Chapter 5

"Keputusan aku tetap sama Silla, Davina adalah tanggung jawab aku. Aku nggak mungkin ninggalin dia" tegas Zio. Silla menuntut Zio untuk segera menikahinya. Zio pada dasarnya setuju namun dengan syarat Davina ikut mereka dan silla harus memperlakukan Davina seperti anak mereka sendiri. Zio khawatir Silla tidak bisa menerima Davina jika mereka menikah nanti karena itu Zio harus menegaskan semua dari awal. Apalagi beberapa waktu ini Silla jelas menampakkan ketidak sukaan nya pada Davina. Gadis itu seringkali uring-uringan jika sudah menyangkut gadis kecil itu.

"Jadi kamu nggak mau nikah sama aku?" Tanya Silla kecewa.

"Aku mau Silla. Aku akan segera menikahi kamu asal kamu setuju untuk membawa Davina tinggal bersama kita dan mengangkat Davina sebagai anak kita" Raut wajah Silla berubah masam. Silla tidak setuju jika Davina ikut tinggal bersama mereka. Tak apa Zio tetap memantau Davina hanya saja gadis kecil itu tetap tinggal di rumahnya sendiri.

"Ada Siska yang mengurusi Davina sayang, yang penting semua kebutuhannya tetap tercukupi. Nggak perlu lah sampai segitunya mau diangkat anak segala. Aku bisa kasih anak buat kamu honey, kamu mau anak berapa aku akan kasih" ucap Silla tak terima, Zio tersenyum pahit mendengar pernyataan kekasihnya.

"Davina itu masih kecil Silla, umurnya baru 10 tahun. Mana mungkin aku mempercayakan dia pada pengasuhnya tanpa ada pengawasan dari aku. Kalau kamu nggak mau Davina tinggal sama kita itu artinya rencana untuk menikah harus kita tunda sampai Davina bisa hidup mandiri" ucap Zio.

"Kapan? sampai umurnya 20 tahun? sekarang aja umur aku uda 28 tahun Zio. Masa harus menunggu 10 tahun lagi." Ucap Silla dengan tatapan tak percaya. Meski ia berprofesi sebagai model dengan dunia yang serba wah namun menikah dan memiliki anak tetap adalah impiannya. Menikah di usia 38 tahun sama sekali tak pernah terfikirkan olehnya selama ini.

"Pilihannya cuma ada 2 itu Silla, rencana untuk menikah ditunda dulu sampai Davina bisa mandiri atau kita menikah dalam waktu dekat tapi Davina tetap berada di bawah pengawasan aku. Davina harus tinggal bersama kita." ucap Zio final, sama sekali tidak ada penawaran.

"Ternyata benar, di mata kamu aku tu uda nggak ada artinya. Fokus kamu sekarang cuma Davina Davina dan selalu Davina. Kalau kita memaksakan untuk menikah aku yakin aku hanya akan makan hati. Kamu pasti akan menomor sekian kan aku dan anak-anak kita nanti" ucap Silla menahan amarahnya.

"Itu hanya fikiran kamu aja Silla. Aku nggak mungkin sejahat itu."

"Aku uda ngerasain sendiri, semenjak kedua orang tua Davina meninggal prioritas kamu itu cuma Davina. Sementara aku hanya kebagian sisah-sisah dari perhatian kamu" ucap Davina dengan tatapan tajam dan senyum sinis nya.

"Cuma aku yang Davina punya Silla. Please mengertilah. Kamu nggak lupa kan kedua orang tuanya kehilangan nyawa karena aku? dan sekarang saat Davina sangat menggantungkan hidupnya sama aku lantas aku meninggalkan nya? aku bukan manusia kalau melakukan hal itu Silla" Hati Zio selalu kelu saat sikap Silla memaksanya kembali mengingat peristiwa pedih yang selalu menghantuinya.

"Tapi kan kamu nggak salah Zio, masa harus segitunya kamu berkorban. Bahkan kamu sampai rela mengorbankan hubungan kita, menggantung aku tanpa kepastian. Aku uda cukup sabar selama 4 tahun ini nunggu kamu" Air mata mulai menyeruak dari mata indah gadis itu.

"Maaf sayang, aku sama sekali nggak bermaksud menyakiti hati kamu. Hanya saja posisiku saat ini benar-benar sulit. Seandainya Davina masih memiliki keluarga yang bisa mengurusnya mungkin sudah sejak 4 tahun yang lalu aku memutuskan untuk menghentikan hidupku. Tidak mudah menjalani hidup dengan menanggung rasa bersalah yang menorehkan luka setiap detiknya" Yah, hanya Davina alasannya bertahan hidup hingga saat ini.

"Jadi benar kan fokus kamu hanya Davina bahkan alasan kamu melanjutkan hidup kamu hanya karena dia. Lantas aku ini apa bagi kamu Zio? bahkan aku nggak bisa seperti Davina yang menjadi alasan kamu untuk tetap hidup" Silla tersenyum getir. Entahlah sampai kapan ia bisa berharap pada pria itu. Ia semakin merasa bahwa hubungan mereka sama sekali tidak ada masa depan.

"Aku pergi" Silla meraih tas tangan nya dan segera pergi meninggalkan Zio. Silla tau Zio tak akan pernah menghentikan kepergiannya, meski diam-diam ia berharap kali ini saja Zio mengejar dan menahannya agar tidak pergi agar ia percaya bahwa dirinya berarti bagi pria itu. Namun lagi-lagi kekecewaan yang ia dapat, Zio sama sekali tak melakukan nya.

🍁🍁🍁

"Om Zio lagi sedih ya?" Davina menatap penuh tanya pada Zio yang sedang termangu sendirian di tepi kolam.

"Enggak om Zio nggak sedih. Kenapa emang nya? princess cantiknya om uda selesai ngerjain PR nya?" Zio memegang pundak Davina dan menatap gadis kecil itu dengan senyuman.

"Tapi om Zio ngelamun kan? dari tadi Davina panggil om cuma diam aja. PR nya uda selesai dikerjain om"

"Oh ya? maaf ya sayang. Tadi om lagi mikirin kerjaan di kantor" Davina begitu peka akan perubahan raut wajahnya. Mulai sekarang ia harus berhati-hati dalam bersikap.

"Kerjaan kantor bikin pusing ya om?" tanya gadis itu polos. Tatapan jernih mata nya selalu menenangkan hati Zio.

"Sedikit, tapi senyuman Davina selalu berhasil membuat perasaan om Zio lebih baik." Davina tersenyum, tangan mungilnya memegang wajah pria itu.

"Jadi Davina akan sering tersenyum supaya perasaan om Zio selalu baik" ucapnya.

"Iya dong, Davina harus banyak tersenyum dan nggak boleh bersedih. Supaya om Zio juga bahagia terus" Zio meraih tubuh mungil itu dan memeluknya, Davina begitu menggemaskan.

"Bobok sekarang ya biar bangun nya nggak kesiangan" Davina mengangguk.

"Tapi om Zio lanjut bacain cerita yang kemarin ya om?" pinta gadis itu.

"Iya sayang seperti biasa" Zio menuntun tangan kecil Davina, berjalan perlahan membawanya menuju kamar.

Zio membuang nafasnya perlahan, ia semakin meyakini bahwa keputusannya adalah benar. Sampai kapanpun ia tak akan bisa meninggalkan Davina sendirian. Dengan mengambil tanggung jawab atas diri Davina saja tak berhasil mengusir rasa bersalah di hatinya atas kepergian Sandi dan Danisya apalagi jika ia sampai menyia-nyiakan Davina dengan memilih menuruti permintaan Silla.

Tiba-tiba hati Zio merasa gundah. Ia jadi berfikir bagaimana jika Davina dewasa nanti lalu mengetahui bahwa dirinya adalah penyebab kedua orang tuanya meninggal, mungkinkah Davina akan menyayanginya seperti sekarang? atau jangan-jangan justru Davina akan membencinya. Entah kenapa dada Zio terasa sesak memikirkan hal itu.

🍁🍁🍁

Sabar ya nunggu Davina gedenya...

😍😍

Terpopuler

Comments

susi 2020

susi 2020

🥰🥰😍🤩

2023-01-20

1

susi 2020

susi 2020

😍🥰🤩

2023-01-20

0

Sry Rahayu

Sry Rahayu

ok thor

2022-12-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!