"Kamu pantas mendapatkan semua siksaan itu putri pemimpi. Karena kamu adalah anak dari ******* yang menjadi perusak kebahagiaan aku dan anakku."
"Apa? Mamaku perusak kebahagiaan kalian? Apa kamu tidak salah bicara, hah!"
"Mamaku bukan ******* yang merusak kebahagiaan kalian. Tapi sebaliknya, kalianlah yang telah merusak kebahagiaan kami."
"Heh! Kalau bukan karena mamamu ******* yang telak menjebak kekasihku untuk tidur seranjang dengannya, kekasihku tidak akan menikah dengan mamamu yang ******* itu, tau."
"Dan sekarang, yang diakui sebagai cucu itu kamu, bukan Zara. Jika saja tidak ada kamu, pasti Zara yang menjadi cucu satu-satunya keluarga ini. Dan yang paling penting, nama yang tertulis dalam surat wasiat itu nama Zara, bukan nama kamu."
"Jadi, sekarang, apapun yang kamu miliki itu sebenarnya milik Zara. Tidak salah jika Zara mengambil kembali apapun yang kamu miliki. Karena seharusnya, memang semua itu milik dia. Termasuk, Dafa pacarmu itu."
"Kalian adalah manusia tidak tahu malu. Ibu dan anak sama-sama serakah dan tidak beradab. Kalian biadab."
Plak ....
Sebuah tamparan mendarat di pipi Kania dengan cepat. Kali ini, Kania tidak memegang pipinya lagi. Ia hanya menggenggam tangannya dengan erat untuk menyalurkan emosi yang tidak bisa ia lepaskan.
"Itu adalah peringatan kecil dariku sebagai pengingat untukmu. Kalau kamu tidak berhak bicara dengan kata-kata kotor dan kasar padaku. Ingat gadis pemimpi, aku adalah mama tiri mu. Aku adalah nyonya di rumah ini," kata Salma sambil mencengkram dagu Kania dengan keras, kemudian melepaskannya dengan kasar. Sehingga, kepala Kania harus ikut menoleh ke samping karena dorongan keras itu.
Sementara itu, di depan gerbang masuk rumah, Zara sedang ngobrol dengan Dafa.
"Zar, apakah kalian tidak takut Kania akan menyakiti kalian? Kenapa dia tidak diletakkan di rumah sakit jiwa saja?" tanya Dafa dengan nada sangat prihatin.
"Kak Dafa, mana mungkin kami bisa meletakkan kak Kania ke rumah sakit jiwa. Dia itu adalah saudaraku, aku tidak akan tega melihat ia tersisihkan ke rumah sakit jiwa sendirian." Zara bicara dengan nada sangat sedih sambil tertunduk.
"Tapi Zar, Kania itu sudah sampai ketingkat yang membahayakan. Jika ia dibiarkan di sini bersama kalian, mungkin ia akan membahayakan keselamatan kalian semua."
"Hiks-hiks-hiks, tidak. Kami tidak bisa melepaskan kak Kania ke rumah sakit jiwa walaupun ia terbilang orang gila yang membahayakan. Karena kami tidak sanggup melihat kak Kania sendirian di sana."
Zara sekarang memainkan sandiwara dengan sangat baik agar Dafa percaya dan simpati padanya. Air mata buaya juga tidak lupa ia perlihatkan untuk menambah kesempurnaan akting yang sedang ia jalankan.
"Zara, jangan nangis. Hatimu sangat lembut sekali, Zar. Kamu sangat baik. Kamu ternyata sangat amat menyayangi Kania walaupun ia hanya sebatas kakak tiri mu. Kania beruntung punya adik seperti kamu, Zara." Dafa berusaha menenangkan Zara yang sedang menangis dengan membelai lembut rambut Zara.
"Kak Dafa, sudah sewajarnya adik menyayangi kakak. Walau apapun yang telah kakaknya lakukan. Seorang saudara tidak akan pernah memikirkan kejahatan yang telah kakaknya perbuat."
"Kamu adalah gadis yang sangat baik dengan hati lembut, selembut kapas. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi padamu."
"Oh iya, aku harus pulang sekarang. Katakan setiap perkembangan Kania padaku, ya. Sampai jumpa," ucap Dafa sambil tersenyum manis. Lalu, ia beranjak dari tempatnya masuk ke mobil untuk pulang.
"Hati-hati kak Dafa. Sampai jumpa lagi," ucap Zara sambil melambaikan tangannya.
Sementara itu, masih di gudang. Kania kaget bukan kepalang saat mendengarkan apa yang Salma katakan tentang dia pada Dafa.
"Apa! Kalian bilang aku sakit jiwa pada Dafa? Kalian jahat! Benar-benar jahat!"
"Kamu yang bodoh, bukan kami yang jahat. Sebagai seorang manusia itu harusnya pintar, bukan bodoh seperti dirimu, kutu busuk."
"Kau tahu, Zara menyukai Dafa. Sebagai mamanya, aku harus membantu dia untuk mendapatkan apa yang anakku inginkan. Termasuk, melakukan trik licik dengan berbohong."
"Tapi sepertinya, bukan hanya Zara yang menyukai Dafa sekarang. Namun sebaliknya, Dafa juga sudah mulai menyukai Zara. Dan yang paling penting, keluarga Dafa sudah menyukai Zara dan sangat mendukung Zara yang menjadi menantu keluarga mereka."
"Tidak! Itu tidak mungkin. Dafa tidak akan menyukai Zara, apalagi mencintai Zara. Itu tidak akan pernah terjadi, karena Dafa hanya mencintai aku saja. Sedangkan keluarga Dafa, mereka sudah tahu kalau aku adalah pacar Dafa dan orang yang Dafa pilih untuk menjadi istri Dafa nantinya."
"Hah ... ha ha ha ha. Kamu benar-benar putri pemimpi ya kutu busuk. Seberapa sulitnya sih untuk mengubah pandangan keluarga Dafa tentang kamu dan menggantikan pandangan itu dengan Zara. Sedangkan Dafa, apa kamu lupa bagaimana sikap Dafa saat bertemu dengan kamu barusan? Apakah dia menatap kamu dengan penuh cinta? Terus, apakah kamu mendapatkan pelukan hangat tanda kangen dari seorang pacar? Sepertinya, tidak. Ia malah patuh dengan apa yang Zara katakan."
Mendengar apa yang Salma katakan, Kania merasa kakinya lemah dan tidak mampu untuk menahan berat tubuhnya lagi. Ia terduduk ke lantai karena memikirkan apa yang terjadi tadi.
Melihat Kania yang begitu sedih dan terpuruk dengan rasa putus asa. Salma tersenyum bahagia penuh kemenangan.
"Kasihan sekali. Menyedihkan. Benar-benar menyedihkan." Salma berucap sambil berjalan meninggalkan gudang. Sedangkan Kania, ia tertunduk menangis walau sebenarnya, ia tidak ingin memperlihatkan kesedihan itu pada Salma dan membuat Salma merasa bahagia dengan keberhasilannya itu.
'Aku akan balas rasa sakit dan penghinaan yang kalian berikan padaku ini jika aku bisa bebas dari rumah ini. Kalian lihat saja apa yang akan aku lakukan pada kalian nantinya,' kata Kania dalam hati sambil menggenggam erat tangannya.
Zara yang baru masuk ke dalam rumah, berpas-pasan dengan mamanya yang baru datang dari gudang. Ia pun langsung menghampiri mamanya dengan senyum manis di bibir.
"Mama pintar banget bikin rencana. Semua yang kita harapkan, ternyata benar-benar kita dapatkan. Sekarang, aku yakin seratus persen. Kak Dafa pasti sudah tidak merasa ragu lagi dengan apa yang aku katakan padanya tentang Kania."
"Kamu yang pintar menjalankan sandiwara sayang. Jika kamu tidak cerdas dalam menjalankan peran, tentunya, rencana yang mama buat, tidak akan berjalan semulus ini."
"Selamat buat kita berdua mama," kata Zara sambil memeluk lembut mamanya.
"Selamat sayang," ucap Salma membalas pelukan anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
AKU TUNGGU AKSI LO.. JGN HNY BICARA DOANK..
2024-07-20
1
Sulaiman Efendy
AUTHORNYA PENGGEMAR SINETRON IKAN TERBANG, JDI BUAT CERITA SANGAT2 MIRIP DGN SINETRON TK BRMUTU DI TV IKAN TRBANG TRSEBUT..
2024-07-20
3
Sulaiman Efendy
SBENARNYA PALING TDK SUKA KLO TOKOH UTAMANYA DIBUAT LMAH, APALAGI LEMAH & KALAH DRI SDR TIRI..
2024-07-20
1