Ranjang Sebelah
"Ayolah, kita bersenang-senang malam ini!" seorang gadis cantik dengan gaun putih mengangkat tinggi gelas berisi minuman lalu meneguknya hingga tandas.
Dalam dentaman suara musik yang berpadu mesra dengan tarian erotis dari orang di dalamnya menambah hingar bingar kemeriahan ruangan klub VVIP malam ini. Beberapa pasang muda mudi bergabung, menikmati suasana yang sedikit panas dan tidak terkendali.
Gadis itu bernama Alin Pramudya. Wanita cerdas yang berkarir dalam bidang fashion. Malam ini seharusnya malam yang indah untuk bertemu Raka seusai kepulangannya dari luar negeri. Seorang pria yang berstatus sebagai tunanganya itu.
Namun, pria itu malah berkhianat dengan adik tiri Alin sendiri. Alhasil untuk mengobati kekecawaan, Alin memakai gaun yang ia pesan untuk pernikahannya dengan Raka dan menghabiskan malam di club untuk minum bersama teman-temannya.
"Lin, apa kau yakin untuk melakukan itu?" bisik salah satu temannya melawan bisingnya suasana.
"Tentu saja aku yakin, kau sudah pesankan?" Alin mengangguk-anggukkan kepala sambil menikmati alunan musik.
"Sudah, dia sudah menunggumu di kamar hotel. Kau pergilah ke sana sekarang." Teman Alin bernama Nola itu mengangguk.
"Kamar berapa?" Alin dengan sedikit sempoyongan beranjak meninggalkan ruangan itu.
"Kamar 109, lantai dua. Ingat, jangan sampai salah kamar!" peringat Nola sedikit khawatir.
"Tenang saja." Alin mengangkat tangan sebagai tanda bahwa dirinya paham. Lantas beranjak dari ruangan, meskipun badannya tidak bisa berjalan dengan tegap.
Alin pun naik ke lantai dua. Di lorong hotel dengan langkah yang sempoyongan mencoba mencari di mana letak kamar nomor 109 sesuai petunjuk Nola tadi.
Akibat pengaruh alkohol yang masuk dalam tubuhnya, mata Alin jadi buram. Sukar menerjemahkan objek di hadapannya. Sehingga ia harus membuka mata lebar-lebar dan memukul kepalanya berulang kali.
"Ini atau ini?" tunjuk Alin yang sudah berada di tengah-tengah kedua pintu yang bersebrangan di hadapannya. Pintu bertuliskan angka 106 dan 109.
"Ini kali ya." Celakanya Alin malah memilih nomor yang salah. Kamar nomor 106.
"Buka!" Alin menggedor pintu berulang kali dengan keras.
Cukup lama berdiri tanpa mendapatkan jawaban, Alin menggedor sekali lagi namun tenaganya sudah melemah.
"Ayolah, cepat buka. Apa kau tidak menginginkan uang, hah?" Alin menyandarkan tubuh lemasnya di pintu. Matanya terpejam sambil memukuli kepalanya karena pusing.
Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan tubuh Alin langsung limbung dalam pelukan lelaki yang berada di balik pintu.
"Lama sekali, aku akan memotong fee kamu malam ini," gerutu Alin sambil memukul lengan lelaki itu.
"Hei, Nona. Kau siapa?" tanya pria yang sepertinya tengah berada dalam pengaruh alkohol.
"Siapa aku, bukan urusanmu. Yang jelas aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu. Ayo, cepat lakukan." Alin mendorong tubuh lelaki itu untuk masuk ke kamar.
Pria yang masih setengah sadar itu mencoba menghalau dorongan dari Alin di dadanya.
"Keluar kau, Gadis Bodoh! Kenapa sembarangan masuk kamar orang, hah?!" Pria itu mencengkeram dengan kasar tangan Alin di dadanya. Hendak menyeret keluar. Pria itu hanya ingin beristirahat sendirian, tidak memanggil wanita manapun untuk menemaninya.
"Siapa kau berani masuk sembarangan ke kamarku, hah? Cepat keluar!" Pria itu mendorong tubuh Alin sampai ke pintu, sebelum Alin merentangkan kedua tangan memegang pinggiran pintu.
"Tunggu dulu!" Alin menahan dorongan pria itu yang hampir menyeretnya keluar. Lantas menatap wajah pria itu dalam.
"Kenapa kau begitu sombong, huh? Apa kau tidak menginginkan uang lagi? Apa kau benar-benar ingin menolakku?" tanya Alin kepada pria yang ia anggap sebagai gigolo tadi. Alin mendongakkan wajah sehingga bertatapan dengan pria asing tersebut. Ia kesal, sambil menunjuk pria itu, ia menggerutu. Bukankah seharusnya ia mendapatkan perlakuan manis?
Wajah cantik Alin yang bersinar sesaat menyihir perhatian pria asing tersebut. Pandangannya turun pada bibir merah muda yang lembab dan sensual. Membangkitkan gairah pria itu saat ini juga.
Meski diliputi kebingungan, tidak bisa dipungkiri bahwa bibir pria itu sedikit terangkat membentuk senyuman licik. Siapa yang tidak mau jika seekor mangsa menawarkan dirinya dengan percuma tanpa susah-susah untuk mendapatkannya.
Dia sudah melupakan niatnya untuk beristirahat dengan tenang. Perhatiannya tertuju pada gadis yang saat ini tengah berdiri bersandar di tembok. Entah siapa dan apa motifnya, pria itu sudah tidak memedulikannya lagi.
Pria itu bernama Daniel Maheswara. Seorang CEO dari perusahaan retailer online fashion terbesar. Pria yang bergelimang harta dan banyak digilai wanita. Malam ini ia kelelahan setelah melewati pesta masa lajang temannya.
Daniel tersenyum sinis, sebelum akhirnya mengikuti langkah Alin menuju ranjang. Wajah cantik dengan pipi yang bersemu merah semakin menambah kesan sexy di mata Daniel malam ini.
"Cepat lakukan! Kenapa kau diam saja, hah? Aku ingin kau memuaskanku malam ini!" Alin menarik tangan Daniel sehingga tubuhnya berada di bawah kungkungan pria itu.
"Santai, Manis. Kenapa kau begitu terburu-buru, huum?" Daniel menyeringai. Memperlihatkan barisan gigi putihnya.
Daniel menyusuri wajah cantik itu menggunakan jemarinya. Membelai halus pipi Alin sehingga membuat pemiliknya menggeliat resah. Daniel akui, bahwa Alin memang benar-benar cantik.
Lain halnya dengan Alin, wanita itu malah membuka mata dan memegang rahang tegas Daniel dengan senyuman manis.
"Ternyata kau cukup tampan. Selera Nola bagus juga ternyata," gumam Alin. Sedikit Alin terpesona dengan ketampanan wajah pria di atasnya itu. Tubuh kekar dengan wajah tampan, membuat Alin terhipnotis dan berhenti beberapa saat dalam kepasrahannya malam ini.
Daniel tidak bisa mengendalikan diri tatkala jemari lentik itu membelai mesra rahang serta wajahnya. Kecantikan Alin berhasil membuat setengah dari kewarasannya menghilang begitu saja.
"Kau yang memintanya sendiri, Nona. Jangan sampai kau menyesali esok hari ketika kau sudah tersadar nanti," bisik Daniel di sela-sela kegilaannya malam ini.
Daniel langsung membenamkan bibirnya pada bibir merah muda milik Alin yang sedari tadi menggodanya. Jemari Daniel mulai membuka satu per satu kancing kemeja, meloloskan dari tubuh atletisnya yang keras dan dipenuhi otot yang kuat. Pangutan bibir mereka kembali disatukan tanpa membiarkan Alin berdiam diri memerhatikan lebih lama.
"Apa kau benar-benar ingin melakukannya denganku?" Daniel memastikan sekali lagi. Meskipun Alin hanya pasrah dalam dekapannya.
"Aku yakin, cepat lakukanlah itu." Alin mengangguk dengan tatapan sayu. Dirinya juga sudah terbakar gairahnya sendiri akibat sentuhan dari Daniel.
"Ini kesempatan terakhirmu. Apa kau benar-benar--"
Alin tidak memberikan kesempatan Daniel untuk berbicara lebih lama, sebelah tangannya menarik tengkuk Daniel dan menyatukan bibir mereka kembali. Kedua tangan Alin mengalung mesra di leher Daniel, menyambut setiap sapuan-sapuan mesra lidah pria itu menyapa mulut dan lehernya.
