Pipa memutar tubuhku dan melihat penampilan ku dari atas sampai kebawah
"Napa sih? sawan ya" kesalku
"bentar-bentar-bentar" ucap Pipa sedangkan sapi menahan tawanya
"ini loe kan?" tanya pipa dan aku mengangguk
"siapa nama loe?" tanyanya lagi
"Cinderella nyonya" jawabku ngasal
"ya Shazfa lah somplak" sambungku lagi
"Shazfa Aiysha Humaira?"
"nggih nyonya"
"loe yakin hijrah? atau hanya pura-pura?"
"sembarangan! gue yakinlah, ga ada itu ya dikamus gue pura-pura. dah ah yuk nanti Bu doping kabur" kataku lalu mereka menyusulku setelah saling pandang kebingungan.
Kami hanya berjalan kaki karena tempat kos kami sangat dekat dengan kampus. Patul kebetulan juga baru saja sampai di kampus dan kami berjumpa di gerbang .
"Masya Allah, Alhamdulillah" ucap Patul sambil tersenyum
Aku memeluk Patul "baru loe yang bilang Masya Allah Tul, kedua jin ini hanya bisa memaki gue"
Patul tersenyum "Patul mah senang banget atuh, Istiqomah ya"
Lalu aku mengangguk "bimbing gue ya Tul"
"pasti, kalian berdua juga pada gak mau gitu hijrah?" tanya Patul pada sapi dan pipa lalu keduanya hanya tersenyum menandakan belum siap.
Sudah beberapa hari ini Uqi tidak menampakkan batang hidungnya, aku sedikit lega tapi tiba-tiba
bruukkkkk
Aku menabrak seseorang dengan wajahku masih menunduk
"maaf , maaf kak , maaf gak sengaja" ucap lelaki itu yang aku anggukin
lalu pandangan laki-laki itu beralih kepada sapi pipa dan Patul "kalian?"
Mereka mengangguk sambil senyum . Lalu pipa mengangkat suara "kalau begitu kami deluan ya kak Uqi?"
deggggg
Aku yang memang sudah jalan beberapa langkah tiba-tiba berhenti saat mendengar nama itu, jadi yang aku tabrak itu Uqi? astaga.
"tunggu!" pinta Uqi, namun yang berhenti hanya Sapi sementara Patul dan Pipa mensejajarkan tubuhnya kepadaku.
"ada apa lagi kak?" tanya sapi tanpa basa-basi
"emh, si Shazfa mana Fia? kok ga nampak?" tanyanya membuat sapi harus menahan tawanya
"belum datang keknya kak, kenapa rupanya sama kawanku itu?"
"ah gak apa-apa, ngomong -ngomong kalian punya teman baru ya?" sambil melirikku
"iya, kenapa rupanya? bukan urusan kakak loh, udah ya kak Uqi, assalamu'alaikum" celetuk Sapi sambil meninggalkan Uqi yang masih terheran.
"waalaikumussalam" sambil menatap kepergian kami.
Seperti biasa, kami menunggu doping (dosen pembimbing) di depan ruangannya. Duduk dideretan bangku itu membuatku teringat kejadian tiga tahun silam, dimana awal masuk ke kampus ini .
Dari yang tidak tahu apa-apa masih cupu-cupunya sekarang bahkan dalam hitungan bulan sudah meninggalkan kampus ini.
"woy! melamun aja" teriak Sapi mengagetkanku membuatku sontak mengelus dadaku.
"sapi!!!!! berisik loe ah, loe pelan aja suara loe menggetarkan ruangan apalagi loe teriak!"
"entah ini heboh kali"
"kamu teh kunaon ? suara kamu mah terlalu merdu"
"weheh maap ya inang-inangku , tapi aku kaya gitu karena ngelihat si micin melamun, ya terpaksa dong aku menjerit daripada nanti si micin kesambet bisa repot aku"
"woy gue tu bukan melamun, tapi gue lagi sedih tau" lirihku membuat the guys mendekatiku
"jangan sedih atuh, lagian mah si Uqi gak bakal gangguin kamu lagi, kamu kan calon ustadz Sakha" goda Patul membuat ketiga sahabatku itu menjadi tertawa
"bagus, ketawain aja terus. sotoy banget kalian ih. gue itu sedih karena keingat waktu kita pertama kali masuk kampus, terutama loe Patul jarum pentul, gaya loe cupu kebangetan, tuh pipa yang sampai gue kira Abang-abang sangkin tomboynya, kalau loe Sapi ga ada berubahnya sampai sekarang hahah"
Ucapku membuat ketiga sahabatku menjadi teringat masa lampau, memang benar kataku kalau kami yang sekarang beda banget dengan yang dulu, jumpa di masa ospek membuat kami menjadi bersatu.
