"mbak Shazfa" panggilnya lagi.
mbak? ha? mbak katanya? seketika emosiku menjadi naik , aku langsung menatapnya dengan tajam
"sorry borry lah ya ustadz, tapi gue bukan mbak mbak, masih muda udah katarak" celetukku
Kulihat ia seperti sedang menahan tawa karena melipat bibir bawahnya dan itu membuatku menjadi malu. tunggu kenapa aku malu? argh ada-ada saja.
"eh iya Afwan" sambil menggaruk tengkuknya.
"gadis aneh.... sebentar sopan banget manggil diri sendiri saya, sebentar kumat manggil diri sendiri itu gue. gak konsisten banget" gumamnya
"haloow gue dengar" sahutku.
"boleh ana duduk disini?" ucapnya sambil menunjuk kursi panjang yang berada didepan kursiku.
"ah iya silahkan" sahutku
"antum kenapa sensi terus sama ana?" tanyanya membuat aku memutar mataku dengan malas
Ah iya, kenapa aku jadi emosi kalau jumpa ustadz Sakha? sementara saat jauh aku memikirkannya. dasar aku.
"ya gue ga tahu lah" ketusku
"ana lebih senang kalau antum manggil diri antum sendiri itu dengan sebutan gue daripada 'saya' ."
"kenapa?"
"karena antum lebih terbuka mengucapkan itu, antum lebih nyaman. kalau manggil 'saya' antum terkesan formal, tapi lebih baik lagi ucap 'aku' biar terkesan lebih dekat lagi"
"ya terserah ente saja lah ustadz" ketusku
"lagian ustadz juga formal banget manggil 'ana dan antum' memang sih ini pesantren tapi kan gue bukan anak pesantren" tambahku
"memangnya kamu mau aku panggil apa?" tanyanya dengan lembut
degggg!!!!
Aku yang mendengarnya seakan tak percaya dengan ucapan itu, astaga manis sekali.
"loh?" heran ku
"oke deal?" tanyanya
"eh deal apa??"
"jadi teman"
"teman? siapa yang bilang?"
"bukan kah sebagai umat muslim saling menjaga silaturahmi?"
"ya terserah pak ustadz saja, gue pamit. assalamu'alaikum"
"waalaikumussalam"
'gadis langka' batin Ustadz Sakha.
*******
Satu Minggu kemudian.
Setelah kejadian kemarin aku memutuskan untuk kembali ke kost karena mulai tidak nyaman dengan perasaanku.
"the guys nanti ke pesantren yuk" celetuk Patul saat menunggu doping
"aku sih yes aja ya, tauk tu dua makhluk" sahut Sapi
"gua mah oke oke aja " singkat Pipa
"kalau kamu ?" tanya Patul samaku
"boleh nolak gak?" tanyaku polos
"enggak!" jawab mereka barengan
"dasar somplak, kenapa nanya " kesalku
Senang campur takut yang ada dipikiranku sekarang, aku takut rasa ini semakin dalam.
"eh Sasa marisa hei hei"
"hmm"
"sasaaaaa"
"hm"
"aih Sasa mah" rengek Patul yang masih aku cuekin
"micinnnn" kata Patul
"erghhhh apasih patuuuuul, gue tusuk pake jarum pentul nanti, mau?"
"Gus Sakha kirim salam" singkat Patul mengabaikan ucapan ku tadi.
Tanpa sadar aku menjawab kalimat nya "waalaikumsalam"
"ciyeeee" sorak mereka
"eh?" sambil menutup mulut ku.
"godain aja terus godain" kesalku.
Dan gak lama kemudian yang ditunggu-tunggu pun datang.
"assalamu'alaikum"
"waalaikumussalam"
Lalu Bu Ros selaku dosen pembimbing pun memeriksa skripsi kami satu per satu. Tibalah giliranku.
Dag dig dug
Jantungku berdegup kencang rasanya saat melihat banyaknya coretan diatas skripsiku
"uh wow lukisannya banyak kali bah" celetuk Sapi membuat aku melotot dengan sempurna
ekhem
Deheman itu tertuju padaku
"Shazfa Aisha Humaira..."
"saya Bu"
"kenapa bab 4 ini banyak banget salahnya? terutama ini, di bagian metode nya, kamu harus pilih mau yang kualitatif atau kuantitatif"
"baik Bu"
"nah terus ini, kenapa tak ada huruf besar disetiap awalan kata? pokoknya saya tidak mau tahu ya, dua hari lagi harus selesai. dan ini bukan hanya untuk Shazfa saja tapi berlaku untuk kalian semua, mengerti?"
