Episode *9

Namun, niat Kania untuk meninggalkan meja makan itu harus gagal karena Zara yang menahan tangannya. "Kak Kania tunggu! Jangan pergi dulu. Kita masih belum selesai bicara, kak."

Dengan tatapan sayu, Zara menatap Kania. Namun tidak dengan tangannya. Tangan Zara mencengkram keras tangan Kania sehingga Kania meringis kesakitan karena cengkraman keras tersebut.

"Sakit! Lepaskan!" ucap Kania sambil menarik tangannya dari genggaman Zara.

Namun naasnya, sang ratu akting tidak akan pernah membuang setiap kesempatan yang ia miliki untuk tidak menunjukkan sandiwara terbaiknya. Walau sekecil apapun peluang yang ia miliki.

Zara berlagak seolah-olah Kania menarik tangannya dengan kuat sehingga tubuhnya harus ikut tertarik ke depan. Dan ... seterusnya sudah pasti ia jatuh tersungkur ke lantai dengan tangan yang menabrak meja makan.

"Zara!" Kedua orang tua Zara dengan panik bangun dari duduk mereka, lalu segera menghampiri anaknya yang sedang jatuh ke lantai.

"Aghh ... sakit." Zara dengan suara meringis sambil mengelus pelan tangannya.

"Kamu gak papa, Nak?" tanya Salma dengan wajah sangat cemas. Padahal sebenarnya, ia tahu betul kalau anaknya sedang menjalankan sandiwara saja.

"Zara, apa ada yang terluka, sayang? Apa perlu ke dokter. Ayo ke dokter sekarang juga, Nak." Burhan begitu panik sambil melihat tangannya Zara dengan penuh kasih sayang.

"Gak papa, Pa, Ma. Aku gak papa kok. Aku gak perlu ke dokter."

"Aku baik-baik saja. Iyah, aku baik-baik saja," kata Zara seolah-olah ia sedang berpura-pura baik-baik saja. Padahal memang ia dia gak papa. Karena jatuh, hanya akting belaka.

Burhan bangun dari duduknya. Lalu ...

Plak ... sebuah tamparan menghantam pipi Kania dengan sangat keras. Sangking kerasnya tamparan itu, Kania seakan hilang ingatan untuk beberapa detik. Dari sudut bibir Kania mengalir darah segar secara perlahan.

"Anak tidak tahu diri. Tak tahu di untung kamu. Aku besarkan kamu bukan untuk menyakiti putriku. Selama ini aku diam dengan semua kelakuan kamu pada anak dan istriku. Tapi, diammya aku malah menambah semena-menanya kamu. Benar-benar bia*dab kamu ya."

"Ternyata, kamu dan mamamu itu tidak ada bedanya. Sama-sama perempuan ******* yang tidak tahu diri dan tidak punya malu. Kalau bukan karena orang tuaku yang sangat menginginkan kamu, mungkin aku sudah membuang kamu dan mamamu itu sejak awal bertemu. Karena sebenarnya, kamu itu memang tidak harus ada di sini," kata Burhan dengan nada penuh kebencian.

"Sekali ******* tetap saja *******. Darah ******* mamamu ternyata juga mengalir di tubuhmu."

"Cukup! Aku bilang cukup!" Kania berteriak keras pada papanya yang terus mengata-ngatai sang mama dengan kata-kata kotor dan kasar.

Kali ini, ia sudah tidak tahan lagi dengan cacian dan makian dari orang yang ia anggap papa ini.

Tamparan keras itu bisa ia tahan rasa sakitnya. Tapi, cacian dan makian pada sang mama yang sudah melahirkan dan membesarkannya, tidak bisa ia tahan lagi rasa sakit yang membuat emosi naik sampai ke ubun-ubun.

"Cukup tuan Burhan, cukup! Jika kamu memang tidak menginginkan aku, aku bisa terima. Tapi, kamu tidak berhak menghina mamaku dengan hinaan terendah sekalipun. Kejahatan apa yang telah mamaku lakukan padamu, sampai kamu begitu membencinya, hah?"

"Mamaku bukan ******* seperti yang kamu katakan. Mamaku adalah wanita baik-baik yang selalu berjuang untuk mendapatkan cintamu bagaimanapun caranya. Ia telah berusaha melakukan semua yang terbaik untuk kamu. Tapi sayangnya, mamaku salah memberikan kasih sayang dan kebaikan. Orang seperti kamu tidak bisa melihat kebaikan orang lain."

"Apakah orang seperti kamu ini bisa disebuat orang beradab tuan Burhan? Bukankah itu lebih mirip orang biadab dari pada beradab?"

Plak ....

Lagi-lagi, sebuah tamparan mendarat di pipi Kania. Pipi putih itu sekarang berubah menjadi merah karena tamparan itu.

"Anak tidak tahu sopan santun kamu! Berani-beraninya bicara kotor padaku. Dasar anak *******!"

"Besok juga aku akan antar kan kamu ke keluarga Aditama. Tapi ingat, jika kamu buat masalah dengan keluarga itu, maka tanah milik almarhumah nenekmu yang ada di desa akan aku luluh lantahkan tanpa sisa."

"Ingat kata-kataku baik-baik," kata Burhan sambil mendorong Kania hingga terjatuh ke lantai.

Setelah mendorong Kania, Burhan kembali menghampiri ibu dan anak yang begitu bahagia melihat pertunjukan yang bagi mereka sangat bagus. Namun sayang, Burhan yang bodoh tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Sayang, apa kamu masih kuat berjalan?" tanya Burhan pada Zara.

"Aku ... masih, masih kuat kok, Pa." Zara berucap dengan nada lemah.

"Kamu tidak kuat sayang. Ayo papa gendong kamu ke kamar. Nanti, papa akan panggilkan dokter untuk memeriksa keadaan kamu, ya."

"Gak perlu, Pa. Aku baik-baik aja. Aku gak butuh dokter. Lagian, ini cuma sedikit memar aja."

"Kita gak tahukan apa yang terjadi sebenarnya. Maka dari itu, sebaiknya kamu di periksa dokter agae tahu apa keluhan yang ditimbulkan jatuh barusan."

"Papa kamu benar sayang. Diperiksa nanti biar tahu apa yang sakit di bagian dalam yang tidak bisa dilihat yah." Salma ikut bicara.

"Ya udah kalo gitu. Besok aja tapi ya, Pa. Ini udah malam soalnya."

"Ya udah, besok pagi saja," ucap Burhan menuruti permintaan Zara dengan lembut.

"Emm ... Pa, tolong jangan kasar pada kak Kania. Dia tidak salah, Pa." Zara berucap lembut saat Burhan ingin menggendongnya.

"Zara, tolong jangan bela dia lagi. Tidak cukup apa yang ia lakukan selama ini padamu? Apa kamu masih tetap ingin membela dia setelah apa yang ia perbuat barusan?"

"Pa, tadi itu tidak sengaja kok. Aku yang tidak hati-hati sampai menyebabkan tubuhku jatuh ke lantai."

"Sudah cukup. Papa tidak ingin mendengar alasan apapun lagi dari kamu. Papa bisa melihatnya dengan sangat jelas apa yang telah terjadi. Untuk itu, kamu tidak bisa menutupi apa yang ia lakukan pada kamu lagi."

Sungguh miris nasib Kania. Dia yang anak kandung dilupakan begitu saja. Dianggap tidak ada oleh papanya. Sandiwara ibu dan anak itu memang sangat amat bagus. Sampai-sampai, Burhan tidak bisa melihat celah benar sedikitpun dari sandiwara itu. Entah sandiwara mereka yang bagus, entah Burhan yang bodoh sebenarnya di sini. Tapi yang jelas, Kania benar-benar bernasib malang.

Kania tertawa terbahak-bahak setelah kepergian keluarga harmonis yang bahagia itu meninggalkan dirinya yang masih terduduk di lantai dengan bibir pecah akibat tamparan keras papanya barusan. Ia menertawakan nasib dirinya yang begitu buruk sehingga tidak dianggap ada oleh orang tua yang ia sayangi.

Ia tertawa miris. Menertawakan nasib diri yang malang. Pernah berharap di sayangi oleh papanya setelah mama dan omanya meninggal. Tapi sayang, itu hanya sebuah harapan yang tidak akan pernah jadi kenyataan.

Terpopuler

Comments

oncom

oncom

anj banget

2023-11-17

0

Putri Krisni

Putri Krisni

ad aj orang kejam begitu

2023-10-30

0

Bqrohaniyah Och

Bqrohaniyah Och

koq adaorang tua sekejam ini ya

2023-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 Episode *1
2 Episode *2
3 Episode *3
4 Episode *4
5 Episode *5
6 Episode *6
7 Episode *7
8 Episode *8
9 Episode *9
10 Episode *10
11 Episode *11
12 Episode *12
13 Episode *13
14 Episode *14
15 Episode *15
16 Episode *16
17 Episode *17
18 Episode *18
19 Episode *19
20 Episode *20
21 Episode *21
22 Episode *22
23 Episode *23
24 Episode *24
25 Episode *25
26 Episode *26
27 Episode *27
28 Episode *28
29 Episode *29
30 Episode *30
31 Episode *31
32 Episode *32
33 Episode *33
34 Episode *34
35 Episode *35
36 Episode *36
37 Episode *37
38 Episode *38
39 Episode *39
40 Episode *40
41 Episode *41
42 Episode *42
43 Episode *43
44 Episode *44
45 Episode *45
46 Episode *46
47 Episode *47
48 Episode *48
49 Episode *49
50 Episode *50
51 Episode *51
52 Episode *52
53 Episode *53
54 Episode *54
55 Episode *55
56 Episode *56
57 Episode *57
58 Episode *58
59 Episode *59
60 Episode *60
61 Episode *61
62 Episode *62
63 Episode *63
64 Episode *64
65 Episode *65
66 Episode *66
67 Episode *67
68 Episode *68
69 Episode *69
70 Episode *70
71 Episode *71
72 Episode *72
73 Episode *73
74 Episode *74
75 Episode *75
76 Episode *76
77 Episode *77
78 Episode *78
79 Episode *79
80 Episode *80
81 Episode *81
82 Episode *82
83 Episode *83
84 Episode *84
85 Episode *85
86 Episode *86 (End)
87 Episode *87 (Eks Part1)
88 Episode *88 (Eks part2)
89 Episode *89 (Eks part3)
90 Visual + salam author
91 Pengumuman karya baru
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Episode *1
2
Episode *2
3
Episode *3
4
Episode *4
5
Episode *5
6
Episode *6
7
Episode *7
8
Episode *8
9
Episode *9
10
Episode *10
11
Episode *11
12
Episode *12
13
Episode *13
14
Episode *14
15
Episode *15
16
Episode *16
17
Episode *17
18
Episode *18
19
Episode *19
20
Episode *20
21
Episode *21
22
Episode *22
23
Episode *23
24
Episode *24
25
Episode *25
26
Episode *26
27
Episode *27
28
Episode *28
29
Episode *29
30
Episode *30
31
Episode *31
32
Episode *32
33
Episode *33
34
Episode *34
35
Episode *35
36
Episode *36
37
Episode *37
38
Episode *38
39
Episode *39
40
Episode *40
41
Episode *41
42
Episode *42
43
Episode *43
44
Episode *44
45
Episode *45
46
Episode *46
47
Episode *47
48
Episode *48
49
Episode *49
50
Episode *50
51
Episode *51
52
Episode *52
53
Episode *53
54
Episode *54
55
Episode *55
56
Episode *56
57
Episode *57
58
Episode *58
59
Episode *59
60
Episode *60
61
Episode *61
62
Episode *62
63
Episode *63
64
Episode *64
65
Episode *65
66
Episode *66
67
Episode *67
68
Episode *68
69
Episode *69
70
Episode *70
71
Episode *71
72
Episode *72
73
Episode *73
74
Episode *74
75
Episode *75
76
Episode *76
77
Episode *77
78
Episode *78
79
Episode *79
80
Episode *80
81
Episode *81
82
Episode *82
83
Episode *83
84
Episode *84
85
Episode *85
86
Episode *86 (End)
87
Episode *87 (Eks Part1)
88
Episode *88 (Eks part2)
89
Episode *89 (Eks part3)
90
Visual + salam author
91
Pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!