"Lepas! Lepaskan aku!"
Alin terus memberontak, memberatkan diri supaya tubuhnya tidak mudah dibawa, tapi seseorang di depannya malah menyeret tubuh Alin sampai tiba di halaman . Tubuh Alin sempat terhuyung menabrak mobil jika saja dirinya tidak berpengangan pada sisi mobil.
"Apa yang kau lakukan, hah? Kau membuatku kesakitan!" bentak Alin menatap Daniel nyalang.
Daniel tidak menjawab. Tatapannya meredup menghadap Alin yang tidak bisa diam untuk menggerutu. Lima tahun lamanya Daniel mencari wanita itu, bahkan sudah mengerahkan orang untuk mencarinya, tapi usahanya sia-sia. Namun, sekarang Alin lah yang tanpa sengaja mendatanginya.
Alin yang dipandangi seperti itu merasa aneh. Lima tahun silam, tidak merasakan debaran aneh saat bersinggungan dengan seorang pria. Baru kali ini, Alin merasakan getaran itu lagi.
"Menyingkir! Kau menghalangi jalanku!" Alin mengibaskan tangan hendak pergi.
Daniel tidak mengindahkan perkataan itu, cepat bergerak untuk memeluk tubuh Alin dan mendekapnya erat. Lain halnya dengan Alin yang malah mematung, merasa asing dengan dekapan itu.
Daniel mengurai pelukan, lalu memegang bahu Alin sebelum berkata, "Kau masih hidup?"
Daniel terpaku menatap Alin yang dikiranya sudah mati. Dulu, ia sempat mengira bahwa separuh hatinya sudah pergi meninggalkan. Sekarang, Daniel bernapas lega bisa menemukannya kembali.
Alin mengempaskan tangan Daniel di bahunya. Menatap sebentar, lalu memalingkan muka kembali. Tidak mau lebih lama menatap mata elang milik pria itu.
"Jangan berlagak akrab. Aku tidak mengenalmu," kata Alin sembari memalingkan muka.
Daniel menaikkan sebelah alis. "Jangan berbohong, Alin. Aku masih ingat jelas bagaimana kau mengatakan pada semua orang bahwa kau sedang mengandung anakku."
Alin melupakan satu hal itu. Ia tidak bisa mengelak pandangan Daniel kali ini. Wanita itu meneguk salivanya dengan kasar karena merasa tercekat.
"Selama lima tahun aku mencarimu. Jadi, kau memalsukan kematianmu untuk membohongiku?" selidik Daniel. Pria itu menatap dengan nyalang.
Alin meneguk ludah kasar. Daniel menatapnya begitu lekat, sampai Alin tidak bisa berkutik. Rahasianya terbongkar begitu saja dengan mudah.
"Jawab aku, Alin!" Daniel mencengkeram kedua bahu Alin dengan kuat, sehingga membuat wanita itu meringis.
Alin memberanikan diri untuk menatap sang pria di depannya. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwsannya ada rasa takut yang menyelimuti.
"Untuk apa mencariku? Bukankah sudah aku bilang untuk tidak mencariku untuk urusan apa pun!" Jawaban ketus dari Alin malah membuat Daniel merasa terpancing.
Daniel memalingkan muka. Lebih tepatnya menahan amarah. Wanita itu membuatnya naik pitam dengan jawaban yang membuatnya kesal.
"Lalu kenapa kau menghancurkan pernikahanku, hah?!"
"Aku tidak menghancurkanmu, tapi aku menghancurkan adikku!" sentak Alin menatap nyalang.
"Untuk apa kau menghancurkannya, hah? Tidakkah kau lihat bagaimana hancurnya harga diri keluargamu karena ulahmu?"
Daniel membela. Ia masih ingat jelas bagaimana keluarganya, membalas perbuatan keluarga Alin dengan tidak tanggung-tanggung.
"Hhh, katakan saja bahwa kau mencintainya, kan? Kau mencintai Angela! Tapi tak apa, selagi Angela merasa hancur aku akan merasa puas! Apalagi melihat pernikahan kalian hancur, aku merasa di atas awan." Senyuman licik Alin terbit. Terkekeh dengan nada meremehkan.
"Tapi bukan seperti ini caranya! Sama saja kau menghancurkan reputasi keluargamu, dan aku juga!" Daniel menggeram marah. Bukan itu, ia hanya tidak ingin keluarganya melakukan sesuatu kepada Alin.
"Apakah aku peduli?"
Alin menyeringai. Keduanya saling bertatapan dan larut dalam pikirannya masing-masing. Sampai beberapa detik, Alin memutuskan kontak mata itu. Sebelum akhirnya menoleh ke sisi kanan berniat untuk pergi.
"Menyingkirlah, urusanku sudah selesai!"
Daniel menampilkan senyum liciknya, mencekal tangan Alin kuat sehingga membuat wanita itu kesakitan. Daniel tidak akan melepaskannya begitu saja, terlepas dengan insiden yang menimpanya sekarang.
"Apa kau pikir bisa pergi begitu saja setelah menghancurkan pernikahanku? Kau sudah masuk dalam duniaku, dan tidak akan semudah itu untuk pergi," bisik Daniel membuat Alin meremang.
"Lepaskan!"
"Masuk mobil!" titah Daniel.
"Tidak mau! Lepaskan!"
"Menurut atau aku bertindak kasar!" Semakin kuat cengkeramannya, semakin kuat ringisan dari Alin.
"Aku tidak akan menurut! Cepat, lepaskan aku!"
"Oh, jadi kau suka dikasari, huum?"
"Ck, lepaskan aku bilang!"
Alin tidak mau menurut, maka dari itu Daniel memukul tengkuk Alin sehingga wanita itu terjatuh pingsan. Ia menggendongnya ala bridal style dan memasukkan ke mobil. Dirinya sendiri juga ikut, memasang sabuk pengaman dan membawa wanita itu pergi juga.
"Jangan harap aku melepasmu semudah itu, Alin Pramudya."
Daniel menyeringai sambil menatap Alin yang terpejam. Ia tidak akan mengampuni siapa saja yang sudah bermain dengan dirinya.
Daniel membopong tubuh Alin memasuki lobi hotel, sebelumnya ia sudah memesan sebuah kamar untuk ditempati. Setelah berhasil membuka akses kamar, Daniel berjalan menuju ranjang dan menurunkan Alin secara hati-hati.
Daniel membelai pipi Alin lembut, rasanya masih sama dengan kejadian beberapa tahun lalu di mana ia menghabiskan malam bersama. Daniel pikir ia tidak akan bertemu lagi dengan Alin karena mengira bahwa berita kematian itu benar. Namun, ternyata hanyalah sebuah kebohongan.
"Aku berniat baik, tapi kau malah membohongiku selama ini, Alin," geram Daniel.
Pria itu mengambil air di nakas dan mencipratkan ke wajah Alin. Benar saja, tidak lama kemudian Alin membuka mata, sadar.
"Akhirnya kau sadar juga, Alin."
Daniel menyeringai melihat wajah ketakutan dan kebingungan dari Alin.
Alin menatap tubuh Daniel dengan bergemetar. Ternyata pria itu telah menangkapnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Alin memikirkan cara agar ia bisa keluar dari situasi ini.
"Katakan, Alin, apa benar kau mengandung anakku?" Daniel naik ke tempat tidur, mendekati Alin yang terduduk ketakutan. Berada di atas tubuh Alin dan mengukung tubuh wanita itu.
"Jangan bodoh. Aku tidak mungkin hamil anakmu." Alin berpura-pura tidak takut Daniel.
"Lalu kenapa kau mengatakan pada semua orang bahwa kau hamil anakku, hah?" Daniel mencoba menahan emosinya.
"Untuk menghancurkan mereka," tukas Alin santai. Yang mana malah membuat Daniel merasa geram.
"Lagipula itu sudah lama, aku tidak mungkin mengandung anakmu. Kalaupun hamil, belum tentu darah dagingmu juga." Alin memalingkan muka, tidak mau melihat wajah pria di atasnya itu.
"Jangan mengarang cerita yang membuatku marah, sialan!" bentak Daniel yang membuat Alin berubah pias. Mencengkeram dagu Alin sehingga membuat wanita itu meringis sakit.
"Aku berkata Jujur. Aku tidak mungkin hamil anakmu. Aku bahkan tidak sudi jika harus mengandung darah dagingmu, Daniel!" Alin berteriak.
Daniel terdiam sejenak. Tatapan dasarnya cukup mampu membuat musuhnya menciut. Namun, tidak bagi Alin. Dalam sisa keberaniannya, ia masih setia menatap Daniel.
"Jadi, kau tidak mengandung anakku? Bukankah percintaan satu malam kita waktu itu sangat berpotensi untuk kau hamil anakku? Apa jangan-jangan kau memang sudah melahirkan dan menyembunyikan anakku, Alin?"
Pertanyaan beruntun itu nyaris membuat Alin tercekat. Gila saja, kenapa pria itu sampai berpikiran sejauh itu. Namun, dia tidak mudah menyerah. Alin harus menang.
"Apa kau pikir aku hanya melakukannya satu kali denganmu?" sinis Alin.
"Aku tahu karena aku yang merasakan pertama kali dirimu. Kau melakukannya pertama kali denganku," jawab Daniel. Membuat Alin semakin tercekat dengan dada yang berdetak tidak karuan.
"Mau berkilah apalagi sekarang? Mengatakan kalau aku berbohong? Aku bukan pria yang mudah dibodohi, Alin. Jadi jangan berani untuk bermain-main denganku," bisik Daniel.
Alin meremang. Bisikan Daniel begitu nyata rasanya menyapu telinga.
"Apa perlu aku mengingatkanmu kejadian lima tahun lalu, hah?" Daniel menyeringai membuat Alin semakin kalut.
Dari sorot mata Alin, Daniel tahu ia masih mengingat memori tentang malam itu. Daniel tidak semudah itu untuk dikelabuhi.
Alin membulatkan mata kala seringaian pria itu terlihat jelas dari bibirnya. Seperti seorang pemburu yang sudah mendapatkan barang miliknya. Dada Alin berdegup tidak karuan. Kian tak tertahankan ketika pria itu mulai mendekatkan diri dan membisikkan sesuatu yang membuat Alin sampai menahan napas.
"Kau benar, katamu kau tidak mungkin mengandung anakku, kan? Akan kupastikan mulai sekarang, kau akan hamil darah dagingku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sumini Harrni
cih Danil .katamu kmu TDK bisa di bodohi siapa pun.tapi bisa di bodohi.sm wanita jalang.angelia😅😠
2022-09-21
0
Ayya Na
kisruh keluarga maheswara
2022-04-09
1
Liana Noviyanti
eehhh memukul tengkuk ya aq pikir memegang tengkuknya karena mau mencium🤭🤭
2022-02-18
2