"Ughhhh Kalian ngeselin banget sih?" ucapku
" Woy salah kami apalagi " sahut pipa dengan kesalnya.
"Kenapa gak bisa di ajak kerjasama gitu? gue tu malas ketemu Uqi, gak tahu kenapa hufhhh"
"Oh jadi loe bohong bilang mau ke pesantren?" selidik Pipa lalu aku mengangguk.
"Pftttt hahhaha" tawa Sapi lepas dan disusul juga dengan Patul .
"Maaf atuh kelepasan hahahha" ujar Patul .
"Tapi asli loe itu jahat banget sih ini namanya, gila parah" kata Pipa
"Iya betul tu, kalau kau gak suka sama si Uqi itu kenapa gak putus aja? kasian kali ku tengok" sahut Sapi.
Mendengar bahasa tengok, aku dan Patul langsung melihat Sapi "tengok itu artinya apa?" ucap kami barengan.
"Hahaha kocak sumpah hahahhah" sahut Pipa karena memang dia mengetahui artinya.
Sapi langsung menggaruk tengkuknya "tengok itu artinya lihat, jangan bodoh kali lah Kelen jadi kawan, malu aku bah"
"Loe sih pakai bahasa daerah loe, gue kan gak ngerti" protesku jujur.
"Gue pengen mutusin dia tapi dia terlalu baik guys, emh maksudnya gini... gue udah salah karena menerima dia, dan gue gak mau jadi salah lagi karena sudah mutusin dia, ahhh pusing gue" ucapku sambil memegang kepala.
"Sasa, kalau aku boleh kasih saran sebaiknya kamu putusin aja, walaupun kamu merasa bersalah dengan manusia setidaknya Allah menganggap kamu benar, ya karena keputusan kamu itu benar Sa, kita gak boleh pacaran sebelum menikah" celoteh Patul panjang lebar.
"Dengarin tuuuuh" sahut Pipa dan Sapi.
"Eh kalian juga loh Markonah" kesalku sambil melempar tissue.
"Tapi kami kan LDR, wleee" celetuk Sapi.
"Tetap aja salah, iyakan Tul?" ucapku sambil menatap Patul
Patul mengangguk "Mau aku jelasin gak?"
Refleks membuat aku , Pipa, dan Sapi menggeleng seakan tau sahabat kami ini akan menasehati kami lagi.
"Ya sudah kalau begitu eh tapi kalian jadi kan nanti kerumah Patul?"
"Memangnya gak apa-apa Tul?"
"Eh maksudnya gini Tul, kami kan gak pakai pakaian Syar'i, nanti para santri pasti natap kami aneh trus
loe malu lagi, secara loe kan anaknya Abah Kiyai"
Patul tersenyum "Buat apa kita menjadi diri orang lain? kalau kalian belum siap untuk Syar'i gak masalah, aku mah gak akan malu punya sahabat kaya kalian, tetaplah menjadi diri sendiri, Okay?"
"Aaaaa Patul" ucap Kami sambil memeluk Patul.
****
Akhirnya jam mata kuliah selesai, kami memutuskan untuk pergi ke mushola buat sholat Ashar. Setelah sholat kami memutuskan untuk duduk dulu di halaman Mushola.
Ternyata disini bukan hanya kami saja padahal hari sudah sore, banyak sekali mahasiswa membuat kelompok bundaran di sekitar halaman. Ada yang bahas kerja kelompok , ada yang sharing bahkan ada yang bahas tentang pengajian.
Dua orang perempuan memakai gamis hitam jilbab hitam dan juga memakai cadar berwarna hitam berjalan ke arah kami, semakin lama mereka semakin mendekati kami.
Aku, Safia dan Fifa panik melihat itu, kecuali Patul yang terlihat biasa aja bahkan dalam keadaan tenang.
"Assalamu'alaikum ukhti" salam kedua wanita itu.
"Waalaikumussalam" sahut kami, walaupun takut tapi menjawab salam itu wajib kan?.
"Lagi sibuk gak?" tanya salah satu dari mereka
"Oh tidak ukhti, ada apa ya?" jawab Patul dengan lembut.
"Boleh gabung bentar gak?" tanyanya lagi seketika kami saling pandang
"Silahkan Ukhti" jawab Patul tiba-tiba.
