"Kau benar, katamu kau tidak mungkin mengandung anakku, kan? Akan kupastikan mulai sekarang, kau akan hamil darah dagingku!"
Alin menggeleng melihat Daniel yang mendekatkan wajah, dan dengan buasnya Daniel menyambar bibir Alin tanpa ampun.
Alin mencoba melepaskan diri dari pelukan Daniel yang begitu erat. Daniel yang sudah dikuasai emosi dan kerinduan, tidak mudah ditaklukkan begitu saja.
Alin tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya nanti ketika tangan Daniel mulai membuka kancing kemejanya satu per satu. Sementara sebelah tangannya dicekal dengan kuat.
"Apa kau ingat sekarang?" Daniel melepaskan tautan bibir mereka lalu menatap iris mata milik Alin.
"Lepaskan aku, brengsek!" Alin masih berusaha melepaskan diri dari kungkungan itu, meskipun dirinya tidak yakin bisa lolos.
"Tidak semudah itu, Alin. Aku akan membuatmu mengandung darah dagingku di sini." Daniel mengelus lembut perut rata milik Alin yang masih tertutup tank top putih. Hal itu membuat Alin semakin merinding.
Alin menggeleng tidak mau. Namun, hal itu tidak diindahkan oleh Daniel, sebab pria itu sudah terlanjur diliputi amarah. Tanpa meminta persetujuan, Daniel menautkan bibirnya kembali, menuntut Alin untuk membalas ciumannya.
"Balas ciumanku, Alin." Daniel mengeram, terkesan menuntut.
Alin yang diam, hanya menggeleng sebagai jawaban. Sungguh, aura Daniel sangat berbeda dari biasanya. Alin bahkan sampai ketakutan dibuatnya.
"Apa aku harus mengajarimu lebih dulu?" Daniel membelai mesra pipi Alin, lalu turun ke bibir menggoda yang menantang untuk ia cicipi itu.
"Daniel, jangan," pinta Alin setengah terisak.
"Husssst, jangan menangis. Aku suka rengekanmu, apalagi ketika kau di bawah dan terus menyebut namaku," bisik Daniel mencuri satu kecupan di sana.
Alin menggeleng. Ia tidak bisa melakukan apa pun. Kian tak tertahankan ketika tangan pria itu mulai merayap menuruni tubuhnya di mana titik sensitif itu berada.
"Daniel," pinta Alin sekali lagi.
"Kenapa, huum? Katamu kau cukup berpengalaman, ganti-ganti dengan banyak pria, tapi kenapa di sini terlihat berbohong?" Daniel tersenyum sinis.
Alin menautkan tangannya di depan dada, dan menatap pria itu penuh harap.
"Tolong lepaskan aku, Daniel. Aku salah, aku minta maaf. Tolong jangan lakukan ini." Alin bahkan nyaris mengeluarkan air mata.
Daniel memegang kedua tangan Alin yang berada di depan dada lalu diambil alih sehingga kini kedua tangan Alin mengapung mesra di lehernya. Pria itu bak seorang penjahat yang sudah menemukan targetnya. Tidak mudah untuk melepaskan.
"Sebenarnya aku lebih suka kalau kau menjeritkan namaku, bukan merengek seperti ini," kata Daniel.
"Aku mohon, Daniel."
"Diam, Sayang. Simpan tenagamu untukku. Jangan merengek seperti ini." Daniel berbisik lembut.
"Tolong, jangan lakukan lagi," pinta Alin dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Terlambat, Alin." Daniel tidak peduli, ia mulai menyambar bibir plum itu kembali.
Alin tidak bisa berkutik ketika sapuan lidah Daniel mulai menuruni leher jenjangnya, meninggalkan jejak basah di sana. Daniel kembali menghadap ke wajah Alin, menatap objek di depannya dengan lekat, sebelum menyambar dengan rakus bibir Alin untuk kesekian kalinya.
Daniel menggigit bibir Alin agar terbuka, Alin yang kesakitan tanpa sadar membuka bibirnya. Hal itu dimanfaatkan oleh Daniel untuk menjelajahi rongga mulut Alin menggunakan lidahnya.
Entah apa yang terjadi pada Alin, ia malah terbuai dengan sentuhan demi sentuhan yang Daniel berikan pada tubuhnya. Alin mulai menutup mata, membalas kelihaian lidah Daniel dalam menggoda mulutnya.
Daniel tersenyum puas ketika tidak mendapatkan perlawanan apa pun dari Alin. Alin sepertinya mulai menerima semua permainan Daniel, membuat pria itu semakin bersemangat.
'Gila, apa yang terjadi pada tubuhku? Kenapa aku menerima perlakuan Daniel,' rutuk Alin dalam hati. Napasnya semakin memburu seiring Daniel meningkatkan permainan panas mereka.
Erangan tak tertahankan lagi keluar dari mulut Alin ketika tubuhnya menerima perlakuan yang membuatnya semakin melayang. Membuat pipi wanita itu bersemu malu.
Daniel tersenyum penuh kemenangan. Kini tidak ada lagi protes apa pun dari bibir Alin. Alin seperti sama, mendamba setiap sentuhan yang Daniel berikan. Bahkan bisa Daniel lihat sendiri, bahwa Alin ikut larut dalam permainannya.
Daniel tidak tahan, menyambar bibir Alin kembali sedang di bawah sana menyentak miliknya lebih cepat. Alin seperti kehilangan akal sehat, ia malah meladeni Daniel penuh gairah. Satu jam mereka bergumul di kamar suite hotel tempat mereka bercinta dulu. Sampai pada akhirnya keduanya sama-sama berada di puncak kepuasan.
Deru napas keduanya saling beradu. Daniel menggulingkan tubuhnya ke samping Alin yang nampak tidak berdaya dengan napas tersenggal, mengecup kening wanita itu dengan hangat.
Alin merutuki diri sendiri, kenapa malah meladeni setiap perlakuan dari Daniel. Daniel mendekatkan diri, memiringkan tubuh dan mulai mengelus perut rata milik Alin. Senyum seringainya tidak lepas dari bibirnya.
"Cepatlah terbentuk, Baby. Papa menunggumu." Daniel mengecup perut Alin dengan sayang, lalu mendongak menatap Alin.
"K-kau brengsek, Daniel," umpat Alin masih dengan napas tersenggal.
"Suuut, shut up, Baby. Kau juga yang membuatku se-brengsek ini." Ucapan Daniel malah membuat Alin semakin terisak.
"Jangan menangis, Sayang. Kau juga menerima semua sentuhanku. Katakan, kau juga merindukan sentuhanku, kan?" bisik Daniel seraya menghapus jejak air mata di pipi Alin.
Daniel tersenyum. Baru ingin memeluk tubuh wanita itu, deringan ponsel menganggu niatnya. Bergegas ia meraih ponsel dan menjawab panggilan tersebut.
"Halo, Tuan. Ada masalah besar. Berita tentang gagalnya pernikahan Anda sudah tersebar di dunia maya."
"Sial, amankan kondisi dulu. Aku akan berangkat ke sana sebentar lagi," titah Daniel.
Daniel menutup panggilan, meletakkan ponselnya di atas nakas. Meraup wajah dengan gusar ketika masalah mulai menghampirinya. Daniel melihat Alin yang beringsut menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Tersenyum pias di sana.
"Kau dengarkan akibat dari kekacauan yang kau buat?" bisik Daniel. Mengecup kening wanita tersebut.
"Kau sudah berani bermain-main denganku. Maka jangan harap bisa pergi semudah itu."
Alin kian meremang mendengar itu. Dia hanya terdiam ketika ditatap oleh Daniel. Sebelum dagunya ditarik, lalu sebuah kecupan mendarat di bibirnya.
"Bibirmu cukup manis, " bisik Daniel.
Alin memalingkan muka, menahan malu. Ia merapatkan selimut yang membalut tubuhnya. Ketika melihat Daniel mulai beranjak untuk membersihkan diri dan berganti pakaian, Alin mulai bernapas
lega.
"Jangan coba-coba untuk kabur. Aku tidak akan melepaskanmu sampai kapan pun!" Daniel menyeringai, melepaskan cengkeraman di dagu Alin. Lalu beranjak pergi.
Alin memalingkan muka. Tidak mau melihat wajah itu. Walaupun beberapa menit lalu ia malah menerima semua perlakuannya. Alin tetap saja membisu. Sebelum akhirnya ia melihat Daniel keluar dari kamar dan mengunci pintu.
"Jaga wanita itu baik-baik. Jangan sampai kabur!" titah Daniel kepada dua pengawal yang berada di depan pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Alya Buleud
mantapp
2022-10-19
0
Shukron Mamun
Waw
2022-02-14
1
Fama Yanti Zebua Zebua
hhhhmmm aku suka ceritanya
2022-02-11
1