Saat ini Cinta sedang berada di dalam kamarnya itu sungguh merasa kalut karena dirinya terkurung di dalam kamar, dengan segera akhirnya Cinta bergegas mengambil ponselnya, lalu mencoba menelepon nomor ponsel mamanya. Setelah berdering, Cinta berharap supaya Mamanya langsung mengangkat telpon darinya itu.
Tapi sayang sudah lebih dari empat kali Cinta menelepon Mamanya, sudah lebih dari empat kali juga Mamanya tidak mengangkat telepon tersebut.
" Aduh,, Mama kemana ya,, Kenapa gak diangkat,," Gumam Cinta yang bingung sendiri dan mondar-mandir di dalam kamarnya.
" Apa kemungkinan ada Papa,, jadi Mama gak bisa angkat,," Ucap Cinta yang masih menerka pemikirannya sendiri.
Lalu, disaat Cinta akan menelepon kembali nomor ponsel Mamanya itu, ternyata di layar ponselnya Cinta sendiri sudah ada yang meneleponnya terlebih dahulu, yaitu tidak lain lagi dari seseorang yang begitu ia tunggu kehadirannya siapa lagi kalau bukan Mamanya sendiri.
Spontan dengan sekali gerakan cepat, Cinta langsung menerima telepon tersebut.
" Ma,, Mama kemana,, ta,," Ucap Cinta yang terputus karena mendengar pembicaraan orang tuanya di dalam ponselnya.
Karena, saat itu Cinta mendengar suara yang sedang berdebat itu di dalam ponselnya, Cinta tidak lagi menyambungkan pertanyaannya, malah sekarang dengan sangat serius, Cinta mendengar suara omongan yang sedang dibicarakan oleh kedua orang tuanya itu.
" Sepertinya Mama sengaja meneleponku untuk mendengarkan pembicaraannya saat ini,," Ucap Cinta sambil mendengar dengan jelas apa yang sedang dibicarakan oleh Mamanya itu.
" Heemm apa yang sedang diperbincangkan oleh Papa dan Mama ?" Tanya Cinta penasaran ketika mendengar perdebatan yang sedang terjadi saat ini.
Saat itu sangat jelas sekali Cinta mendengar bahwa Papanya bertekad sangat kuat untuk melaksanakan perjanjian yang telah diungkapkannya pada Cinta yaitu menikahkan Cinta dengan Romi Putra tunggal Pak Wijaya.
Ya, walaupun hanya menjadi istri kelima !!!
Dan ternyata, dibalik perdebatan yang sedang terjadi itu sendiri Mamanya Cinta sangat tidak menyetujui dengan keinginan Papanya itu. Saat ini Cinta begitu jelas sekali mendengarkan ucapan tidak setuju dari Mamanya itu dan Cinta menyetujui ucapan pembelaan yang dilakukan oleh Mamanya terhadap dirinya itu. Dengan sponta Cinta mengangguk setuju atas pendapat dan pembelaan dari Mamanya.
" Mama aja tidak menyetujui ini, tapi kenapa Papa bersikeras sekali untuk menjodohkan aku pada pria itu,," Umpat Cinta sendiri yang merasa kecewa pada sikap Papanya.
Bahwa sangat jelas sekali Mamanya tidak mau mengorbankan kebahagiaan Putrinya Cinta. Tapi, sayang, kehendak keras dari Papanya itu tetap harus dilakukan oleh Cinta.
" Ya ampun Ma, Cinta tidak tega melihat Mama selalu membela Cinta sampai harus melawan kehendak Papa,," Ucap Cinta merasa sedih ketika mendengarkan perdebatan orang tuanya.
Cinta yang hanya bisa mendengar pembicaraan kedua orang tuanya itu, sampai-sampai Cinta tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak menguraikan air mata, tanpa terasa, air matanya pun menetes di pipinya itu.
Sementara itu,,
Di dalam kamar orang tuanya Cinta sendiri. Ranita dan Hendrawan, sedang berdebat tentang hal perjanjian yang telah diucapkan oleh Hendrawan pada Wijaya temannya itu.
" Papa,, kenapa Cinta harus dikurung di kamarnya ?" Tanya Ranita saat masuk ke dalam kamar dan langsung menghadap ke arah Hendrawan yang sedang sibuk melakukan pekerjaan itu.
Sedangkan saat ini Hendrawan masih tetap fokus dengan layar laptopnya, dengan posisi yang masih saja diam membisu sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan dari istrinya.
" Pa, Mama tanya,, kenapa Cinta harus dikurung ?" Tanya Ranita sekali lagi pada Hendrawan.
Karena, sudah dua kali memberikan sebuah pertanyaan yang tidak lain dan tidak bukan perihal terkurungnya Cinta di dalam kamarnya sendiri itu membuat Hendrawan langsung mendongakkan kepalanya menghadap wajah Ranita.
" Itu hukuman untuk Cinta,, supaya dia tahu kalau Papanya ini keras,," Bilang Hendrawan singkat, padat, dan jelas pada Ranita.
Lalu, Hendrawan pun langsung kembali lagi fokus pada laptopnya setelah memberikan sebuah jawaban pada Ranita yang begitu singkat, padat dan juga jelas itu membuat Ranita semakin bertambah geram dan kembali menanyakan hal lainnya pada Hendrawan.
" Ya,, dari dulu memang Papa keras terhadap Cinta, tapi Papa tau kan kalau semua keinginan Papa buat Cinta, selalu diturutinya, bahkan dia sangat penurut dengan Papa,," Bilang Ranita dengan nada suara yang sedikit meninggi.
" Ya, Papa tau itu, itulah Putriku, yang sangat berbakti pada orang tuanya." Gumam Hendrawan yang masih berkutat pada laptopnya.
" Oleh sebab itu, Papa tidak mau merubah keputusan Papa ini hanya karena sikap Mama yang jelas-jelas menentang pendapat Papa untuk melaksanakan perjanjian ini, membuat Cinta jadi anak yang membangkang terhadap orang tuanya." Ucap Hendrawan dengan jelas yang masih saja bersikeras atas keinginannya itu.
" Tapi, Pa, Cinta itu Putri kita satu-satunya," Gumam Ranita memberikan sebuah ucapan lembut untuk meluluhkan hatinya Hendrawan yang begitu keras sekali.
" Tidak seharusnya kita mengorbankan masa depan dan kebahagiaannya hanya karena perjanjian Papa itu," Ucap Ranita lagi yang memberikan sebuah keyakinan pada suaminya sendiri.
" Papa sudah tau sifat Romi Dinata. Dia bukanlah pria yang baik untuk Cinta, dan masih banyak pria baik untuk anak kita, Pa." Ucap Ranita yang sengaja mengingatkan Hendrawan bagaimana sebenarnya sifat dari Romi itu.
" Mama mohon batalkan perjanjian ini Pa,, Mama tidak mau melihat kebahagiaan Putri Mama hancuurrrr,," Ucap Mama yang memohon sambil menangis di hadapan Papanya Cinta.
Karena melihat istrinya itu sudah terlalu banyak memohon untuk memberikan sebuah pembatalan dalam rencananya itu membuat Hendrawan sedikit luluh saat melihat kelakuan istrinya yang sedang menangis.
" Ma, tidak ada pria yang baik untuk Cinta, kecuali keturunan Pak Wijaya,," Ucap Hendrawan dengan lembut memberikan sebuah penjelasan pada Ranita.
" Dan Papa juga sangat yakin cuma putra Pak Wijaya yang bisa membahagiakan Putri kita, titik.." Bilang Papa yang segera menyelesaikan permintaan Mama saat itu.
Setelah memberikan sebuah penjelasan terbaik untuk anaknya itu Hendrawan segera kembali menghadap laptopnya, sehingga membuat Ranita hanya bisa menangisi nasib Putri satu-satunya itu. Karena sudah mendapatkan jawaban yang sangat meyakinkan keputusan suaminya itu sendiri.
" Ya ampun Pa, berarti ucapan Mama ini tidak ada artinya bagi Papa," Gumam Ranita yang sedang menangis sambil melihat kelakuan suaminya itu.
" Ma, Papa sudah katakan bahwa tidak ada pria terbaik untuk anak kita, Clear,," Ucap Hendrawan terakhir saat memberikan sebuah penjelasan pada Ranita
Tapi, walaupun Ranita mendapatkan sebuah ucapan yang begitu keras dari pemikiran suaminya itu, tidak memungkinkan untuk melunturkan keberaniannya dan tetap bersikeras memohon kepada suaminya untuk membatalkan perjanjian itu dengan cara apapun. Namun ucapan permohonan Ranita sama sekali tidak membuat hati Hendrawan luluh, malah menambah Hendrawan bersikeras untuk menikahkan Cinta dengan Romi.
Entah apa yang dipikirkan oleh Hendrawan sehingga membuatnya sangat ingin menepati janjinya itu. Mungkin saja karena ia merasa perjanjian itu sangat baik untuk dirinya dan juga temannya Wijaya, oleh sebab itu ia sangat bertekad untuk melaksanakan janjinya itu.
" Pa, Mama mohon batalkan perjanjian Papa ini, Ya walaupun menurut Papa semuanya ini terbaik untuk Cinta, tapi,," Ucapan Ranita terputus karena Hendrawan langsung memotongnya.
Dengan sorot mata yang tajam Hendrawan segera memberikan sebuah ucapan keras pada Ranita, hingga membuat Ranita semakin menangis di hadapan suaminya itu.
" Kalau tujuan Mama kesini, hanya untuk mengganggu konsentrasi Papa, lebih baik Mama keluar dan bujuk Cinta, supaya dia mau menikah dengan Romi.." Ucap Hendrawan yang secara tidak langsung telah mengusir istrinya itu.
" Apa,, Papa ngusir Mama,," Seru Ranita sambil menunjukkan dirinya sendiri.
" Pa, tujuan Mama kesini bukan untuk mengganggu konsentrasi Papa,, tapi Mama kesini dengan tujuan benar,," Ucap Ranita yang tersinggung karena dirinya telah diusir secara tidak langsung oleh suaminya.
" Papa sama sekali tidak mengusir Mama,, tapi ucapan Mama itu dimana segi benarnya Ma!!" Ungkap Hendrawan yang mulai menatap wajah Istrinya dengan tatapan serius.
Walaupun suaminya itu menatapnya dengan tatapan serius dan juga tajam, sama sekali tidak membuat rasa takut menghampiri perasaan Ranita, hingga Ranita masih saja bersikeras membela kebebasan untuk Cinta dalam memilih kehidupannya itu.
" Ya benar, kalau saja waktu itu, Papa seharusnya tidak perlu bikin sebuah perjanjian pada Pak Wijaya,," Sambung Ranita lagi dengan memberikan sebuah jawaban menggunakan nada suara sedikit meninggi.
" Itu perjanjian Papa dan Pak Wijaya saat kami berdua sama-sama merintis perusahaan keluarga kita, Ma." Ucap Hendrawan menyahut perkataan istrinya.
" Mama tidak tahu bagaimana Pak Wijaya saat itu membantu kita ?" Tanya Hendrawan sengaja memuji kebaikan Wijaya selama ini pada keluarganya itu.
" Mama lupa bagaimana Pak Wijaya berkorban untuk keluarga kita ?" Tanya Hendrawan yang berturut-turut mengingatkan Ranita tentang Wijaya yang telah banyak berjasa pada keluarganya.
Walaupun Ranita bisa mengingat semua kebaikan dari Wijaya, tidak menutup kemungkinan bahwa Wijaya teman suaminya itu memang baik dan juga bijaksana orangnya, namun untuk menjodohkan Cinta kepada Romi hal itu menurut Ranita harus dipikirkan berapa kali lagi.
" Ya, itu karena Pak Wijaya yang berkorban untuk kita, Pa, bukan Romi,," Jawab Ranita spontan mengingatkan Hendrawan.
" Ya Ampuunnn Ma,, Romi itu Putranya Pak Wijaya Ma, ya wajarlah kalau Romi menginginkan perjanjian ini untuk dilaksanakan,," Ungkap Hendrawan yang tidak mau kalah mengingatkan Istrinya
" Ya, Mama tahu kalau Romi Putra Pak Wijaya." Jawab Ranita dengan gaya santainya.
" Tapi Papa sudah tahu jelas Romi bagaimana orangnya, bagaimana sifatnya,," Gumam Ranita yang masih terlihat tidak menyukai karakter dari Romi.
" Ya walaupun menurut Papa tidak ada pria terbaik untuk Cinta selain Putra Pak Wijaya,," Ucapan Ranita begitu sengit terdengar oleh Hendrawan.
Dan saat ini di kamarnya Cinta, Cinta yang sedang menangis itu saat mendengarkan pertengkaran orang tuanya, sama sekali tidak bisa meleraikan perdebatan yang sedang terjadi ini.
" Ma, Pa jangan berantem, hanya karena masalah ini,," Bilang Cinta di sela tangisnya.
Saat ini Cinta yang masih mendengarkan pembicaraan orang tuanya itu hanya bisa menangis sendiri di kamarnya dengan raut wajah yang begitu menyedihkan.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 319 Episodes
Comments