Saat ini, Cinta yang sedang berada di perjalanan, merasakan suatu hal yang aneh sedikit mengganggu pikirannya. Lalu, dengan perlahan Cinta mencoba untuk mengatur dan menarik napas dalam setelah itu menghembuskan napasnya juga dengan perlahan agar bisa menenangkan pikirannya saat ini.
" Apa yang sedang terjadi di rumah, kenapa aku merasa ada sesuatu kejanggalan yang mengganggu perasaanku,," Ucap Cinta dengan suara yang tidak terlalu besar.
" Ini hanya perasaanku saja,," Bilang Cinta lagi yang merasa yakin bahwa suatu hal yang tidak enak itu hanya ada di dalam perasaanya saja.
" Semoga saja, tidak terjadi apa-apa, pada Mama dan Papa,," Gumam Cinta lagi yang suaranya sedikit terdengar oleh Rio di depan.
Karena, Rio sedikit mendengarkan ucapan Cinta yang sedang duduk di belakang, dengan segera Rio bertanya pada majikannya ini.
" Ada apa Non ?" Tanya Rio sambil melirik ke arah kaca tengah memastikan keadaan Cinta di belakang.
" Hah! Tidak apa-apa,," Jawab Cinta sambil menggelengkan kepalanya.
" Oohh,, Rio kira Nona mau minta sesuatu ?" Tanya Rio lagi pada Cinta.
" Tidak kak,," Ucap Cinta dengan suara yang terdengar sedikit lembut.
Cinta segera berpikir positif terhadap apa yang telah dilakukannya ini, dia berharap semoga saja keluarga yang ditinggalkan di rumah dalam keadaan baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa.
Lalu, dengan hembusan lembut Cinta menarik napas dan juga membuangnya, setelah merasa sedikit tenang dan lega, Cinta teringat kembali hal yang telah membuat dirinya bisa senekat ini.
" Heemmm,, kenapa aku bisa melakukan hal senekat ini, ya,," Gumam Cinta dengan tatapan sendu yang mengingat bagaimana tindakan ini ia lakukan.
Karena, dia merasa bahwa Papanya sudah mengetahui dia telah kabur dari rumah. Dan pastinya di rumah sekarang sedang terjadi kegaduhan dimana Papanya pasti sangat marah atas tingkah lakunya ini.
" Maafkan, Cinta Pa.." Bilang Cinta lirih dengan wajah sendunya.
Sementara itu, Rio yang masih fokus terhadap jalanan sama sekali tidak mendengar ucapan lirih suara Cinta.
Cinta yang merasa bahwa perasaan sekarang tidak enak, dengan sendirinya ia melamun dan menoleh ke samping kiri kaca mobil, melihat pemandangan di sepanjang perjalanan.
Ia pun teringat kembali tentang hal yang ia lakukan saat ini. Tak disangka ia mengingat kenangan suatu masalah yang membuatnya kenapa dia bisa melakukan hal senekat ini.
***Flashback***
Siang itu disaat Cinta baru pulang dari kegiatannya di luar, dengan segera Cinta langsung masuk ke dalam rumahnya. Dan melangkahkan kakinya menuju ke ruang keluarga, karena ia sangat tahu sekali biasanya kedua orang tuanya jam segini sedang kumpul di ruang tv.
" Heemmm, Mama dan Papa pasti di ruang tengah,," Ucap Cinta saat masuk ke dalam rumahnya yang begitu luas ini.
Sedangkan di ruang keluarga itu, kedua orang tua Cinta bersama sedang membahas suatu masalah yang sangat penting dan serius sekali, sehingga Cinta yang baru saja datang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi langsung saja menghampiri kedua orang tuanya itu.
" Siang Ma, Pa,," Ucap Cinta yang baru saja sampai ke dalam rumahnya dan tentunya di ruang tengah.
" Siang sayang,," Ucap Ranita yang menoleh ke belakang melihat kedatangan putrinya ini.
Namun, Cinta merasa sepertinya saat ini kedua orang tuanya itu sedang membicarakan suatu hal yang terlihat begitu penting.
" Mama dan Papa lagi ngobrolin apa, kayaknya serius,," Bilang Cinta yang melihat orang tuanya sedang mendiskusikan suatu masalah.
