"Om, aku mau izin ajak Davina pulang bareng" ucap Tomi, Davina membalikkan tubuhnya dengan cepat saat mendengar suara Tomi yang nekat meminta izin pada Zio. Ia tidak menyangka Tomi akan melakukan hal itu tanpa sepengetahuannya. Ia kira pria itu sudah menerima penolakan yang ia utarakan di kantin saat istirahat. Bahkan ia juga tak tau kalau pria itu mengikutinya hingga ke mobil Zio.
"Sayang mau pulang bareng teman nya?" Tanya Zio yang membuat Davina merasa kecewa. Ia ingin Zio tegas menolak permintaan Tomi bukan malah basa basi bertanya padanya.
"Emang boleh?" Tanya Davina dengan wajah kaku tanpa senyuman, gadis itu menatap tajam pada Zio.
Di dalam hati Davina mengumpati Zio yang tak peka. Tidak bisakah pria itu melihat bahwa ia selalu bahagia saat Zio menjemputnya? tidak kah Zio merasakan bahwa ia sangat menyukai saat-saat kebersamaan mereka? harusnya Zio paham bahwa ia tak ingin pulang bersama orang lain selain bersama pria itu.
"Davina mau?" Tanya Zio lagi yang semakin membuat gadis itu meradang.
"Kenapa mesti banyak tanya sih om, tinggal bilang boleh atau nggak boleh susah amat" Davina merajuk, ia masuk ke dalam mobil Zio tanpa peduli pada Tomi yang memanggilnya.
"Sepertinya Davina nggak mau, jadi om nggak bisa izinin. Maaf ya" Ucap Zio sambil mengulas senyum tipis pada Tomi. Pria itu tampak masih terpaku atas sikap Davina yang meninggalkannya begitu saja dan tak mempedulikan dirinya.
Zio menepuk pundak Zio sambil berlalu memasuki mobilnya, pria itu duduk di sebelah Davina yang masih terlihat menekuk wajahnya
"Jalan pak" Ucap Zio pada sopir pribadinya.
"Langsung ke kantor atau makan dulu den?" tanya pria paruh baya yang sudah bekerja cukup lama pada Zio.
Semenjak kejadian naas yang merenggut nyawa Sandi dan Danisya Zio selalu menghindari mengemudikan mobil sendiri, ia selalu memakai jasa sopir kecuali jika sudah benar-benar mendesak.
"Makan siang dulu pak" Zio beralih menatap pada Davina "Mau makan siang di mana sayang?"
"Terserah" ucap Davina datar. Kekecewaan masih menyelimuti hatinya karena Zio tak langsung menolak permintaan Tomi.
"Tempat biasa aja ya pak" ucap Zio pada sang sopir.
"Baik den" Ucap sopir pribadi Zio patuh.
Zio kini fokus menatap Davina.
"Kamu kenapa sayang? om Zio ada salah apa sama kamu? kok ngambek gini?" Zio mengusap rambut Davina.
"Fikir aja sendiri" sungut gadis itu lagi, Zio menghela nafas dan menghembuskan nya dengan perlahan. Semenjak putus dengan Silla ia tak pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun lagi. Jadi ia sudah tidak terbiasa menghadapi kebiasaan merajuk seorang wanita. Ia sudah tak terlalu piawai menebak makna dari bahasa perempuan.
"Om Zio minta maaf sayang, kamu marah karena mau pulang bareng Tomi? kan tadi om nggak ngelarang kamu loh, om Zio nanya Davina mau pulang bareng Tomi atau enggak" Zio mulai memakai jurus andalannya meluluhkan hati gadis kecil itu dengan mengucap maaf meski kali ini ia tak begitu paham mengapa Davina bisa semarah ini.
"Om Zio nggak suka ya jemput Davina? Nggak suka makan bareng Davina? nggak suka juga kalo Davina ikut ke kantor nemenin om kerja sampe sore?" Berhasil, Davina mulai mengungkapkan perasaan nya dengan nada manja meski masih terdengar kesal.
