Chapter 3

Zio begitu khawatir karena sepanjang malam Davina terus mengigau memanggil kedua orang tuanya. Suhu tubuhnya begitu tinggi. Sebelumnya Ia sudah memanggil dokter, meski sudah diberi penurun panas namun demam Davina tak kunjung turun.

"Ini om sayang, jangan takut ada om Zio." Bisik Zio berulang kali sambil tak henti mengusap lembut rambut gadis kecil itu.

"Davina mau mama, Davina mau papa" wajahnya tampak merah karena demamnya yang begitu tinggi. Hati Zio terasa kelu melihat mata Davina yang terpejam tampak basah, Davina meneteskan air mata dalam lelapnya.

"Mama dan Papa sedang bermain di syurga sayang" Zio terbata, kerongkongannya terasa begitu sakit. Untuk menelan ludah saja ia kesulitan karena didera kesedihan yang mendalam.

Andai Davina tak membutuhkan dirinya Zio ingin sekali berlari dan berteriak sekuat tenaga agar segala resah yang terasa membunuh ini bisa segera ia enyahkan.

"Davina mau ikut mama dan papa" Lirih nya lagi.

"Om Zio sama siapa kalo Davina ikut mama dan papa? Davina uda janji akan sama-sama om terus. Davina nggak boleh ke mana-mana" Zio tak tahan lagi, air mata tak lagi mampu ia bendung. Pria kuat itu meneteskan air matanya.

Dulu kehilangan sang papa begitu membuat Zio terpukul ia mengira saat itu adalah titik terberatnya, namun ketika kehilangan Sandi dan Danisya ternyata Zio merasa jauh lebih hancur.

"Sabar nak, kamu harus kuat" Rupanya mama Zio sudah cukup lama berdiri di depan pintu mengamati putranya yang sedang menenangkan Davina. Wanita itu kini melangkah mendekat.

"Mama, Zio harus bagaimana? Zio merasa menjadi penjahat yang paling kejam karena sudah merenggut nyawa kedua orang tua Davina, Zio membuat Davina menjadi anak yatim piatu dan membuatnya sangat menderita" Zio tergugu menggenggam erat tangan sang mama.

"Bukan nak, kamu bukan pembunuh. Semua ini musibah, kamu sama sekali tidak bersalah. Polisi saja membebaskan kamu itu jelas sebagai bukti bahwa kamu tidak bersalah nak. Kamu harus kuat tidak boleh lemah. Davina membutuhkan ketegaran kamu" Hati mama Ayumi ikut sakit melihat putranya yang selama ini begitu tegar dan kuat menunjukkan sisi lemahnya. Ia tau beban yang Zio tanggung saat ini begitu berat sehingga pria kuat itu kini tampak begitu rapuh.

"Zio nggak sanggup melihat Davina seperti ini ma" Keluh pria itu.

"Davina hanya memiliki kamu sekarang nak, kalau kamu lemah Davina akan semakin menderita. Kamu harus menjadi penopang untuk Davina, untuk itu kamu harus menguatkan diri kamu lebih dulu. Jangan biarkan rasa bersalah itu menghancurkan mu. Mama yakin Sandi dan Danisya sama sekali tidak menyalahkan mu, mereka pasti berharap kamu bisa menjaga putri mereka dengan baik. Rawat Davina dengan baik nak, mama yakin itu bisa mengobati luka di hatimu" Zio termangu, ia mengakui kebenaran ucapan sang mama. Namun ia masih terlalu lemah untuk bangkit saat ini. Ia masih merasa begitu rapuh.

"Istirahat aja dulu nak, biar mama yang jaga Davina" Sang mama iba melihat Zio belum sedetikpun memejamkan mata padahal hari sudah hampir pukul 4 dini hari.

"Nggak ma, Zio nggak mau ninggalin Davina" tolak pria itu. Matanya kembali menatap pada Davina yang meringkuk dalam dekapan nya.

"Seenggaknya kamu coba untuk tidur Zio. Nanti kalau kamu sakit Davina bagaimana?"

bujuk mama Ayumi lagi.

"Iya Zio akan coba ma"

🍁🍁🍁

Zio termangu, bibirnya terkunci rapat. Dadanya kembali bergemuruh dengan hebat. Perasaan nya kembali begitu kacau.

Pengacara Sandi dan Danisya serta notaris baru saja membacakan wasiat yang entah sejak kapan sepasang suami istri itu buat. Sandi dan Danisya seolah sudah memiliki firasat hingga mereka menyiapkan wasiat untuk pria itu jalan kan.

Zio tak menyangka sepasang suami istri itu mewasiatkan Zio untuk menjadi wali Davina serta menjadi pengelola perusahaan dan harta warisan yang ditinggalkan sampai Davina berusia 20 tahun.

Sampai pengacara dan notaris meninggalkan tempat itu Zio masih terhanyut dalam fikiran nya sendiri

"Kenapa kalian melakukan ini padaku, kenapa kalian menitipkan tanggung jawab yang begitu besar" Keluh Zio di dalam hati. Ia tak tau mengapa Sandi dan Danisya begitu percaya meninggalkan semua padanya. Sementara ia sendiri merasa tak mampu untuk memikul ini semua.

Meski satu minggu sudah berlalu, namun luka di hati Zio masih begitu basah. Ia masih merasa linglung dan bingung. Ia tak tau arah dalam menentukan langkahnya. Semua masih tampak begitu samar dan kelam.

"Om, lagi mikirin apa?" Sapa suara cempreng Davina.

Davina sudah membaik, meski belum sepenuhnya namun keceriaan gadis itu sudah mulai kembali. Ia mulai bisa menyesuaikan diri dengan ketiadaan orang tuanya, namun tak Zio pungkiri Davina kini lebih manja kepadanya.

"Hei cantik, udah lama pulang nya?" Zio langsung mengangkat Davina dan meletakkan gadis itu ke pangkuannya. Karena terlalu banyak berfikir ia sampai tak menyadari Davina sudah pulang dari sekolah.

"Baru aja om" Rambut panjang yang tadi pagi terkuncir begitu rapih kini terlihat sedikit berantakan. Jejak-jejak keringat nampak di bawah mata dan di atas bibir Davina.

"Ganti baju dulu ya, abis itu makan siang" Zio menjawil hidung Davina.

"Sama om ya, Davina nggak mau sama mbak Siska" Davina menyandarkan kepalanya di dada Zio. Usapan lembut di kepalanya membuat ia merasa nyaman.

"Ganti bajunya sama mbak Siska, nanti makan nya bareng om Zio"

"Davina mau sama om" Tatapan penuh harap gadis kecil itu membuat Zio tak mampu menolak.

"Oke, ayok!" Zio mengangkat tubuh Davina dan membawanya ke kamar.

"Mau pakai baju yang mana?"

"Yang warna ungu, ada gambar princess Sofia om" Davina membuka kancing seragamnya. Ia masih belum terlalu terampil membukanya namun ia terlalu penasaran dan ingin melakukan nya sendiri dan menolak untuk dibantu meski membuka satu kancing baju membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Yang dress atau yang set celana sayang?" tanya Zio yang meneliti isi lemari Davina.

"Dress aja om"

Zio mengambil dress rumahan berbahan lembut sesuai keinginan Davina dan membawanya ke arah gadis itu.

"Butuh bantuan princess?" tawar Zio ketika melihat Davina masih berkutat membuka kancing seragamnya. Davina baru berhasil membuka 3 dari 5 kancing.

"Davina bisa sendiri" Davina menggeleng.

Melihat Davina sedikit mengobati kesedihan hati Zio, bibirnya akan menyunggingkan senyum hanya saat berhadapan dengan gadis kecil berambut ikal itu.

"Yeay berhasil" teriak Davina bangga seolah ia baru saja menyelesaikan sebuah misi penting.

"Hebat" Zio mencium kening Davina. Pria itu kemudian memakaikan dress selutut pada tubuh Davina.

"Cantik banget princess nya om, sekarang makan siang dulu oke?" Davina mengangguk dengan senyum manis nan menggemaskan.

🍁🍁🍁

Thanks yang uda pada mampir dan selalu memberikan dukungan. Kalian emang yang terbaik, aku jadi terhuraaa ❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

susi 2020

susi 2020

😲😲😲

2023-01-20

0

susi 2020

susi 2020

😘😘😘

2023-01-20

0

RINAWATI AZZA

RINAWATI AZZA

ni devina umur brp?
ma zio slisih brp thn thor?

2022-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!