"ngerti Bu."
"okay, saya pergi dulu. assalamu'alaikum"
"waalaikumussalam"
Seperti biasa, selesai bimbingan kami selalu mampir di kantin untuk makan atau sekedar minum saja.
"kantin yuk, haus gue" ucapku
Kami berjalan ke arah kantin dan duduk ditempat biasa.
"mau pesan apa?" tanya pipa
"gue ice mocca" ucapku
"tumben?" tanya mereka
"biar kuat begadang, ngantuk banget sumpah"
"kalau loe?"
"ha pipa, aku itu aja apa itu namanya emmmm ha iya es kosong" ucap Sapi
"pfttttt hahahhaha"
"gaya loe itu sapi sapi, es kosong aja pake lama" celetuk Pipa
"woy anak kos ini woy, anak perantauan woy" ucap Sapi
"kurang kuat loe ngomongnya, tu lihat loe udah jadi artis dadakan" sambil menunjuk sekeliling.
"apa kau nengok-nengok? berani? maen kita" celetuk sapi sambil melihat sekeliling membuat kami menepuk jidat kami
"kalian kenapa? bukannya bela kawannya, sanggup kali bah"
"suara kamu teh kaya abang-abang tukang angkot" celetuk Patul
"eh udah pandai sekarang hahahhaha" sahutku yang sudah tidak tahan lagi tertawa
buyaarrrrrrrr
Seketika kebahagiaan hilang begitu saja saat melihat Uqi tiba-tiba duduk di bangkunya Pipa yang berarti berada didepanku.
"ada apa lagi?" sambil membuang mukaku
"kamu masih marah sha?"
"enggak"
"terus kenapa ngehindar dari aku? "
"ya karena gue gak mau kenal loe lagi, udah ah sana, itu bangkunya Pipa"
"sha setidaknya biarkan aku jadi sahabat kamu, please"
"ga bisa"
"kenapa? apa karena calon sua--------" ucapnya kupotong
"karena sahabat gue udah terlalu banyak"
"tapi sha-----" ucapnya kepotong lagi namun kali ini yang motong adalah Pipa
"misi kaaak yang punya bangku mau duduk"
"ah iya, maaf, ini..." sambil berdiri
"Uqi, noh mantan loe nyusul tuh, dah sana husss huss"
Dengan terpaksa Uqi meninggalkan kami
"ngemeng-ngemeng ni, loe masih ada hutang penjelasan ke kami" ucap pipa
Aku menatapnya sambil berpikir "penjelasan apa?"
"masih muda udah pikun" celetuk Sapi
"siapa calon suamimu?" lanjut sapi dan aku langsung tersedak mengingat kejadian kemarin.
uhuk uhuk uhuk
"alah lagu lama, udah cepat katakan siapa calon suamimu?" paksa Sapi
"uhuk, lagu lama ndasmu, emang batuk nih. " ucapku namun ketiga sahabatku hanya diam sambil menatapku dengan tatapan mengintrogasi.
"oke oke, Ustadz Sakha tap------" ucapku terpotong
"APAH?!" teriak mereka
"motong aja kaya bus tayo" kesalku
"KOK BISA?" Ucap mereka lagi
"kok kompak?" tanyaku lalu kami semua tertawa.
"Gini ya Bu ibu, kemarin itu pas tangan gue dicekal si Uqi nah pahlawan kesiangan datang bantuin gue dengan cara dia bilang kalau gue itu calon istrinya, kaget gak? kaget lah masa enggak" ucapku dan mereka ber oh ria
"dasar the guys somplak, kepo nya aja yang ditinggikan tapi giliran dikasih tau respon cuma oh" kesalku
"tapi loe senang kan di bilang gitu? hayolooo ngaku"
"jangan suudzon, istighfar" ucapku
"gaya kau itu" ucap Sapi
"guys pulang nanti teh jadi kan kerumah aku? mumpung ada WiFi sangat bagus untuk kalian mah rakyat kost" tawar Patul
"ayok" ucapku semangat
"aduh semangat benar calon Ning" goda Sapi
"apaan sih, nah lihat skripsi gue lukisannya indah banget" ucapku
"fix ya kerumah aku?" ucap Patul lagi
"oki doki Patul kecucuk jarum pentul" ucap kami serempak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Hiatus
semamgat up kk🤗
2022-04-06
1