'Ughhhh Patul, gue pites loe nanti' ucapku dalam hati.
Lalu Ukhti tersebut menyampaikan maksud dari kedatangan mereka, mendengar hal itu hatiku menjadi terhanyut, kupandangi diriku dari atas kebawah, lalu aku bertanya dengan hatiku apakah pakaianku sudah termasuk dengan Pakaian Islam?
Alih-Alih takut dengan omongan orang sekitar membuatku menarik ulurkan niatanku untuk mengubah penampilan ku.
"Jadi begini Ukhti, kami setiap Minggu mengadakan Pengajian rutin di Masjid Al- Ikhlas, jikalau berminat kalian bisa ikut dan biayanya gratis kok... ini kartu namanya" ucap mereka sambil membagikan sebuah card.
Beberapa menit kemudian para ukhti itu pun pergi sementara aku masih dengan lamunanku.
"Woy awas kesambet" celetuk Pipa
"Astaga kaget gue" sambil mengelus dadaku.
"Kamu teh kenapa Sa? kok diam aja?" tanya Patul
"Tul, gue pengen deh ngubah penampilan gue. kayanya dengan memakai jeans dan jilbab yang masih suka mengelilit ini gue ngerasa risih aja karena dipandang banyak orang" ucapku jujur
"Masya Allah... Bertahap aja Sa, pelan tapi pasti dan Istiqomah lah" sahut Patul
"Beneran kesambet ni anak" ujar Sapi
"Loe aja yang masih kerasukan Syaiton" celetukku.
Patul yang berasal dari keluarga yang paham agama memang sering memberikan nasehat kepada kami yang masih penuh dengan dosa ini.
Memang benar, penampilan Patul berbeda dengan kami, Patul yang memang memakai syar'i dengan suka rela mau berteman dengan kami yang bahkan memakai celana kulot saja hampir gak pernah.
Tapi, kembali lagi. Janganlah menilai seseorang dari penampilan saja.
Setelah itu, kami langsung berangkat ke rumah patul dengan memakai mobil tunjuk alias angkutan umum.
Tak memakan waktu yang lama kami sudah sampai di depan pesantren.
"Tul gue degdegan nih"
"Gue juga"
" Sama Tul aku takut kali ni"
Patul tersenyum "Ayo masuk , gak apa-apa. lagian para santri belum jam nya keluar kok"
Setelah mendengar ucapan Patul kami pun masuk ke dalam, ya kami memang rada takut masuk ke dalam rumahnya Patul karena terakhir kali kami ke sini seorang santriwan sempat mengejek Pipa karena memakai jeans dan dengan sikapnya yang tomboi.
Sampai di depan pintu rumah Patul kami melihat Abah kyai sedang membaca kitabnya.
"Assalamu'alaikum" ucap kami.
Abah kyai langsung melihat kami dengan tersenyum "Waalaikumussalam, eh anak-anak Abah sudah pulang, ayo masuk nak... Ummah ini ada Lila bawa teman-temannya..." ucap Abah kyai.
Tak lama kemudian, ummah pun keluar dan kami langsung mencium punggung tangan nya ummah.
"Kalian mandi dulu atuh, sudah mau Maghrib Nak" ucap ummah
"Iya Ummah, kita masuk dulu ya.." ucapku.
Lalu kami masuk ke kamar Patul dan menatap isi tas kami lebih tepatnya melihat baju yang kami bawa dari kos.
"Pi, loe yakin mau pakai baju itu?" tanyaku pada Safia.
"Enggak sih tapi aku cuma punya ini dan asal kalian tau ya, baju aku yang sangat sopan itu cuma ini" ujar Safia.
"Eh sama, gue gak enah nih kalau pakai ini" ucap pipa sambil menunjuk bajunya.
"Assalamu'alaikum" ucap Patul baru masuk kedalam kamarnya
"Waalaikumsalam"
"Ngagetin aja sih patuuuul" rengekku.
"Pada ngapain? kok bajunya di pandang aja bukannya mandi?" tanya Patul heran.
"Tul masa aku pakai ini? " tanya Safia.
Bersambung ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
AdindaRa
Aku mampir kak. Bunga for you.
2022-05-09
2
Pipit Sopiah
masih hadir
2022-05-03
2
🌷 ‘only_@g’🌷
Semangat ❤️💪
2022-04-15
2