"eh Ustadz somplak jangan ngade-ngade ya ente"
"kalau ana serius gimana?"
deggggg!
Cukup lama aku terdiam terpanah dan terpaku. ah aku tak tahu harus bagaimana hingga senyuman lebarnya menyadarkanku
"ah ya gak gimana-gimana" ucapku sekilas tanpa menoleh.
Tiba-tiba datanglah suara yang mengacaukan satu ruangan, suara yang menggema itu sangat menyebalkan namun kali ini suara itu menolongku dari serangan jantungku.
"Alamakjang, Sasa micin!!!! pantesan lah kutengok-tengok (kulihat-lihat) kok cuma kau yang diam, kukira fokus kali lah kau yang skripsian itu, ternyata eh ternyata ada butir-butiran cinta di micin" ucap sapi tanpa menyaring ucapannya.
"eh sapi gemblung, gak sekalian aja pinjam toak pesantren hah?" kesalku sambil melemparkan skripsi yang habis di coret dosen tadi.
"aw! sakit kali bah" pekiknya
"mau lagi?" tawarku sambil mendelik
"eitsss sudah sudah, lagian loe juga ngapain pacaran disini sudah tau si sapi orangnya kepoan" sahut Pipa
"eh sorry ni ya butet-butet gue tersayang , gue gak pacaran noh ustadz nya aja yang baik banget mau ngajarin gue, lagian lu pada rempong bener sih ah"
"memang sih gak pacaran tapi kan sekali nyelam dua tiga pulau terlampaui" celetuk Pipa yang diketawain satu ruangan kecuali aku dan Ustadz Sakha.
"noh yang di bicarain mukanya pada merah aja ni , ciyeeee" goda Patul yang langsung aku pelototin.
Tiba-tiba Gus Fathan sudah berada disebelah Pipa "Afwan nih, neng Pipa mau Abang bantuin juga gak?"
pffttttt hahahha , tawakan kami pecah untung saja ruangan aula ini kedap suara , kalau tidak? entahlah.
"iya betul Kalilah yang kau bilang itu tadi Pipa, sekali menyelam dua tiga pulau terlampaui, nikmatinlah wahai makhluk Boru Silaen" celetuk Sapi.
"iri bilang bos" celetuk aku dan pipa.
"woooow wooow woooow pada nyerang ni? ah mana ini ayang beb aku, tolong aku ayang beb tolong aku" rengek Sapi dengan nada dibuat-buat.
"maafin Abang ya dek, Abang lagi cari duit dulu banyak-banyak biar bisa halalin adek ya dek ya" celetuk Patul yang kami sambut dengan tawa pasalnya emang lucu .
Suasana menjadi hening ketika kami menyadari kalau diruangan ini bukan hanya the guys tapi ada double Ustadz yang menemani kami.
Aku dan the guys langsung salah tingkah dan merapikan diri lalu kembali fokus dengan skripsi kami, sementara double Ustadz langsung saling pandang seolah mengerti perubahan sikap kami yang mendadak itu.
ekhemm
deheman Ustadz Sakha masih kami diamin
"Afwan, tapi kalian gak perlu sungkan untuk menjadi diri kalian sendiri di depan kami , iya gak than? ucap Ustadz Sakha
"benar banget, karena kami akan menjadi teman kalian, kami akan menjaga kalian selama kalian di pesantren ini, terutama neng Fifa" jawab Ustadz Fathan yang langsung dapat jeweran dari Patul
"aww!!! sakit! apaan sih neng" ucap Ustadz Fathan
"sakit? rasain! aa' mah Aya Aya wae , halalin dulu atuh baru obral romantis-romantisan, awas ya aa' kalau sampai macam-macam sama kawan Eneng, ntar neng bilang sama Abah biar tau rasa " ancam Patul
"aih kumaha ieu??? tolongin atuh kha?" jawab Ustadz Fathan sambil mencolek ustadz sakha.
"Afwan nih, ana gak ikut-ikutan ya. nih mau temenan sama kawan si neng aja butuh perjuangan loh" sahut Ustadz Sakha sementara kami belum sadar dengan ucapannya yang manggil neng bukannya Ning
"eh aa' Sakha juga, awas atuh kalau berani macem-macem sama kawan neng, langsung tuh neng bilangin sama Abi biar tau rasa kalian mah" ucap Patul
Sapi yang asalnya paling lemot tiba-tiba otaknya jadi cerdas dan langsung bersuara
"bah! maap nih ibu-ibu bapak-bapak... bukannya aku mau ikut campur tapi aku itu kepoan orangnya... tadi bapaknya bilang neng bukan Ning (sambil nunjuk ustadz Sakha) dan ibunya manggil aa' bukannya Gus (sambil nunjuk Patul) , sebenarnya kalian itu gimana sih? anu maksudnya sedekat apa gitu loh heran aja aku jadi nengoknya" celetuk Sapi yang mewakili hatiku.
"pffttt hahahhaha" tawa ustadz sakha dan ustadz fathan.
"diketawain aku bah, dah lah diam ajalah aku"
"Afwan Safia, Afwan... jadi kamu teh pengen tau?" tanya ustadz Fathan diangguki oleh Sapi.
"tapi cuma antum aja nih yang pengen tahu? teman ana ini yang namanya Shazfa gak pengen tahu?" sindir Ustadz Sakha .
Aku langsung melotot pasalnya sedari tadi aku hanya diam namun kenapa aku juga kena?
"eh gue gak ikutan , gue cuma nyaksikan aja, anggap live streaming" ucapku ngasal.
"udah udah, kenapa jadi berantam? sini atuh the guys biar aku ceritain. " ucap Patul lalu aku pipa dan sapi langsung mendekat.
"jadi eta teh tergantung situasi dan kondisi, karena mah gak enak atuh kalau dilihat orang. aslinya mah aku tuh panggil aa' ke Gus Sakha karena tu teman kecilnya aa' Fathan. tapi teh kalau di luar aku tuh manggilnya Gus biar lebih sopan atuh" ucap Patul lalu kami hanya ber oh ria.
Tak lama kemudian adzan berkumandang, kami memutuskan untuk pergi ke mushola .
Sampai di Mushola aku mendengar suara Iqomah yang begitu merdu, suara yang tak asing lagi ditelinga ku.
Suara itu, pernah aku dengar sebelumnya. pernah juga aku aamiinkan saat berfikir untuk menjadikannya jodohku. tapi siapa dia?
Aku penasaran, sampai akhirnya aku mengintip di balik tirai betapa terkejutnya diriku saat melihat sosok itu adalah sosok yang aku harapkan, siapa lagi kalau bukan Ustadz Sakha .
Degggg!!!
Aku langsung memegang jantungku, tapi ternyata tingkahku dilirik oleh Patul
"kamu teh sakit?" tanya Patul dan aku menggeleng.
Sore harinya kami memutuskan untuk balik ke kost-kostan sebenarnya ingin sekali kami menginap disini namun rasa malu kami lebih tinggi saat ini.
****
Aku pernah berjanji untuk merubah penampilanku walau sedikit demi sedikit namun belum juga aku tepati karena paket yang aku beli berisi baju, jilbab dan rok belum juga datang..
Akhirnya hari ini paket tersebut datang, dengan cepat aku langsung membuka paket itu dengan bahagia. Lalu aku coba didepan cermin dan ternyata semuanya cocok untukku.
Mulai hari ini, bismillahirrahmanirrahim aku akan memulai hijrahku di awali dengan mengganti cara pakaianku. Aku sadar selama ini walaupun aku memakai jilbab namun tetap saja mengundang syahwat dengan celana jeans ku, baju ketatku dan juga jilbab yang masih mengelilit di kepalaku.
Hijrah memang gampang dalam hal teori namun sangat sulit di praktekan apalagi jika sekeliling bukannya mendukung tapi malah mengejek.
Hari ini aku memakai rok hitam, baju tunik warna mocca dan jilbab mocca namun bermotif.
ceklek
Aku membuka pintu kamar kos ku dan menunggu kedua sahabatku di depan kamar yang mana adalah ruangan tv semua anak kos.
"Allahuakbar" celetuk sapi yang kaget melihatku
Aku yang sadar ada yang datang pun ikut kaget "eh copot"
"ciyeee jadi mau berubah ni demi Abang Sakha" goda Sapi
"enak aja lu, semua karena Allah ya bukan karena do'i" ketusku.
Lalu kami kembali nikmatin beberapa cemilan yang memang tersedia di ruangan ini, namun tak lama kemudian datanglah Pipa
"innalilahi" ucapnya membuatku tak kalah kaget
"siapa meninggal?" tanyaku polos
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments