Patul menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, tiga detik kemudian dia langsung beralih ke sebelah Pipa melihatnya main game .
"loe ngapain ?" tanya pipa yang sadar datangnya Patul
"lihatin kamu main, memangnya kenapa?"
"jangan dilihatin nanti hafalan loe hilang"
"ih dasar calon kakak ipar durjanah"
Mendengar itu, ponsel pipa langsung jatuh dan kami semua tertawa, untung saja tidak ada orang lain di mushola, kalau tidak mungkin kami akan menanggung malunya.
"ciye udah resmi nih"
"udah di sah kan dong"
Mendengar ledekan itu mata pipa langsung membulat sempurna "patuuuuuulllll!!!" pekiknya
"berisik woy, di mushola ini ala makjang" kata Sapi lalu ia menatap ponselnya lagi yang masih terhubung dengan kekasihnya "eh iya udah dulu ya bang, bising kali kawan aku ini, nanti lagi kita telponan, bye "
"udahan telponnya?"
"udah, kelen sih ganggu aja "
"bagus lah"
"kok bagus? minta kenak tepok kau ini"
"ya bagus, ngomong lama-lamanya nanti aja tunggu halal, iya gak Tul?"
"eits sorry aku gak ikutan"
"cari aman dia"
Lalu kami kembali kerumah Patul untuk makan malam, lauk yang tersedia sudah dihidangkan di meja makan, seperti biasa di rumah ini makan harus barengan .
Kami bergabung di ruang makan, disana sudah ada ummah Patul dan juga Abah kyai tak lupa pula juga ada Ustadz Fathan disana.
Aku melirik Pipa yang sudah seperti cacing kepanasan "biaso Bae" celetukku sementara Pipa langsung mencubit pinggangku, astaga benar-benar sakit.
"aw!" pekikku
"kunaon neng?" tanya Abah kyai panik
"ah anu, gak apa-apa Abah, tadi ada nyamuk gigit"
"Oalah , sok atuh duduk biar makan kita neng Shazfa, neng Safia dan neng geulis Fifa" sahut ummah dengan menggodanya.
Kami yang mendengar sebenarnya ingin tertawa tapi untung saja mengingat waktu dan tempat .
"Afwan, Fifa geulis ya ummah?"
"na'am, gaya boleh tomboy tapi itu lebih bagus karena ada sisi positifnya" Ummah berhenti sejenak sambil melirik anak lelakinya yang sudah malu-malu . "yaitu dia bisa menjaga diri dari lelaki yang mau menggodanya, iya gak A?"
uhukkk uhukkkk
"ha? kunaon? a' gak ngerti. ya sudah sok atuh makan, a' udah laper"
Abah Kyai menggelengkan kepalanya "sebentar lagi, masih ada anak Abah yang belum datang"
Aku , Pipa dan Sapi saling tatap namun tatapan kami kembali ke Patul sambil menaikkan alis . Patul yang begitu peka akan keadaan pun mengerti dengan kegelisahan kami , tanpa ditanya dia langsung menjawab "temannya a' Fathan loh the guys, eh bukan-bukan tapi teman si micin"
"teman gue?" wajah kagetku mengundang tawa semua orang termasuk ummah dan Abah kyai
"sudah, sudah, lagian kamu ini neng ada-ada saja . masa iya nak Sakha temannya Shazfa, berarti seumuran atuh dengan Aa mu"
deggggg!!!
Nama itu?????
Tiba-tiba
"assalamu'alaikum " kami semua melihat siapa yang datang.
degggg!
Mata kami bertemu "waalaikumussalam"
"duduk nak, ayo" tegas Abah Kyai lalu Ustadz Sakha pun duduk namun salahnya duduk kami malah depan-depanan.
tiba-tiba ponselku bergetar, aku melihat ponselku dan mataku langsung mendelik ketika melihat siapa yang mengirimkan pesan. Siapa lagi kalau bukan nomor yang baru saja aku simpan .
💌Gus Sakha
hei akunya jangan dilihatin begitu entar kamu naksir lagi.
Pesan singkat itu membuatku hampir menyemburkan makananku, untung saja aku masih bisa menahannya tapi sayang sekali senyumku tak bisa dibohongi .
💌me
enak aja, gak lah yaw.
"Shazfa , Sakha... makannya di makan bukan di senyumin sambil megang hp" tegur Abah Kyai yang ternyata memperhatikan kami.
"kompak bener, depan-depanan aja pake chat-an, ana nikahin juga ente bedua ntar, dah kelar masalah" sahut Ustadz Fathan dengan polosnya juga terlihat ada sapi pipa dan Patul yang melipat bibirnya untuk menahan tawa.
Seusai makan, kami pergi ke aula untuk mengerjakan skripsi lagi. Namun ternyata di sana sudah ada Ustadz Sakha dan Ustadz Fathan .
Jantung ini rasanya ingin menari-nari tapi sebisa mungkin aku menetralkan nya.
'tahan Shazfa, tahan ' gumamku pelan
"assalamu'alaikum" kata kami saat tepat didepan pintu
mereka menoleh "waalaikumussalam"
"Eh ada pujaan hati Aa" sambil mengedipkan matanya
"idiih, aa' mah genit pisan, geli euy" celetuk Patul
"entah ni, ustadz kok alay" kata Pipa sok santai.
Sementara aku sudah duduk di kursi depan dengan menghadap dinding, aku sengaja menghadap dinding mungkin dinding saat ini bisa mengobati jantungku dengan kepolosan warnanya.
Lalu, Sapi menyusulku dan duduk di sampingku "aku ngikut kau aja lah sha, agak waras kutengok kau malam ini"
ccctttakkkk
"aw! sakit woy!" pekik sapi yang suaranya benar-benar menggema.
"astaga sapi, loe ngomong biasa aja itu udah gede jadi ga perlu mekik segala" komenku yang masih menutup telingaku.
"rasain kau, makanya jangan sentil jidatku, kau kira jidatku itu punya nenek moyang kau?"
"udah-udah, diem. tuh kerjain daripada nanti keburu ditelpon sama si Ucok "
"eh bukan Ucok nama dia, tapi Satria "
"sekarang gini, loe mau gue panggil pacar loe itu Ucok atau bang satria?"
"bang satria lah"
"tapi kalau satria nya gue singkat jadi sat aja gimana?"
Seketika Sapi langsung mikir dan kali ini lemotnya kumat, seisi ruangan jadi terkikik-kikik melihat kami berdua terutama ekspresi sapi yang masih mikir.
Pipa langsung nyambar "udah paham kau Butet?" tanya pipa dengan nada bataknya.
Sapi menggeleng , lalu Pipa mendekatkan mulutnya ke kuping Sapi yang ingin membisikkan sesuatu tapi bukannya pelan melainkan kuat "jadi, maksud si micin itu bang-s*t hahahah"
"kurang asam! sini Kelen ku tabok mulut Kelen," Namun sasarannya tidak ada ditempat karena aku dan Pipa sudah menjauh darinya tapi tanpa kami sadari kami malah duduk di bagian Ustadz Sakha dan Ustadz Fathan.
"oh, kek gitu rupanya mainan Kelen ya, minta perlindungan Kelen sama ustadz Kelen itu" kata Sapi sambil mengacak pinggang.
"USTADZ KELEN ITU?" ucapku dan Pipa yang mengulangi kalimat sapi, kami tatap-tatapan lalu melihat kebelakang.
"astaghfirullah, maaf, kami gak sengaja" ucapku
"iya maafin kami, ayok sha kita pindah" aku mengangguk tapi saat kami mau berdiri kami dicegah .
"duduk aja dulu Shazfa, Fifa.. disini saja gak apa-apa ngerjainnya. oh iya kalau perlu bantuan biar kami bantu, iya kan than?"
"iya benar, ayo dilanjut "
"memangnya bang Sakha dan bang Fathan gak lagi sibuk?"
"masih bisa ditangani kok"
Setengah jam sudah berlalu, kami berkutik dengan pekerjaan kami masing-masing. Ustadz Sakha dan Ustadz Fathan sudah siap dengan tugasnya yang kami juga gak tahu sedang mengerjakan apa tapi mereka enggan untuk keluar.
"dek, baju kamu cantik. lebih tertutup begitu, Istiqomah ya dek" ucap ustadz Sakha pelan mungkin hanya aku yang bisa dengar walau dimeja ini kami berempat.
"doain saja bang, karena aku hanya manusia biasa"
,"ekhemmm pacaran teros" celetuk Sapi yang ternyata sudah dibelakang kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments