Chapter 16

Zio frustasi menyadari debaran berbeda kembali ia rasakan sejak kemarin dan hari ini saat mendapati Davina dengan seragam sekolahnya saat sarapan pagi.

Kemarin malam ia mengira dirinya terpesona karena Davina berpenampilan berbeda dari biasanya lalu perasaan nya akan kembali seperti sedia kala yang menatap Davina sebagai gadis kecil yang ia sayangi sebagai putrinya sendiri.

Namun dari getaran hati dan jantungnya Zio menyimpulkan bahwa dirinya sedang tersesat pada sebuah perasaan yang tak seharusnya. Ia harus segera menemukan cara agar bisa keluar secepatnya dari lingkaran terlarang sebelum terjebak semakin dalam.

"Davina berangkat sekolah sendiri nggak apa-apa? om Zio ada meeting penting pagi ini" ucap Zio sambil menikmati sarapannya tanpa menatap pada sosok gadis itu.

"Enggak mau, kantor om sama sekolah Davina searah kok. Jadi nggak akan terlambat walaupun om Zio nganterin Davina dulu" Tolak Davina. Harinya dipastikan akan buruk jika Zio tak mengantarnya, pria itu semacam mood booster untuk menjalani hari senin nya.

"Meeting nya bukan di kantor sayang, tapi di kantor klien yang lokasinya berlawanan arah sama sekolah kamu"

"Davina tau om Zio bohong, kenapa om? Om Zio mau menghindar dari aku?" cecar Davina yang membuat Zio terperanjat.

"Om Zio nggak bohong, beneran ada meeting sayang. Ngapain om menghindar dari kamu?"

"Emang kita baru kenal ya om sampe segitu percaya dirinya buat bohong sama Davina?" Tatapan kecewa Davina membuat Zio menghela nafas berat.

"Om mulai ngerasa keberatan buat antar jemput Davina? om udah mulai ngerasa repot? capek?" cecaran Davina semakin membuat Zio kelabakan.

"Bukan itu sayang, om beneran ada meeting. Tapi oke om akan antar Davina sekolah dulu" ucap Zio, Davina mendengus lalu tersenyum pahit.

"Davina berangkat sendiri aja om, biar nggak ngerepotin om Zio" Gadis itu terlanjur kecewa, dan Zio ketar ketir dibuatnya. Ia tak mungkin mengakui pada Davina niatnya ingin menghindar sejenak untuk menata hatinya sampai perasaan nya normal kembali seperti sedia kala.

"Nggak sayang, om anterin nggak apa-apa telat sedikit nanti om akan meminta tante Safira untuk datang duluan"

"Oh mau bareng tante Safira ternyata. Pantesan berlawanan arah sama sekolah Davina" Setelah menyesap susunya hingga tandas Davina menatap tajam pada Zio.

"Davina berangkat sendiri" Ucapnya dingin lalu beranjak cepat meniggalkan meja makan. Zio yang panik segera menyusul gadis itu meski sarapan nya belum selesai.

"Om antar, jangan membantah" Tegas Zio sambil menangkap lengan Davina hingga langkah gadis itu terhenti.

"Tadi om sendiri yang keberatan kan nganterin Davina? ya udah kenapa sekarang malah ngejar?" Tanya Davina sinis. Tapi Zio tak menjawab, ia membawa Davina berjalan keluar dengan tangannya yang masih memegang erat tangan gadis itu.

Saat sudah di dalam mobil Zio menatap penuh sesal pada gadis itu.

"Maaf sayang, om Zio nggak bohong. Beneran ada meeting pagi ini" Zio tetap kukuh pada ucapan awalnya namun Davina hanya menghela nafas berat tanpa menoleh pada pria itu.

"Jangan marah, nanti hari kamu jadi buruk" Lanjut Zio sambil mengusap kepala Davina. Ia mati-matian menahan getaran hatinya, entahlah wajah merajuk Davina malah terlihat begitu menawan bagi Zio. Ia merasa otaknya sudah benar-benar gila hingga bisa-bisanya semua yang ada pada diri Davina membuatnya salah tingkah.

"Om Zio yang sengaja membuat ulah supaya hari Davina jadi buruk" Zio mengalihkan tatapannya ke sembarang arah saat melihat Davina mengerucutkan bibirnya. Ia tidak mau otak liarnya semakin berulah.

"Iya om Zio salah, om Zio minta maaf" ucap pria itu agar Davina berhenti memanyunkan bibirnya yang membuatnya mati kutu.

"Iya dimaafin" Seperti biasa saat Zio sudah meminta maaf dengan lembut maka secepat kilat hati Davina akan luluh dan tidak bisa melanjutkan kemarahannya

Tubuh Zio terpaku saat tiba-tiba Davina memeluknya dan menyandarkan kepala di dadanya. Ia jadi panik, takut degupan jantung nya dapat didengar oleh gadis itu.

🍁🍁🍁

"Bapak sedang ada masalah?" Safira yang masuk ke dalam ruangan Zio sambil membawa berkas yang harus pria itu tanda tangani akhirnya memberanikan diri bertanya karena sejak tadi pria itu tampak melamun.

"Maksud kamu?" Tanya Zio sambil membaca dokumen yang harus ia tanda tangani.

"Dari tadi saya lihat bapak melamun, bahkan tadi beberapa kali saya panggil baru bapak merespon saya" jawab Safira. Zio tampak menghela nafas kasar.

"Tidak ada, saya hanya lelah dan penat" Ia tak mungkin menceritakan kegelisahannya atas rasa aneh yang memenuhi hatinya pada siapapun. Ia belum siap menerima penghakiman dari siapapun jika apa yang ia rasakan sekarang benar-benar seperti yang ia takutkan.

"Butuh vitamin? atau bapak mau minuman penambah energi? nanti saya mintakan pada OB pak" tawar Safira penuh perhatian.

"Tidak usah, terima kasih"

Zio menatap pada Safira, tiba-tiba terbesit niat di dalam hatinya untuk mendekati Safira berharap rasa terlarang nya pada Davina bisa teralihkan. Tidak ada salahnya membuka hati pada gadis ini, mereka sudah cukup lama kenal dan sejauh ini Safira bekerja dengan baik dan tak pernah mengecewakannya. Safira juga tidak pernah bersikap genit meski Zio tau Safira menyukainya.

Zio menguatkan niatnya, Siapa tau Safira adalah belahan jiwa yang Tuhan siapkan untuk melengkapi hidupnya. Jadi dirinya tidak perlu terjebak pada kegilaan nya yang mulai menyukai Davina, gadis kecil yang sudah ia rawat sejak kecil. Ia tak boleh menjadi pria tak tau diri yang menyukai Davina sementara ia telah merenggut nyawa kedua orang tua gadis itu. Davina terlalu berharga untuk dirinya yang penuh dosa.

"Safira nanti malam kamu ada acara?" Sebenarnya Zio ingin mengajak Safira makan siang bersama namun ia tak mau mengambil resiko Davina akan merajuk karena tak menjemput gadis itu dari sekolah.

"Tidak ada pak, maaf ada apa memang nya pak?" Zio dapat melihat semburat kemerahan di wajah Safira, gadis itu tampaknya terkejut atas pertanyaan tak biasa darinya.

"Mau makan malam bersama saya?" Jelas sekali keterkejutan di wajah Safira semakin menjadi.

"Dalam rangka apa pak? ada meeting bersama klien?" tampak nya Safira tak ingin terlalu percaya diri. Karena Zio tak pernah mengajaknya untuk hal-hal yang di luar pekerjaan.

"Hanya makan malam biasa, ini bukan urusan pekerjaan. Kalau kamu bisa nanti malam jam 7 akan saya jemput" Ucap Zio.

"Baik pak saya bisa" Safira berusaha menahan rasa yang menggelegak di dalam hatinya, Safira terus mengulum senyum.

"Baiklah kalau begitu, terima kasih Safira" Zio tersenyum tipis. Safira terpana, senyuman pria itu seakan mematikan tubuhnya hingga ia hanya bisa terpaku dengan mata tak lepas menatap pada pria tampan yang ada di hadapan nya.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Lis Manda Cel

Lis Manda Cel

biar sm2 tau arti dr rasa yg sebenernya jd zio biar jalan sm safira davina jln sm tomi...
klo ada yg kebakaran jenggot berarti ya cembokur...

2022-10-07

0

nadiahnur syahfitri

nadiahnur syahfitri

zio jujur aja dah perasaan mu sama davina

2022-05-08

0

Yen Margaret Purba

Yen Margaret Purba

zio yg kamu lakukan ke safira itu jaat 😂😂

2022-05-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!