tidak mau Silla menggantungkan harapan padanya. Wanita itu tampak menghela nafas dan membuangnya dengan kasar.
"Nggak apa-apa Zio, kamu mau dengerin curhat aku itu uda lebih dari cukup. Walaupun kamu nggak bisa bantu aku tapi aku uda ngerasa lega sekarang" Silla mengusap air matanya. Tapi tatapan nya tak bisa berbohong ia tampak kecewa mungkin karena respon Zio tak sesuai harapannya.
"Boleh aku di sini sebentar lagi Zio? aku masih lelah dan ingin beristirahat sebentar. Aku belum sepenuhnya tenang dan aku nggak bisa pulang dalam kondisi seperti ini. Aku nggak mau Kenzo melihatku dalam keadaan yang kacau" lanjut Silla yang diangguki Zio. Apa yang ia lakukan hanya sebagai bentuk kemanusiaan, tidak lebih.
"Zio boleh aku bertanya sesuatu?" Zio baru akan melanjutkan pekerjaan nya yang sempat tertunda atas kedatangan tiba-tiba Silla. Namun ia mengurungkan niatnya tersebut lalu kembali menatap pada wanita itu.
"Bertanya mengenai apa?"
"Kamu sudah memiliki kekasih? kenapa sampai sekarang belum menikah?" Tanya Silla yang membuat Zio tercenung.
"Menikah bukan prioritas ku untuk saat ini. Aku belum menemukan wanita yang bisa menerima aku sekaligus Davina, yah sebenarnya karena aku memang tidak mencari. Entahlah aku hanya ingin memberikan duniaku pada Davina secara utuh tanpa rasa takut akan ada yang merasa terabaikan" ucap Zio berusaha sesantai mungkin meski pada dasarnya ia tak suka pada pertanyaan Silla yang memasuki ranah pribadinya.
"Maafin aku yang sempat egois dulu Zio, mungkin apa yang terjadi sama aku sekarang adalah karma dari sikap aku di masa lalu terhadap kamu dan Davina" lirih Silla.
"Bukan salah kamu Silla, kamu berhak memutuskan apa yang terbaik untuk hidup kamu. Jangan menyesalinya"
🍁🍁🍁
"Nanti malam Tomi ngajakin Davina nonton" ucap Davina saat Zio sudah masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya setelah membukakan pintu untuk dirinya.
"Kamu mau? Ini bukan malam minggu sayang, dan kamu nggak pernah pergi sama orang lain malam-malam selain sama om Zio"
Zio menatap penuh tanya pada Davina.
"Siang juga jarang pergi sama teman-teman. Paling perginya sama om Zio kalo nggak sama kak Yara dan oma" Jawab Davina sambil menyandarkan kepalanya di pundak Zio dan memeluk lengan pria itu.
Davina tak tau bahwa apa yang ia lakukan membuat gemuruh di dada Zio kembali menggila.
"Kamu belum jawab sayang, kamu mau nerima ajakan Tomi?" tanya Zio tak sabar, ia merasa gusar.
"Belum Davina jawab iya atau enggak, Davina cuma bilang fikir-fikir dulu om. Kasihan tau sama Tomi, selalu aja Davina tolak" Davina malah terkekeh. Padahal hati Zio kelimpungan menghadapi perasaan nya yang kian campur aduk.
"Om Zio nggak ngebolehin kamu pergi malam-malam sama Tomi" Zio tidak rela membiarkan Davina pergi. Entahlah ini cemburu atau hanya karena Davina adalah tanggung jawabnya. Namun pada akhirnya Zio meyakinkan diri untuk menerima pendapat yang kedua, hatinya melarang Davina pergi hanya sebagai bentuk kekhawatiran seorang om pada keponakannya. Bukan karena perasaan apa-apa.
"Tapi film yang mau ditonton itu emang film yang pengen Davina tonton om. Makanya Davina agak tergoda sama tawaran Tomi" Ucap Davina manja, hal itu semakin menimbulkan keresahan di hati Zio.
"Tolak aja, nanti nontonnya sama om Zio aja" Ucap Zio cepat.
"Beneran om? Davina seneng banget. Om Zio emang yang terbaik" Davina memeluk Zio penuh semangat.
"Tapi bukan nanti malam ya?" Zio ingat pada janjinya untuk mengajak Safira makan malam.
"Yah jadi kapan dong om? Davina udah nggak sabar pengen nonton. Davina pergi sama Tomi aja kalo gitu" ucap Davina kecewa.
"Eh jangan, besok malam oke?" Zio dilanda kebimbangan. Ia menyesali dirinya yang terlalu cepat mengambil keputusan dengan mengajak Safira makan malam, tapi ia tak enak hati untuk membatalkan janjinya dengan Safira.
"Maunya nanti malam" Zio menghela nafas gusar.
"Baiklah nanti malam" Putus Zio akhirnya. Ia harus mencari alasan untuk membatalkan ajakannya pada Safira agar gadis itu tak kecewa.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Venny Oktavianita
kasian deh safira di php doang..
2022-05-26
0
Azzahra Azka Lestari
aku nunggu kapan rasa mereka terungkap.....
2022-05-09
0
Pesek Gitank
lom juga terlaksana dah dibatalin aja
2022-02-24
2