"Arghh, semuanya hancur! Angela, gara-gara tindakanmu itu, kita kehilangan aset berharga kita! Tuan Pras memutuskan kerja sama dengan perusahaan, dan semua itu ulah kamu, Angela!" bentak Darma seraya membanting barang apa pun di sebelahnya.
Pecahan barang tersebut berhamburan di lantai. Suaranya begitu nyaring sampai orang takut mendengarnya. Jika Darma sudah marah, pembantu saja pun tidak berani untuk berkutik apa pun.
Angela hanya berdiam tidak mampu menjawab, sedangkan Warda memeluk dari samping putrinya itu. Kemarahan suaminya itu sungguh menyeramkan.
"Mas, jangan salahkan Angela saja! Alin juga ikut andil dalam masalah ini! Masa dia lebih dulu tidur dengan Daniel. Itu artinya dia yang pelakor lebih dulu!" Warda tidak terima jika putrinya disalahkan.
"Apa katamu? Salah Alin?" Darma maju selangkah seraya menatap aneh.
"Iya! Buktinya dia juga mengandung kan? Apalagi kalau bukan dia yang sudah menggoda Daniel lebih dulu!"
"Berhenti, Warda! Cukup sudah kau menyalahkan putriku akan hal itu. Apa kau pikir putrimu itu sudah sangat sempurna?"
Warda menaikkan sebelah alis. Menerjamahkan apa maksud suaminya itu.
"Katakan Angela, apa benar kau sedang hamil sekarang?"
Pertanyaan Darma cukup membuat panik Angela. Wanita itu hanya meneguk ludah kasar seraya menatap sendu.
Darma maju dan langsung mencengkeram bahu putrinya itu.
"Jawab, Angela! Apa benar?!"
"Mas!"
Warda menepis tangan suaminya di pundak Angela agar terlepas. Berdiri di depan Angela untuk melindungi putrinya tersebut.
"Apa yang kau lakukan, hah? Angela tidak mungkin seperti itu! Dia perempuan baik-baik!"
"Lalu apa arti dari bukti tadi? Dia jelas-jelas mengatakan sedang mengandung anak dari pria lain. Katakan, Angela, siapa ayah dari anak yang kandung!"
"Mas! Jangan menuduh sembarangan! Apa bukti itu bisa dipercaya? Bisa saja itu rekayasa Alin untuk menginjak harga diri Angela! Bukankah dia memang tidak suka dengan kehadiranku dan Angela di rumah ini? Itu bisa saja bagian dari rencana liciknya!"
Wajah Warda langsung tertoleh ketika sebuah tamparan halus mendarat di pipinya. Wanita paruh baya itu menoleh ke arah suaminya dengan tatapan tidak percaya.
"Mas, kau tega menamparku demi wanita licik itu?" lirih Warda.
"Wanita licik yang kau bilang itu adalah putriku, Warda! Putriku! Kau menghinanya, itu juga sama halnya dengan menghinaku!"
Darma menghunuskan tatapan tajam kepada istrinya ketika jelas-jelas putrinya dihina dengan terang-terangan. Untuk kali ini Darma benar-benar seperti kehilangan akal.
Angela yang semula berdiri di belakang ibunya lantas mendekat, memegang bahu Warda dari samping yang nampak kesakitan setelah ditampar. Menatap sang ayah dengan lekat.
"Cukup, Pa! Cukup! Papa tega sekali sampai menampar Mama karena masalah ini! Papa keterlaluan!" Angela terisak. Sambil memeluk ibunya.
"Keterlaluan katamu? Lebih keterlaluan mana dengan kelakuan busukmu itu, Angela? Kau menghancurkan harga diri Papa, termasuk mematikan perusahaan Papa! Menurutmu, Papa yang lebih keterlaluan?" Darma menatap tajam.
"Cukup, Mas! Jangan sekali-kali kau menghina Angela di depanku! Aku tidak akan terima itu!" Warda menatap nyalang suaminya. Tidak ada rasa takut sedikit pun.
Darma menyeringai. "Apa jangan-jangan itu anak hasil giliran, Angela?"
"Papa!" sentak Angela. Masih terisak, ia mencoba memberikan pembelaan.
"Mas?!"
Darma menampilkan wajah datarnya. Tidak peduli dengan isak tangis dua wanita di depannya itu. Kemarahan sudah menguasai dirinya.
"Aku tidak mau tahu. Secepatnya temukan ayah dari anak itu, atau kalau tidak silakan pergi dari rumah ini," tegas Darma yang langsung beranjak pergi.
Angela ingin mengejar, tapi ayahnya lebih dulu pergi. Akhir kata ia mengurungkan niatnya, dan kembali menghadap ibunya yang nampak kesakitan di sana.
"Sial, demi wanita itu dia sampai menampar pipiku," geram Warda memegangi pipinya.
"Kita harus bagaimana, Ma?" Angela nampak khawatir.
"Itu salahmu juga! Kenapa kau begitu ceroboh, hah?" Warda memukul kepala putrinya.
"Ma, kenapa Mama juga menyalahkanku?" Angela mengelus kepalanya yang sakit.
"Karena kau, rencana kita semuanya gagal, Angela! Mama tidak marah tentang kau tidur dengan siapa ataupun masalah gila harta. Tapi ini yang kita hadapi keluarga Maheswara yang jelas-jelas punya pengaruh besar untuk kita! Mereka tidak bisa dianggap remeh!"
"Ma, semua ini juga karena si Alin sialan itu! Kalau dia tidak datang, mungkin pernikahanku akan selamat!" Angela tetap kekeh. Memang benar, pernikahannya hancur karena kakak tirinya itu.
"Benar juga. Kenapa dia bisa datang? Bukankah dia sudah mati tertabrak?" Wanita paruh baya itu menatap putrinya. Beberapa tahun lalu memang sudah mendapatkan kabar bahwa Alin sudah meninggal dalam kecelakaan.
"Aku juga tidak tahu. Kenapa bisa dia selamat? Aku sudah memastikan bahwa dia akan mati saat itu, kita juga sudah mendapatkan surat kematian dia kan? Kenapa dia malah masih hidup?" Angela sendiri bingung.
"Entahlah, kepala Mama serasa mau pecah. Mama mau istirahat." Warda memegangi kepalanya yang berdenyut sakit, lalu melangkah pergi menuju kamar.
Angela sendiri masih berdiri di tempat, memandangi punggung ibunya yang kian menghilang. Sedari tadi ia tidak berhentinya untuk mengumpat. Ia harus menanggung semua tamparan itu akibat kehadiran Alin setelah lima tahun menghilang.
Jika saja wanita itu tidak datang, Angela pasti sudah resmi menjadi menantu dari keluarga Maheswara. Keluarga terpandang yang banyak disorot media. Namun, karena Alin, Angela harus menerima getahnya.
Angela meraih ponsel dan menghubungi salah satu nomor di sana. Setelah tersambung, ia segera mengatakan suatu hal.
"Raka, apa kau ada di apartemen? Aku membutuhkanmu sekarang."
***
"Mbak, tolong bungkuskan kue yang tadi sama kue jenis ini 4 pcs ya?" Alin menunjuk beberapa waffle kesukaan anaknya.
Seorang pelayan toko dengan sigap membungkus roti tersebut dan langsung memberikannya kepada Alin. Alin mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa lembar uang sesuai tagihan atas pesanannya tersebut.
Alin menenteng belanjaan yang ia beli tadi. Pasti Arlo menyukainya. Secara anak itu memang suka kue jenis ini. Dan Alin, kadang juga sering membuatkan spesial untuk Arlo.
Terlepas dari kekacauan yang ia buat di pernikahan adiknya, Alin berusaha untuk membatas diri. Terlebih ketika melihat Daniel waktu itu Alin masih takut. Untung saja Daniel waktu itu langsung pergi dengan keluarganya, kalau tidak ia akan mendapatkan masalah.
"Alin?!"
Alin terperanjak ketika melihat siapa yang memanggil namanya. Tangannya spontak melonggar sehingga kantung belanjaannya terjatuh. Di depannya seorang pria yang sering mengganggu pikirannya.
Daniel tidak kalah terkejut. Pria itu hampir kehilangan keseimbangannya ketika bertemu dengan seorang wanita yang dicarinya selama lima tahun tersebut. Sama-sama terdiam, sampai akhirnya Alin mengambil kantong belanjaanya dan bergegas pergi dari hadapan Daniel.
"Berhenti! Mau ke mana kau, hah?!" geram Daniel sambil mengejar Alin.
Melihat Daniel yang terus mengejarnya, Alin kalang kabut. Ia harus bisa pergi sejauh mungkin dari kejaran pria itu, karena Alin merasakan bahwa hawanya tidak aman.
Alin berlari menghindari dengan sekuat tenaga, tapi sepertinya kekuatannya tidak sebanding dengan Daniel yang lebih cekatan mencekal tangannya.
"Lepaskan!"
"Berani sekali kau membohongiku selama ini," geram Daniel memperkuat cekalan. Lalu menariknya.
"Lepaskan aku!" Alin terus saja memberontak, tidak mau dibawa oleh Daniel.
Daniel semakin mencekal dengan kuat, dia tidak peduli dengan suara ringisan atau teriakan itu. Di pikirannya sekarang sudah penuh dengan semua kebohongan yang Alin ciptakan.
"Aku akan menghukummu sampai kau tidak akan melupakannya sampai kapan pun!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
ayulia lestary
lnjut
2022-10-19
0
Liana Noviyanti
masih blm paham sampai skrg judulnya kan ranjang sebelah tp aq blm Nemu di mana itu🤔🤔
2022-02-18
0
Erika Darma Yunita
aku mo nunggu...Sam ga hukumannya Ama di novel lain🤭🤭🤭
2022-02-17
0