Tapi tiba-tiba ekspresi Sapi berubah dia seakan tak mengerti maksud dari apa yang kubilang tadi, wajar saja memang dialah yang paling lemot diantara kami.
"maksudnya apa sih woy" sambil menggaruk kepala yang ditutupnya dengan jilbab.
"erghhh dasar Lanang celup " celetukku membuat ketiga nya melotot
"dibilang Lanang aku bah, perlu ku tengokkan keperawanan ku?"
"dih amit-amit, maksud gue itu lambat nangkap cepat lupa, loe itu lemot atau bodoh sih hahahhaha" kesalku namun kami jadi tertawa mendengar ucapanku.
"benar tuh sa, Lanang celup hahahaha sapi Lanang celup hahahhaha" ucap pipa yang masih merasa lucu.
Aku dan Patul saling tatap, bisa-bisanya dia tertawa yang jedanya aja ga ada apalagi berhenti.
"senang kali kau ketawakin aku Pipa bucin"
"udah jadian ya?" tanya Patul
"sebenarnya bu--------" ucap Sapi terpotong saat pipa membekap mulutnya
"udah dilamar non resmi dia tu, wleeeek" celetukku yang membuat pipa mengejarku dan sepertinya kali ini ga ada ampun untukku.
brukkkkk
Lagi,lagi aku menabrak seseorang. kok doyan banget ya? astaga!
"maaf, saya tidak sengaja " ucapku tanpa melihat orangnya.
"tidak apa-apa lain kali berhati-hatilah" sahut lelaki itu.
deggggg!
Aku melihat sekilas, bahkan sangat kilat karena lelaki itu langsung pergi begitu saja tapi aku heran kenapa jantungku ngajak perang begini? bahkan ini lebih cepat gerakannya daripada saat ketemu ustadz Sakha.
Aku menarik Pipa yang jaraknya tak begitu jauh dariku, lalu aku mendekatkan bibirku didekat daun telinganya "loe kenal gak dia siapa?"
"engga, kayaknya sih dosen tapi kayaknya juga dosen baru" sambil menggeleng
"kebanyakan kayanya loe" ketusku yang masih memegang lengan bajunya Pipa.
ctakkkkkk
"aw! sakit somplak" ucapku sambil mengelus jidatku
"jangan karena loe habis jumpa pangeran loe jadi lupa kalau gue lagi ngejar loe ya"
"eh iya, ah kena deh." sambil meringis
Aku terus memandang lelaki itu sampai punggungnya tak terlihat lagi dihadapan ku, siapa dia? kenapa aku jadi penasaran begini ? ah aku bahkan sampai lupa untuk memikirkan ustadz Sakha saat ini.
****
Cukup lama kami menunggu dosen kami, tiba saatnya setelah tiga jam menunggu akhirnya Bu Ros selaku doping pun datang dengan gayanya yang merasa tidak bersalah. ya benar, dosen selalu benar.
"assalamu'alaikum" katanya lalu kami menoleh
"waalaikumussalam" sahut kami
lalu tangan Patul menyenggol lengan sapi yang saat ini masih di alam mimpinya.
Bu Ros mengalihkan pandangannya ke arah lengan Patul dan sesaat kemudian melihat Sapi yang masih tidur
"Biarkan saja, seperti nya teman kalian sudah terbang ke negara yang dimimpikannya" celetuk Bu Ros dan kami mengangguk
Beberapa teman kami sudah lebih dulu di bimbing, sekarang giliranku tentu saja membuat jantungku berdebar.
"Shazfa?" panggil bu Ros
Aku menoleh "saya Bu"
"jadi kamu sudah tahu mau pakai metode apa?"
"nggih Bu, metode kuantitatif"
"kenapa?" tanya Bu dosen dengan wajah datarnya
"karena saya memakai kuesioner Bu" singkatku yang teringat dengan ucapan Ustadz Sakha kemarin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments