Lima tahun kemudian
"Arlo, tunggu!" seorang bocah laki-laki berlarian di lobi bandara.
"Ayo, Mom! Kejar aku!" Anak laki-laki yang dipanggil Arlo tersebut menjulurkan lidahnya, bermaksud mengejek.
"Astaga, Arlo. Hati-hati, nanti kau terjatuh," peringat seorang wanita yang tengah sibuk mengejar langkah kaki dari anak kecil tersebut. Namun, tetap saja kalah lincah dengan anak laki-laki tersebut.
"Ah, Momy lemah. Tidak seperti Arlo yang kuat. Lihat, otot Arlo sudah seperti paman Mike." Arlo menggulung lengan bajunya, ingin menunjukkan otot di lengannya, padahal sama sekali belum terlihat.
"Iya, iya, Momy percaya. Arlo sangat kuat. Tapi paman Mike tidak nakal seperti Arlo. Siapa suruh tadi berlarian-larian di kerumunan orang, hah? Kalau Arlo hilang dan tidak bisa bertemu Momy lagi bagaimana?" Seorang wanita tersebut mencoba mengarahkan anak kecil tersebut.
"Arlo tidak mau berpisah dengan Momy." Arlo cemberut.
"Maka dari itu, sekarang menurut apa kata Momy. Duduk di sini dulu, Momy mau mengambil koper dan mengurus administrasi. Arlo bisa kan nurut kata Momy?" Wanita itu mengelus kepala anaknya dengan sayang. Membimbing Arlo untuk duduk di sofa tempat menunggu.
"Siap, Bos!" Arlo melakukan gerakan hormat. Yang mana dibalas dengan usapan lembut di kepala.
Wanita tersebut akhirnya pergi. Mengurus urusan setelah baru saja sampai di bandara.
Arlo duduk sambil mengamati orang yang berlalu lalang di bandara. Menggerakkan kakinya karena bosan telah menunggu dengan lama. Tidak lama kemudian, datanglah seorang pria yang berpakaian rapi duduk di sofa sebelahnya.
Arlo yang memiliki rasa penasaran tinggi, akhirnya pelan-pelan mendekati pria itu. Apalagi anak usia lima tahun itu belum tahu mana orang yang harus dihindari dan yang tidak. Arlo melihat catatan di layar laptop tersebut, lalu bergumam.
"Itu sama dan lebih besar. Bukan lebih besar, Paman," kata Arlo sambil menunjuk ke arah layar laptop.
Pria yang tengah kebingungan itu langsung menoleh dengan cepat ketika mendengar suara seseorang. Pria itu adalah Daniel. Kebetulan dia menunggu orang penting perusahaan yang berasal dari luar negeri. Daniel menaikkan sebelah alis ketika melihat seorang anak kecil di sebelahnya.
"Apa katamu?"
"Kode HTML-nya hilang lebih besar dan sama dengannya," kata Arlo menjelaskan.
"Setelah kode diterapkan, serangan yang ditargetkan mencuri data dari awal hingga akhir hanya butuh waktu beberapa jam. Namun, perlu beberapa bulan bagi Paman untuk menemukan celah tersebut."
Daniel menganga. Tidak percaya dengan kemampuan anak lima tahun itu. Dirinya begitu fasih mengatakan solusi dari permasalahan yang dihadapi Daniel saat ini.
Daniel masih heran. Tidak ada salahnya untuk mencoba, Daniel menerima usulan tersebut. Ia terbelalak kaget ketika permasalahannya terpecahkan sekarang dibantu dengan anak kecil tersebut. Bahkan sudah setengah jam Daniel mencari kesalahan, tapi dengan sekejap anak kecil itu menemukannya.
"Hebat sekali. Bagaimana kau belajar soal ini?" Daniel menatap anak itu antusias.
"Mudah, Paman. Selama aku di London, aku belajar banyak hal bersama Paman Mike. Dia mengajariku tentang semuanya."
"Wah, beruntung sekali orang tuamu memiliki anak cerdas sepertimu. Oh, iya, siapa namamu?"
"Arlo."
"Perkenalkan nama Om adalah Daniel." Daniel mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh Arlo dengan hangat.
Daniel tersenyum. Entah kenapa berhadapan dengan Arlo sekarang membuat hatinya berdegup dengan kencang. Daniel seperti melihat dirinya sewaktu kecil. Nostalgia dengan masa lalunya.
"Daniel, aku mencarimu ke mana-mana, rupanya kau di sini. Eh, siapa anak kecil ini?" tanya seorang wanita yang baru duduk di sebelah Daniel sambil membawa minuman.
"Aku baru mengenalnya. Dia Arlo," kata Daniel memperkenalkan.
Arlo tersenyum, tapi tidak disambut apa pun oleh Angela. Angela hanya menatap sebentar lalu terfokus kepada Daniel.
"Aku membawakan minuman untukmu. Kau pasti lelah, kan?" Angela meletakkan satu cup minuman di meja kepada Daniel.
Daniel mengambilnya, dan malah memberikannya kepada Arlo.
"Sebagai tanda ucapan terima kasih dari Paman." Daniel tersenyum.
"Wah, makasih, Paman." Arlo menerima minuman itu dengan senang hati.
"Daniel, kenapa kau memberikannya pada bocah itu? Aku capek-capek mengantre untuk membelinya," gerutu Angela kepada Daniel. Minuman yang ia tujukan untuk Daniel malah diberikan pada orang lain.
"Aku bisa membelinya lagi nanti," putus Daniel.
Angela menatap sinis kepada Arlo. Anak itu membuat rencananya gagal. Lantas Angela kembali terfokus pada Daniel.
"Daniel, papa mengatakan kalau hari ini kita harus fitting baju untuk pernikahan kita lusa," kata Angela.
"Aku masih sibuk." Daniel kembali terfokus pada layar laptop.
"Ayolah, Daniel. Kenapa kau selalu mementingkan pekerjaan dibanding denganku, Daniel? Lagian kita fiting baju hanya sebentar." Angela memegang lengan baju Daniel seraya membujuk.
Daniel memijit pelipisnya. "Bisakah kau diam? Sungguh, aku sedang pusing sekarang."
"Ck, kenapa kau tidak mengerti, Daniel? Pekerjaan bisa ditinggal sebentar bisa, kan? Ini hari penting kita, Daniel. Tidak bisakah kau meninggalkan pekerjaan sebentar saja?" Angela cemberut. Menatap Daniel kesal.
"Kita akan melakukannya, tapi tidak hari ini. Aku masih pusing dengan masalahku." Daniel berkata tegas, tanpa menoleh.
Angela mengeram marah. Namun, dia tidak bisa melakukan apa pun lagi karena tidak ingin Daniel merasa kesal.
"Kalian akan menikah?" Pertanyaan itu datang dari Arlo.
"Hei, bocah! Jangan ikut campur urusan orang dewasa, ya!" sentak Angela tidak suka.
"Angela!" tegur Daniel.
"Kenapa, Daniel? Entah siapa bocah ini, tiba-tiba saja ikut campur urusan kita. Bocah, di mana orang tuamu, hah? Apa mereka tidak mengajarkanmu sopan santun?" Angela menatap sinis kepada Arlo.
"Jangan kekanak-kanakan, Angela!" Entah kenapa Daniel tidak suka dengan nada bicara Angela.
"Kau memarahiku karena bocah itu, Daniel?" Angela membelalakan matanya.
"Dia hanya bertanya, kenapa kau malah memarahinya?" Daniel mencoba mengontrol emosi dalam dirinya.
"Benar kata Paman. Aku hanya bertanya, kenapa malah Tante yang marah? Lagipula kalau Paman tidak mau ikut, ya jangan dipaksa," kata Arlo turut meramaikan.
"Kau!"
Arlo menatap dengan dingin, sebelum pada akhirnya ingin beranjak untuk menemui ibunya, namun tanpa disangka tangannya tidak sengaja menyenggol cup berisi minuman sehingga airnya tumpah mengenai berkas Daniel di meja. Sontak hal itu membuat Daniel dan Angel terbelalak.
"Dasar kau bocah tidak tahu diri! Di mana orang tuamu, hah? Aku akan memberikan pelajaran!" geram Angela.
"Angela, sudah. Aku masih punya file-nya, masih bisa dicetak lagi," lerai Daniel tidak mau memperpanjang masalah.
"Tidak bisa, Daniel. Mereka harus bertanggung jawab!"
Arlo menunduk dengan wajah cemberut. Berharap ibunya datang dan menyelamatkan dirinya. Arlo tidak menangis, dia bukan anak yang cengeng seperti itu. Ia menunduk hanya karena merasa bersalah saja.
"Arlo?"
Arlo mendongak ketika seseorang memanggil namanya. Seorang wanita berdiri di depannya seraya menampilkan wajah khawatir. Arlo awalnya tidak mengerti, tapi mendapat suatu isyarat akhirnya ia paham.
"Kau?" Daniel terkejut. Melihat siapa wanita itu.
"Arlo apa yang kau lakukan di sini?" tanya wanita itu lagi.
"Aku sedang menunggu momy." Arlo menjawab sedih.
"Jadi, dia anakmu?" Daniel sedikit tidak percaya.
Nola mengangguk seraya tersenyum. Merangkul bahu Arlo. "Iya, Tuan. Maaf jika dia membuat kekacauan."
"Ya, dia memang mengacau! Lihat, berkas Daniel saja sampai rusak karena ulahnya!" sentak Angela tidak sabar.
"Tidak apa. Ini bukan masalah besar. Anakmu sangat pintar," puji Daniel.
"Terima kasih, Tuan. Sekali lagi saya minta maaf atas nama Arlo." Nola menunduk memberi hormat.
"Tidak apa."
"Kalau begitu, kami pamit pergi dulu. Arlo, ayo kita pulang." Nola menggandeng tangan Arlo untuk diajak pergi dari bandara.
"Iya, Mom." Arlo patuh saja, ikut berjalan dengan Nola.
Sementara Daniel di sana hanya menatap sampai bayangan anak kecil itu tidak lagi terlihat. Ada perasaan aneh menyelubung dalam pikiran pria itu.
***
Sementara di dalam mobil, Nola mulai bernapas lega diikuti dengan Arlo yang mulai kebingungan. Arlo mengamati satu wanita di sebelahnya yang nampak memakai masker dan kacamata.
"Momy kenapa tidak menjemputku tadi? Kenapa juga Momy memakai kacamata dan masker?" tanya Arlo heran.
Wanita itu adalah Alin. Ia kembali ke Indonesia setelah lima tahun menetap di London. Alin tidak menyangka bahwa kedatangannya pertama kali di tanah kelahiran, sudah dipertemukan dengan orang yang selama ini ia hindari. Namun, penyamarannya berhasil, tidak diketahui oleh siapa pun. Lalu ia melepas masker dan kacamatanya, bersandar di bahu mobil seraya memejam.
"Arlo, jika kau bertemu dengan pria itu lagi, segeralah lari. Jangan berdekatan dengannya," peringat Alin.
"Tapi kenapa, Mom? Dia orang baik. Bahkan tadi aku diberi minuman olehnya." Arlo mengerjapkan matanya bingung.
"Pokoknya nurut apa kata Momy. Dia bukan orang baik!"
"Baik, Mom." Arlo patuh. Dia tidak mau membuat ibunya marah.
"Alin, lama tidak bertemu." Nola merentangkan tangannya berniat untuk memeluk. Langsung disambut hangat oleh Alin.
"Aku merindukanmu."
"Aku juga. Aku juga merindukan jagoan kecil kita ini," kata Nola sambil mencubit pipi Arlo. "Kau tampan sekali, Arlo."
"Aku memang sudah tampan sejak lahir, Tante." Arlo berkata dengan percaya diri, mengundang gelak tawa dari kedua wanita itu.
Alin tertawa. Ia merindukan momen ini. Bertemu dengan Nola setelah sekian lama juga bagian dari kerinduanya.
"Terima kasih sudah membantuku, Nola. Kalau tidak, tadi aku sudah ketahuan olehnya." Alin sedikit lega. Sebelumnya dia menghubungi Nola untuk berpura-pura menjadi ibunya Arlo.
"Tenang saja. Aku bisa menghandlenya. Aku tadi mengatakan kalau Arlo itu anakku dan dia percaya begitu saja. Tapi, Alin, ada sesuatu yang harus aku katakan berkaitan dengan rencanamu."
Alin menaikkan sebelah alis. Bingung.
"Apa itu?"
"Angela. Daniel akan menikahi Angela. Adik tirimu."
Alin menutup mulutnya. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan Nola. Angela, wanita licik itu yang akan menikah dengan Daniel? Sungguh tidak terduga.
"Lalu bagaimana dengan rencanamu? Apa kau akan melanjutkannya?" Nola bimbang.
Awalnya Alin ragu, tapi ia sudah sampai di titik ini, dan tidak bisa kembali lagi.
"Rencana akan tetap berlanjut. Apa pun itu alasannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
ayulia lestary
lnjutt seruu
2022-10-19
0
Rhenii RA
Mommy
2022-04-05
2
Wiwit Wahyuni
lanjut
2022-02-13
1