Seperti biasa saat mendengar suara sahutan dari Mamanya dengan segera Cinta melakukan suatu hal yang sering ia lakukan yaitu memeluk mamanya saat ia pulang ke rumah. Sambil melangkahkan kakinya santai mendekati Mamanya Cinta langsung menghamburkan dirinya itu ke tubuh Mamanya.
" Mama,," Bilang Cinta yang memeluk Ranita dan menciumi pipi Mamanya itu.
Ranita hanya bisa tersenyum atas kelakuan putrinya ini, karena Mamanya Cinta juga sangat mengetahui dengan sikap putrinya ini yang selalu memeluknya jika baru saja pulang ke rumah. Sambil tersenyum melihat Cinta yang setiap harinya selalu manja dengan dirinya itu. Dengan suara lembut Ranita menyuruh putrinya untuk duduk di sampingnya. Ranita memaklumi akan sikap dari putrinya ini yang masih saja manja walaupun sudah dewasa karena, kemungkinan Cinta merupakan putri tunggal dari kedua pasangan ini.
" Iya sayanggg,, kamu baru pulang,," Tanya Ranita pada Cinta sambil memegang tangan putrinya itu.
" He'em,," Jawab Cinta mengangguk.
Karena, belum ada respon dari sikap Papanya itu, Cinta merasa heran atas sikap Papanya yang sedikit diam saat itu, lalu tanpa berpikir panjang lagi Cinta langsung berbisik dan bertanya kepada Mamanya tentang keadaan Papanya yang masih terdiam dan terlihat dari wajahnya yang begitu serius.
" Memangnya ada apa dengan Papa, Ma?" Tanya Cinta spontan yang berbisik pada Mamanya.
Saat mendengarkan pertanyaan dari Putrinya itu, sambil tersenyum Ranita sebagai seorang Ibu hanya bisa membuat arus perbincangan ini menjadi hangat tidak dingin dengan suasana seperti ini.
" Eemmm,, Sayang kamu duduk dulu ya,," Bilang Mama Ranita yang menyuruh Cinta duduk di sampingnya.
" Oke,," Jawab Cinta mengangguk.
Saat mendengar perintahan dari Mamanya Cinta menganggukkan kepalanya dan juga menuruti perintah Mamanya itu, setelah melepaskan pelukannya Cinta langsung saja beralih ke tempat duduk yang tepat sekali di sebelah mamanya.
" Ada apa Ma, Pa.." Tanya Cinta yang penasaran dan memberanikan diri menanyakan langsung pada Papanya.
Cinta yang merasa penasaran itu dalam seketika langsung bertanya saja pada kedua orang tuanya, karena dari tadi Papanya sangat diam, dan terlihat dari wajahnya bahwa saat ini Papanya sedang memikirkan suatu masalah.
Sesaat suasana di dalam ruang tengah ini hening sejenak.
Lalu, dengan hembusan napas yang terdengar dari Pak Hendrawan, tanpa menunggu waktu lama lagi Pak Hendrawan segera menyampaikan maksud dan tujuan saat ini.
" Sekarang kamu sudah pulang, jadi kamu wajib untuk mengetahuinya,," Ucap Papa pada Cinta yang baru membuka obrolan di antara mereka.
" Eemmm,, maksudnya Pa ?" Tanya Cinta yang masih kebingungan dan menatap wajah Papanya untuk mencari jawabannya.
Lalu, Ranita sedikit memotong pembicaraan suaminya, karena, Ranita takut jika nanti suaminya salah dalam penyampaian masalah ini pada Cinta, sehingga menyebabkan Cinta juga salah mengartikan maksud dari pembicaraan mereka saat ini.
" Pa, biar Mama saja yang katakan pada Cinta,," Bilang Mama yang meminta izin pada Pak Hendrawan di sela keseriusan pembicaraan yang sedang terjadi.
" Tidak perlu Ma,," Jawab Papa yang menoleh ke arah wajah Mama.
" Papa kepala keluarga di rumah ini, jadi semuanya di bawah tanggung jawab Papa!!" Ucap Papa yang tegas dan sangat percaya diri untuk meyakinkan dirinya dalam menyampaikan sesuatu masalah ini.
Namun, Cinta yang kebingungan atas perdebatan kedua orang tuanya itu, langsung menengahi masalah dengan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
" Sebentar Ma, Pa,, sebenarnya apa yang sedang terjadi Ma, Pa ?" Tanya Cinta yang tidak sabar di sela perdebatan kedua orang tuanya itu.
