Beberapa bulan kemudian.
"Al, are you oke? Aku lihat beberapa hari ini tubuhmu terlihat lemah." Nola datang dengan membawa secangkir teh hangat lalu meletakkan di atas nakas.
"Aku baik-baik saja, La. Hanya sedikit mual. Pasti cuman masuk angin." Alin merapatkan selimut yang membaluti tubuhnya.
"Tapi ini sudah beberapa hari, Lin. Aku takut terjadi sesuatu padamu."
"Tenanglah."
Setelah kejadian malam itu, Alin memutuskan untuk tinggal di rumah sahabatnya yang jauh dari perkotaan dan tidak kembali ke rumah. Ia ingin melupakan semua masalah. Masalah cinta, keluarga, maupun hubungan satu malamnya dengan seorang pria itu.
"Nola, maaf aku selalu merepotkanmu. Kau sangat baik, aku tidak akan melupakan jasamu," kata Alin tulus.
"Astaga, Alin, kau ini seperti sama orang asing saja. Jangan dipikirkan lagi." Nola terkekeh.
"Tetap saja, Nol. Aku berhutang budi padamu. Kalau kau tidak menolongku waktu itu, mungkin aku tidak akan berada di sini." Alin masih ingat jelas bagaimana Nola mengulurkan tangan saat Alin tidak berdaya.
"Ck, berhentilah mengatakan itu lagi. Tapi, Al, aku ragu kalau keberadaanmu pasti akan cepat diketahui. Kau tahu kan isi otak licik mereka?" Nola menatap Alin bimbang. Apalagi ketika Nola tahu siapa yang andil besar dalam masalah yang Alin hadapi.
"Ya, aku tahu. Aku terlalu gegabah waktu itu."
"Kita pikirkan itu nanti. Kepalamu masih sakit?" Nola menyentuh kepala Alin.
Alin mengangguk. "Kadang-kadang. Kadang juga serasa mau pecah."
Nola tersenyum. Begitu besar masalah sahabatnya itu. Ia sendiri sampai bingung mau membantu bagaimana. Belum sempat menanyakan satu hal, ponselnya berdering, pesan dari temannya membuat Nola membulatkan mata kaget.
"Al, lihat ini. Bukankah ini fotomu? Pengusaha besar itu sedang mencarimu ke mana-mana, bahkan memberikan imbalan pada siapa pun yang berhasil menemukanmu." Nola menunjukkan sebuah berita di sosial media yang memuat tentang Alin.
"Mana?"
Mata Alin membelalak ketika melihat sebuah foto, dan sudah ia pastikan bahwa itu adalah dirinya.
"Pengusaha itu bernama Daniel Maheswara, pemilik perusahaan retailer online fashion terbesar. Untuk apa dia mencarimu jika itu bukan suatu hal yang penting? Apa jangan-jangan dia pria itu?" Nola membelakkan mata.
Alin terdiam. Ia membuka salah satu web dan mengetikkan nama Daniel di sana. Terpampanglah sebuah foto yang Alin jelas pastikan bahwa benar pria itu adalah orang yang menghabiskan malam dengannya.
"Nola, apa yang harus aku lakukan?" Alin menatap Nola gugup.
"Jadi, benar dia orangnya?" Alin mengangguk. "Astaga."
"Lalu apa yang akan kau lakukan, Al? Kau tahu, cepat atau lambat dia akan tahu kalau kau tinggal di sini. Secara, pasti koneksi dia lebih bagus untuk sekedar melacak keberadaan orang."
"Berhenti, La. Kau membuatku takut." Alin meremang. Dia takut bahwa Daniel akan menculiknya.
"Tapi kenapa dia mencariku? Bukannya hubungan kami hanya berakhir hari itu juga?" Alin resah. Alin mengatakan untuk tidak mencarinya, tapi kenapa pria itu malah memasang pengumuman tentang dirinya?
Nola nampak berpikir, lalu berkata, "Apa dia mau bertanggung jawab kepadamu, Al?"
"Bertanggung jawab apanya?"
"Tidak mungkin kalau kau hamil, kan?"
Alin tersedak salivanya sendiri. Mengelap sudut bibirnya yang basah menggunakan jari. Menggeleng, seraya terkekeh renyah. Tidak mungkin rasanya.
"Ah, tidak mungkin. Bagaimana bisa aku hamil," kilah Alin. Menepis tangan Nola.
"Tidak ada yang tidak mungkin. Apa kau ingat dia memakai pengaman atau tidak saat kalian bermalam waktu itu?" Nola menaikkan sebelah alis.
Alin meneguk ludah kasar. Waktu itu dia tidak ingat apa pun. Pikirannya terlalu penuh dengan rasa kecewa, sampai tidak berpikir sejauh itu.
"Tunggu sebentar." Nola pamit pergi.
Alin mengelus perutnya sendiri. Apakah benar jika dirinya tengah mengandung? Hamil dari pria yang sama sekali tidak ia kenali? Lalu, bagaimana nasibnya jika sampai itu terjadi?
"Ini." Nola menyerahkan sesuatu kepada Alin.
"Apa ini?"
"Alat tes kehamilan."
Alin menatap nanar sebuah testpack di tangannya. Lalu menatap Nola yang sepertinya mulai memberikan paham. Tidak mungkin kan Alin mengandung?
"Hhh, untuk apa aku tes? Aku tidak hamil, La." Alin terkekeh.
"Tidak ada yang tidak mungkin. Gejalamu sekarang seperti orang yang sedang mengandung, Alin. Tidak ada salahnya mencoba." Nola mencoba memberikan penjelasan.
Alin meremas alat yang masih tersegel itu, lalu bangkit dari ranjang dan bergegas menuju toilet. Awalnya ia ragu, tapi akhirnya Alin memutuskan untuk mencoba.
Lama Nola menunggu Alin untuk melakukan tes di toilet seraya menyandarkan tubuh di pintu, tidak lama kemudian Alin datang dengan raut wajah yang sulit di artikan. Nola mendekat, memegang tangan sahabatnya.
"Bagaimana hasilnya?"
Tanpa menjawab, Alin menyerahkan hasil testpack tersebut kepada Nola, yang disambut kerutan di dahi oleh sahabatnya.
"Bantu aku, Nola." Alin memegang tangan Nola.
***
"Sudah menemukan informasi tentang wanita itu?" Sang asisten yang ditanya hanya tersenyum pias.
Daniel menurunkan kacamata, meletakkannya di meja, lalu menatap dalam sang asisten di depannya yang nampak berbeda. Aura angkuh dan dinginnya mendominasi membuat siapa saja pasti akan merasa takut.
"Sudah, Tuan. Tapi ...."
"Tapi?"
"Ada sesuatu yang mungkin tidak sesuai dengan harapan, tapi saya harap Tuan dapat menerimanya."
"Cepat katakan! Jangan membuatku penasaran!"
Asisten Daniel memberikan isyarat menggunakan tangan untuk memanggil seseorang. Tidak lama kemudian, datanglah seorang wanita masuk ke ruangan.
Daniel menaikkan sebelah alis melihat wanita asing di depannya.
"Siapa kau?"
"Saya Nola, Tuan." Nola mengangguk patuh. Pantas saja Alin takut, pria itu terlalu menyeramkan.
"Apa tujuanmu datang ke mari?" Daniel menatap dingin.
"Saya ingin membicarakan mengenai wanita yang Anda cari. Alin."
Spontan tubuh Daniel langsung menegak ketika mendengar nama itu. Otaknya langsung ngeblang begitu saja.
"Apa kau mengenal Alin?" tanya Daniel penasaran.
"Sangat. Kami bahkan sahabatan sejak SMA." Nola mengulas senyum.
"Apa buktinya?" Daniel bukanlah orang yang mudah ditipu bgitu saja.
Nola melangkah maju dan menunjukkan beberapa foto dirinya dengan Alin. Memberikannya pada Daniel supaya pria itu percaya.
"Lalu di mana dia sekarang? Aku ingin bertemu dengannya." Daniel mulai menunjukkan antusiasnya.
"Dia ... dia ...."
"Di mana, hah? Bicara yang jelas!"
Nola hanya menunduk, lalu diam-diam terisak. Hal itu mengundang tanda tanya bagi Daniel. Pasalnya dia membutuhkan jawaban, bukan tangisan seperti ini.
Melihat atasannya bingung, sang asisten menyerahkan sebuah lembaran kertas berisi keterangan sesuatu.
"Nona Alin sudah meninggal, Tuan."
"M-meninggal?" Daniel terkejut. Lidahnya begitu kelu.
Daniel hampir saja terhuyung membaca baris demi baris surat yang mengatakan tentang kematian Alin. Ia tidak menyangka, orang yang selama ini ia cari, malah berakhir seperti ini.
"Kecelakaan mobil telah menewaskan Nona Alin. Dia meninggal setelah keluar dari sebuah kafe bersama Nona Nola, ditabrak oleh seorang pengendara truk yang kemungkinan memang suruhan dari seseorang. Saya sudah memeriksa surat kematian dari Nona Alin."
Daniel menggeleng tidak percaya. Lantas berjalan menuju ke arah Nola yang masih terisak. Memegang bahu lalu dicengkeramnya kuat.
"Katakan bahwa semua ini bohong. Semua ini palsu, kan?!"
"Maaf, Tuan. Saya tidak bisa menjaga Alin dengan baik," ucap Nola terisak.
Daniel malah tersenyum pias. Bergerak mundur seraya meremat kertas putih itu menjadi lusuh. Tidak, tidak mungkin Alin akan meninggalkannya semudah itu. Daniel tidak percaya.
"Tidak mungkin, Alin tidak mungkin meninggal." Tubuh Daniel oleng begitu saja.
"Tuan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
masih nyimak
2022-02-18
1
Liana Noviyanti
aq mampir KK🤗🤗
ada yg aneh kok tiba-tiba alin meninggal bukanya dia td lagi tes kehamilan sama Nola ya 🤔🤔
2022-02-18
1
Wiwit Wahyuni
hamil
2022-02-13
1