Sampai pada inti, Alin berteriak kesakitan seraya mendorong tubuh Daniel menjauh darinya. Daniel sendiri juga kaget ketika menyadari bahwa Alin masih gadis suci yang menjaga baik kesuciannya. Namun, untuk berhenti bukanlah pikiran Daniel saat ini. Ia sudah kepalang tanggung melangkah sejauh ini.
"Maafkan aku gadis cantik," bisik Daniel seraya mengecup mata Alin yang basah karena air mata. Menyentak miliknya menuju kepunyaan Alin.
Malam itu adalah malam pertama Alin melampaui batasnya.
Aktivitas keduanya masih berlanjut diiringi dengan deru napas yang saling bersahutan. Sampai beberapa menit kemudian, tidak ada sepatah kata pun jeritan kesakitan dari bibir Alin. Tubuhnya berguncang, keringat dingin berjatuhan menyusuri kulitnya. Kian tak tertahankan ketika Daniel mulai menambah kecepatan hujamannya.
Tubuh Daniel luruh, menimpa tubuh Alin yang sama lelahnya dengan dirinya. Dia menarik diri, mengecup bibir mesra wanita setelah mendapatkan kepuasannya malam ini. Daniel membiarkan miliknya di dalam Alin, baru dilepaskan setelah keduanya sama-sama terpuaskan.
Daniel berguling sehingga berada di samping tubuh Alin yang masih sibuk mengatur napas. Napasnya juga masih terengah akibat kegiatan panasnya malam ini.
"Sebenarnya apa yang membuatmu melakukan hal gila ini, Cantik?" Daniel mengusap peluh di kening Alin dengan lembut. Lalu mendaratkan sebuah kecupan di sana.
Lama tidak mendapatkan jawaban, Daniel mencoba untuk bangkit dari ranjang sebelum tangan Alin kembali mencekal. Daniel mendengar suara isak tangis wanita itu membuat ia mengurungkan niatnya untuk beranjak.
"Mereka semua biadap! Mereka merebut asetku! Mereka menghancurkan segala rencanaku!" teriak Alin di sela isakannya.
Daniel mengernyitkan sebelah alis. Sebelum akhirnya ia mulai mengelus lembut kepala Alin yang saat ini masih tergugu dalam tangisannya.
"Mereka mengacaukannya. Mereka mengkhinatiku! Apa menurutmu, aku ini kurang cantik sampai dia tega mengkhinatiku, hah?" tanya Alin menghadap Daniel. Menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan sayu.
Daniel tersenyum. Menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik itu. "Bodoh jika kau merasa bahwa dirimu itu tidak cantik."
"T-tapi kenapa dia malah berselingkuh? Kami akan menikah sebentar lagi, tapi dia malah bertukar cairan dengan wanita lain," gerutu Alin.
"Hussst, tidurlah. Tidak usah memikirkan pria seperti dia." Daniel menepuk-nepuk punggung Alin layaknya seorang ayah yang menidurkan anaknya. Dan baiknya, Alin menurut saja.
Daniel tersenyum tipis. Tangannya masih bertengger di kepala memberikan gerakan halus supaya wanita itu tertidur. Sebetulnya kepalanya masih pening, tapi ia memaksakan untuk tetap terjaga.
"Siapa kau sebenarnya?" Daniel mengambil tas milik wanita itu yang berada tidak jauh dari ranjang. Mengambil sebuah kartu nama.
"Alin Pramudya? Hmm, nama yang bagus." Lantas Daniel mengembalikan kartu tersebut ke dalam tas.
Daniel menarik tangannya yang digunakan Alin sebagai tumpuan, bangkit memakai celana yang teronggok di lantai lalu melangkah menuju balkon. Menyesap sari rokok, lalu mengepulkan asapnya ke udara. Entahlah, Daniel tidak tahu apa yang akan terjadi esok, yang jelas ia suka cara Alin menggodanya tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Alya Yuni
Si Alin dah gila
2023-08-31
0
Noerma Cahyanti
siip
2022-11-26
0
ayulia lestary
nyimak tour
2022-10-18
0