Setibanya di rumah, Arlo langsung masuk ke kamarnya setelah mengantarkan ibunya beristirahat. Berdasarkan informasi dari ibunya, pria yang menculik ibunya itu bernama Daniel Maheswara.
Dengan kemampuan IT-nya yang tinggi, Arlo berhasil mengorek keterangan tentang data pribadi Daniel.
Jemari lincah Arlo langsung menuju salah satu web dan mengetikkan nama lengkap dari pria itu. Alangkah terkejutnya Arlo ketika melihat hasil penelurusan itu. Orang yang sedang ia cari sekarang itu rupanya bukan orang yang sembarangan. Pengusaha besar dengan keluarga yang paling berpengaruh di kota.
Arlo sudah mendapatkan ketrampilan meng-hack saat dia berada di London dulu. Kecerdasan yang luar biasa itu memungkinkan dia untuk lebih cepat belajar dari anak seusianya.
Sebenarnya waktu Arlo diajak ke Indonesia pun, ia sudah belajar mempelajari berbagai cara untuk meretas berbagai situs.
Lalu sekarang Arlo akan menguji coba hasil belajarnya dengan meretas sistem keamanan perusahaan Daniel. Sebagai balas dendam karena telah menculik ibunya.
Setelah beberapa lama berkutat di layar laptop, Arlo meregangkan otot tangannya kuat karena merasa lelah. Lalu tersenyum culas ketika berhasil meretas sistem keamanan tersebut. Bisa ia pastikan kalau sistem di perusahaan Daniel tidak akan berfungsi lagi.
"Rasakan itu paman licik, siapa suruh kau menculik ibuku." Arlo terkekeh. Ia membaca ulang tulisan di layar laptopnya yang akan terbaca nantinya saat Daniel mencoba memulihkan sistem yang sudah berhasil ia retas.
Arlo merentangkan tangan, ia sudah cukup lelah setelah melakukan penyelamatan terhadap ibunya tadi. Menyamar dan berakting seperti itu menjadi pengalaman tersendiri bagi Arlo.
Dengan langkah gontai, Arlo berjalan dari kamar menuju ruang tengah di mana ibu dan bibinya tengah berbincang. Arlo langsung saja mendekat dan berbaring di atas paha Alin.
"Mommy," rengek Arlo.
Tidak ada sosok Arlo yang pintar dan jago hacker, bila ia bersama ibunya, Arlo akan menjadi sosok anak seusianya yang manja dan merengek meminta permen. Seperti Arlo yang seumurannya sudah muncul ketika bertemu dengan Alin.
"Ada apa, Arlo?" Alin mengusap kepala anaknya lembut.
"Mau keripik." Arlo menunjuk keripik kentang yang ada di meja.
"Boleh. Tapi kalau makan tidak boleh sambil tidur. Kamu tahu kan apa akibatnya?" Alin menaikkan sebelah alis.
" Makan sambil tiduran merupakan faktor risiko dari refluks asam lambung (GERD). Selain itu, makan sambil tiduran bisa menyebabkan batuk-batuk, cegukan dan/atau bahkan tersedak muntahan makanan dalam kerongkongan — yang risikonya bisa berakibat fatal. "Arlo menjelaskan panjang kali lebar. Seolah dia sudah fasih dalam bidang itu.
"Anak pintar. Cepat duduk," suruh Alin. Lalu ia meraih snack ringan itu dan memberikannya kepada Arlo.
Nola yang tengah melihat interaksi itu hanya menggeleng tidak percaya. Bagaimana mungkin anak seusia dini itu bisa mengetahui banyak hal seperti ini. Memiliki pengetahuan seluas itu, sekaligus bisa belajar dengan cepat. Benar-benar ajaib.
Biasanya seusianya Arlo masih suka bermanja-manja dan merengek, suka rewel dan sebagainya. Namun, Arlo malah berbeda dari biasanya.
Namun, Nola kembali terfokus pada Alin. Ia terlalu khawatir pada kondisi sahabatnya itu. Apalagi disekap oleh seorang Daniel, pasti banyak mengalami kesulitan.
"Apa kau yakin dia tidak menyiksamu, Alin?" Nola bertanya lirih. Dia tidak ingin Arlo sampai mendengar pembicaraanya.
Alin menoleh. "Dia kadang lembut, kadang juga kasar. Aku tidak bisa menebaknya."
"Ck, dasar pria itu. Tapi bagaimana bisa kau bertemu dengannya sampai diculik seperti ini?" Wajah Nola muram, kesal juga. Pantas saja jika Alin menghindari Daniel, pria itu sangat tidak baik.
"Waktu itu aku tengah membeli kue pesanan Arlo, tapi ternyata dia ada di tempat yang sama. Kami bertengkar, lalu dia memukulku, lalu aku tidak sadarkan diri," jelas Alin.
"Astaga, Alin." Nola sampai menutup mulutnya sendiri mendengar cerita itu. Tidak bisa ia bayangkan bagaimana menderitanya Alin ketika disekap oleh Daniel. Pria itu kan memang terlihat kasar dan menyeramkan.
"Tapi kenapa dia menculik mommy? Apa mommy punya salah?" Arlo ikut melontarkan pertanyaan.
Alin dan Nola saling berpandangan ketika Arlo melontarkan pertanyaan itu. Entah kenapa anak itu selalu menyambung dengan apa yang sedang dibahas.
"Mmm, tadi bagaimana caranya kamu mengalahkan pengawal itu, Arlo?" tanya Alin lembut mencoba mengalihkan perhatian.
'Mommy menghindari pertanyaanku, pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Aku harus mencari tahu,' batin Arlo sambil menatap ibunya.
"Tadi aku berpura-pura sebagai anak penjual minuman, Mom. Bibi Nola juga mendandaniku pakai bedak coklat, sampai aku cemong. Kalau mommy tahu, pasti mommy sudah menertawakanku." Arlo tertawa sambil memegangi perutnya. Tidak bisa mengingat lagi bagaimana dirinya waktu itu.
"Benarkah? Lalu apa mereka percaya?" tanya Alin antusias.
"Percayalah. Aku mengatakn kalau aku belum makan dari kemarin, Bibi juga membuat seolah-olah kakiku terluka. Mereka langsung iba dan membeli minuman yang sebelumnya sudah dicampur dengan obat pencuci perut."
"Oh, begitu. Bagaimana idenya sangat unik begitu, huh?" Alin menatap Arlo yang tengah tertawa itu.
"Kukira juga gagal, Alin, tapi ternyata Arlo bisa berakting dengan baik. Buktinya dia bisa mengelabui mereka," sahut Nola.
"Tentu dong, Bibi. Arlo kan calon artis papan atas." Arlo menepuk dadanya sendiri, membanggakan. Namun, sifat tengilnya itu langsung terhenti ketika ibunya mencubit hidung mancungnya.
"Artis apanya? Orang tidur aja masih mengompol," sindir Alin.
"Mommy!" bentak Arlo tidak suka. Mengembungkan pipinya karena mendengar ibunya mengatakan hal itu.
"Uluh, uluh, anak mommy merajuk, huum?" Alin mengacak rambut Arlo yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Arlo.
"Arlo marah sama mommy!" Arlo membalikkan badan. Melipat tangan di atas dada.
"Yakin, mau merajuk dengan mommy? Kalau mommy pergi lagi bagaimana?" Alin mencoba membujuk.
Arlo masih membisu. Namun, beberapa menit kemudian ia berbalik dan memeluk tubuh ibunya dengan erat.
"Tidak mau mommy pergi. Arlo sayang mommy," kata Arlo sambil terisak.
"Sayang juga sama jagoan kecil mommy ini." Alin membalas pelukan anaknya tidak kalah erat.
***
Keesokan harinya.
Perusahaan E-Commerce mendadak ricuh akibat kegemparan yang ditimbulkan karena sistem rusak secara menyeluruh.
Para karyawan tidak bisa bekerja dikarenakan seluruh komputer tidak bisa beroperasi dengan baik sebagaimana mestinya.
Sementara Daniel di sana membaca tulisan yang tertera di layar laptop.
JANGAN SENTUH WANITAKU!
Kira-kira seperti itulah tulisannya yang membuat Daniel menggeram marah. Daniel mengira bahwa wanita yang dimaksud adalah Alin, karena selama ini ia hanya berhubungan dengan wanita itu.
Selama lima tahun, Daniel menutup akses wanita yang ingin mendekatinya. Terkecuali Angela. Entah kenapa wanita itu tiba-tiba hadir dan menyambutnya. Namun, untuk melupakan Alin, Daniel sepenuhnya tidak akan sanggup.
Bayangan wajah Alin masih menghantuinya. Ia tidak bisa melupakannya semudah itu. Tapi kini mengetahui Alin sudah berbohong kepadanya, timbul rasa benci di hati Daniel. Tapi ia tidak bisa menampik bahwa ada setitik rasa cinta di hatinya untuk Alin.
"Vano, cepat selesaikan permasalahan ini!" perintah Daniel.
Daniel memukul meja dengan keras.
Vano ketakutan. Ia langsung bergegas mengumpulkan tim IT perusahaan E-Commerce untuk memulihkan sistem yang sebelumnya diretas. Ia tidak mau kemarahan Daniel, berimbas kepada karyawan lain.
Sementara Daniel di sana hanya mengepalkan tangan di atas meja dengan raut wajah marah. Ia melemparkan semua barang di atas meja kerjanya sebagai pelampiasan.
"Lihat saja, aku akan menemukanmu bahkan bila kau sembunyi di kolong jembatan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sumini Harrni
Danil gila..kenapa benci SM alien.harusnya benci SM angela.dasar sinting kerenthor ❤️
2022-09-21
0
Titin Hendryati
bocil bocil...😂😂😂
2022-09-07
0
Sri Faujia
g usah kau marah daniel,cpt kau cari itu alin kau g atu anak mu cerdas ne kerjaan anakmu arlo
2022-08-08
0