Karena, Pak Hendrawan yang sedari tadi, masih berdebat dengan Ranita istrinya itu, sedikit kaget mendengarkan pertanyaan Cinta yang langsung menyela obrolan mereka. Lalu, Pak Hendrawan berpikir bahwa saat ini Cinta sudah cukup dewasa untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di antara mereka. Dengan segera Pak Hendrawan menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka saat ink.
" Baiklah Cinta, Papa langsung saja pada intinya,, karena kamu sudah dewasa, jadi kamu harus tahu ini," Ucap Papa yang hanya diangguk oleh Cinta.
" Heemmm,, ya Pa,," Jawab Cinta mengangguk.
" Kamu tahu Pak Romi, Putra tunggal Pak Wijaya Dinata ?" Tanya Pak Hendrawan yang memulai pembicaraannya pada Cinta.
Cinta sedikit terkejut atas ucapan pembukaan dari Papanya ini, karena, menyebutkan nama Romi putra dari Pak Wijaya Dinata.
" Kenapa, Papa menanyakan dia, tentu saja aku tahu,," Ucap Cinta dalam hati yang memikirkan pertanyaan dari Papanya itu.
" I-iya Pa,," Jawab Cinta yang sedikit terbata-bata.
Cinta pasti sangat mengetahui Pak Romi itu siapa ? Tapi dia belum mengetahui maksud dari perkataan Papanya ini.
" Kamu tahu kalau perusahaan kita selama ini bisa maju oleh siapa ?" Tanya Papa sekali lagi yang membuat Cinta semakin bingung.
Sudah jelas Cinta sangat mengetahui itu, tanpa adanya bantuan dari Pak Wijaya Dinata yang membangkitkan perusahaannya itu, tentu saja perusahaan Papanya Cinta tidak akan maju seperti saat ini.
" Iya Pa,," Ucap Cinta dengan suara jelas.
" Dan kamu pasti tahu, kalau selama ini Papa bersahabat dekat dengan Pak Wijaya,," Ucap Papa lagi pada Cinta.
" Iya pa,," Jawab Cinta lagi sambil mengangguk.
Namun, Ranita yang ada disana hanya bisa menahan diri dan melihat reaksi wajah putrinya yang dicerca dengan pernyataan oleh suaminya itu yang semuanya sudah jelas diketahui oleh Cinta, Dan Ranita hanya berharap semoga putrinya bahagia dengan pernyataan yang akan disampaikan oleh suaminya.
" Bagus, kalau kamu mengingat semuanya Cinta,," Ucap Papa Cinta lagi dengan wajahnya yang serius.
" Oleh sebab itu, Papa ingin menyampaikan suatu hal padamu bahwasanya Pak Romi putra Pak Wijaya menginginkan Papa untuk menepati perjanjian Papa dengan Pak Wijaya selama ini." Ucap Hendrawan yang masih membuat Cinta belum mengerti maksud dari pembicaraannya ini.
" Dan di dalam perjanjian itu Pak Wijaya akan menikahkan Putranya dengan Putri Papa yaitu kamu!!" Ungkap Pak Hendrawan yang membuat Cinta menjadi terkejut.
DEEEEGGGG,,,
Cinta terbelalak saat mendengarkan kenyataan pahit dari Papanya, bahwa dirinya selama ini telah dijanjikan Papanya untuk dinikahkan dengan Putra Pak Wijaya yaitu Romi. Yang selama ini menjadi teman Papanya itu, bahkan yang telah banyak membantu kehidupan keluarganya.
Bagaikan disambar petir di siang bolong. Cinta menerima kenyataan ini, yang begitu membuat dirinya tidak menyangka sekali atas nasib yang sudah ditentukan untuknya. Cinta hanya bisa duduk diam terpaku di dekat Mamanya itu sambil menunduk tidak percaya.
" Hah!! Apa,," Ucap Cinta yang masih belum percaya.
Karena tidak ada jawaban dari Papanya yang sedang berdiri menghadap arah lain. Cinta mencari tahu dan bertanya kepada Mamanya yang hanya menunduk diam tanpa gerakan sedikitpun.
" Ma,, apa ini benar ?" Tanya Cinta pada Mamanya sambil duduk bersimpuh di kaki Mamanya.
" I-iya Sayang,," Jawab Ranita yang memegang tangan Putrinya.
Betapa terkejutnya Cinta saat melihat pernyataan dari Mamanya yang menyatakan bahwa ucapan Papanya ini adalah suatu hal yang benar. Dan, Cinta juga melihat bahwa Mamanya saat ini tidak bisa lagi membendung air matanya dan akhirnya air mata itu mengalir sendiri di wajah Mamanya sambil memeluk Cinta untuk memberikan keyakinan dan kekuatan pada putrinya ini.
" Apa,," Ucap Cinta yang tertunduk lemah.
Seketika suasana menjadi hening dan Cinta kembali lagi merespon perkataan Papanya ini, bahwa Papanya pasti tahu bagaimana dengan keadaan Romi selama ini.
" Tapi setidaknya Papa tau,, kalau Pak Romi udah menikah,, bahkan telah memiliki lebih dari empat istri,," Bilang Cinta kepada Papanya untuk mengingatkan siapa Romi.
" Iya Papa tau itu Cinta, tapi ini semua keinginan Pak Romi yang menuntut untuk menepati janji Papa dengan Pak Wijaya orang tuanya itu." Jawab Papa Cinta sambil menjelaskan dengan detail pada Putrinya ini.
" Tapi ini semua janji Papa pada Pak Wijaya bukan Pak Romi, Pa." Bilang Cinta lagi yang terlihat jelas menolak keinginan Papanya.
" Iya memang betul Cinta, tapi Pak Wijaya telah menyetujui kehendak Pak Romi," Jelas Papa yang masih berdiri tanpa melihat Cinta yang sudah terduduk lemas di lantai.
Setelah mendengarkan penjelasan dari Papanya bahwa semua ini adalah suatu hal yang telah dipaksa oleh Romi pada Papanya, jadi saat ini Cinta hanya bisa menolak perjanjian ini sambil menangis.
" Heh!! Cinta gak mau,," Ucap Cinta yang jelas sekali menolak keinginan Papanya.
" Kamu tidak bisa menolak Cinta, ini perjanjian Papa. Jadi, Papa harus tepati perjanjian ini." Bilang Papa yang tegas menoleh ke arah Cinta.
" Yang berjanji itu Papa, bukan Cinta," Ucap Cinta yang terdengar sedikit melawan ucapan Papanya.
" Iya, memang Papa yang berjanji, tapi kamu Putri Papa. Jadi kamu harus nurut perintah Papa." Bilang Papa yang bersikeras atas perintahnya itu.
" Heh?? Papa tega menyuruh Cinta, untuk menuruti perintah Papa ini, Hikksss,,," Bilang Cinta yang langsung menangis.
" Papa tidak mau tau Cinta, karena, kamu Putri satu-satunya Papa, jadi kamu harus menuruti perintah Papa ini,," Bilang Papa tegas dan mengakhiri pembicaraannya.
Setelah berbicara tegas pada Putrinya itu Pak Hendrawan segera berjalan pergi menjauhi Cinta dan istrinya. Sementara itu, Cinta yang masih menangis duduk bersimpuh di lantai, sambil memeluk kaki Mamanya. Tidak kuasa menerima kenyataan pahit yang telah terjadi pada dirinya.
" Mama ini gak mungkin, kan, ini gak mungkin,," Ucap Cinta yang menangis sambil memeluk kaki Mamanya.
Cinta tidak menyangka bahwa dirinya selama ini telah dijadikan sebuah perjanjian Papanya kepada Pak Wijaya untuk dinikahkan dengan Romi Putranya itu yang jelas-jelas sudah memiliki banyak istri.
Karena hanya memiliki satu putri, Ranita juga tidak memiliki kuasa yang kuat untuk melawan kehendak suaminya itu. Dia merasa bersalah dan bersedih atas nasib yang menimpa Putri semata wayangnya, karena, tidak bisa membantu nasib yang terjadi pada Putrinya.
" Maafkan, Mama, sayang,," Ucap Ranita yang sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena, merasa tidak bisa membantu Putrinya, Ranita hanya bisa memeluk Cinta yang sedang menangis di kakinya memberikan kekuatan dan keyakinan pada Putrinya itu. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh Ranita saat ini pada Putrinya yang sudah mengetahui keputusan dari Papanya.
***
Author
🌹Vira Lydia🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 319 Episodes
Comments
Ellin So
baru nyimak dulu Thorrr,,,,
2022-01-23
1