"Suka banget sayang, kata siapa nggak suka?" Jawab Zio dengan begitu tenang, ia sama sekali tak terpancing pada kemarahan gadis itu.
"Terus kenapa waktu Tomi minta izin om Zio nggak langsung tolak aja? kenapa nanya-nanya Davina dulu? om Zio berharap Davina menjawab iya pada pertanyaan om barusan? om sengaja biar Davina nggak pulang bareng om dan om Zio bisa kencan sama tante Safira hum?" Zio terpaku menatap Davina yang tampak berapi-api. Ia menghela nafas lega, ia mengerti apa yang menjadi alasan gadis kecil kesayangan nya menjadi begitu kesal.
"Oke om Zio minta maaf, tadi om Zio nanya Davina dulu karena om nggak mau langsung ambil keputusan sendiri tanpa mempertimbangkan perasaan kamu. Om takut menolak permintaan Tomi padahal kamu sangat menginginkan nya. Kamu uda 18 tahun sayang, memang uda masanya memiliki rasa tertarik pada lawan jenis dan mulai ingin memiliki teman dekat. Om nggak mau kamu merasa tertekan lalu akhirnya nanti kamu mulai berbohong untuk memenuhi keinginan kamu. Om Zio mau kamu terbuka pada om Zio mengenai apapun" Andai saja Davina tau betapa ia berat untuk mengizinkan gadis itu untuk pulang bersama Tomi. Tapi ia menahan diri agar tak egois melarang Davina. Ia tak mau mengekang perasaan Davina, namun tentu saja ia tak akan melepaskan dan membiarkan gadis kecil itu terlalu bebas. Ia tetap akan mengawasi dan menjaga nya dengan baik.
"Om Zio nggak peka! Davina sebel!" Mendengar Zio mengizinkannya memiliki teman dekat seorang pria membuat Davina semakin kecewa.
"Jadi kamu nggak suka sama Tomi? oke mulai sekarang om Zio akan langsung menolak kalau Tomi meminta izin lagi." ucap Zio dengan senyum hangat nya.
"Mulai sekarang harus terbuka ya sama om Zio" Zio menggenggam tangan Davina.
"Selama ini Davina selalu terbuka sama om Zio. Nggak ada yang Davina rahasiakan dari om" Davina menatap wajah Zio. Gadis itu sudah tak terlihat begitu kesal seperti sebelumnya.
"Maksud om Zio, kamu harus terbuka kalo misalnya lagi dekat sama seseorang. Biar om Zio tau dan kejadian seperti tadi nggak terjadi lagi. Kalau misal ada cowok yang minta izin ngajakin Davina pulang bareng kan om Zio bisa tau mesti jawab iya atau tidak"
"Davina nggak lagi dekat sama siapa-siapa. Nggak kepikiran juga buat dekat sama seseorang. Bagi Davina dekat sama om Zio udah lebih dari cukup, Davina nggak butuh teman laki-laki lain karena Davina uda memiliki om Zio" Davina lekat menatap wajah Zio, Ia meneliti respon pria itu.
Zio segera memalingkan wajahnya ke arah luar jendela, Ucapan tegas dari Davina dengan tatapan penuh kesungguhan diam-diam menggelitik hati pria itu. Zio tak mengerti mengapa setiap kata yang terucap dari bibir Davina membuat darahnya seakan mengalir cepat hingga tubuhnya terasa panas dan sedikit meremang.
"Udah sampai, makan dulu sayang"
Davina yang akan kembali berucap menelan kembali kalimatnya karena Zio sudah membukakan pintu mobil dan menarik tangannya untuk memasuki restoran favorit mereka saat makan siang. Zio merasa teramat lega karena memiliki alasan yang tepat untuk memotong ucapan Davina, ia takut gadis itu akan melanjutkan kalimatnya yang membuat desiran aneh di hati pria itu.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ternyata udah putus,maaf aku lompat bacanya.Soalnya dari awal tuh Silla yg agresif banget..
2025-04-06
0
susi 2020
🥰🥰🥰
2023-01-20
0
susi 2020
😍😍😍
2023-01-20
0