Pagi itu seorang pengawal penjaga di rumah Cinta merasa aneh saat melihat ada sebuah juntaian panjang tepat dari jendela kamar nona muda di rumah majikannya ini yaitu kamarnya Cinta. Dan juntaian yang cukup panjang tersebut nyangkut di dekat ranting-ranting pohon yang tumbuh di samping kamar Cinta.
" Juntaian apa itu,," Ucap pengawal rumah Cinta saat melihat sebuah benda yang keluar dari jendela kamarnya Cinta.
Lalu, pengawal itupun melangkahkan kakinya mendekati kamar Cinta dan memperhatikan seksama apa yang menjuntai tersebut.
Dan ternyata pengawal itu sangat melihat dengan jelas bahwa terali di jendela kamar Cinta tidak terpasang dengan sempurna seperti biasanya.
" Kenapa terali kamar Non Cinta terbuka,," Ucap pengawal Dito saat melihat kondisi terali kamar itu.
Karena, merasa heran dan yakin bahwa juntaian itu merupakan juntaian kain seprai dari jendela kamar Cinta.
" Lebih baik aku harus segera melaporkan hal ini pada Tuan Hendrawan,," Gumam pengawal Dito karena melihat dengan jelas kejanggalan yang ada.
Dengan segera pengawal Dito berlari cepat masuk ke dalam rumah dan menuju ke ruangan utama rumah Cinta, tentunya langsung melaporkan suatu hal kejanggalan yang ia lihat dari kamar majikan mudanya itu.
Sedangkan di dalam rumah, Pak Hendrawan dan istrinya Bu Ranita sedang sarapan bersama. Pak Hendrawan sudah terbiasa beberapa hari ini tidak mengajak putrinya Cinta untuk sarapan bersama. Karena, sebelumnya dia sendirilah yang memerintahkan pengawal penjaga mengurung Cinta di kamarnya. Sebelum perjanjian yang telah ia sepakati dengan rekan kerjanya terlaksana.
Bu Ranita yang hanya sekedar Istri dan Ibunya Cinta merasa sangat tidak kuasa untuk melawan kehendak suaminya itu. Dia hanya bisa menuruti kehendak keras permintaan dari suaminya. Bu Ranita hanya bisa pasrah atas perlakuan suaminya terhadap Cinta beberapa hari ini.
" Besok Papa ada meeting dengan Pak Romi putra Pak Wijaya,," Ucap Papa Hendrawan di sela sarapannya.
" Iya Pa.." Jawab Mama Ranita sendu.
Saat mendengar suara Ranita yang terdengar tidak bersemangat, membuat Pak Hendrawan sedikit melirik dan menatap wajah istrinya itu.
" Mama sepertinya masih tidak setuju atas tindakan Papa pada Cinta.." Bilang Pak Hendrawan menerka sikap Bu Ranita.
" Bukannya tidak setuju Pa,, Ibu mana sih yang tidak bahagia lihat putrinya senang.." Jawab Mama Ranita yang menyela omongan Pak Hendrawan.
" Heemm,, tapi Papa lihat beberapa hari ini, sepertinya Mama tidak suka atas permintaan Pak Romi terhadap Papa.." Ucap Pak Hendrawan yang masih menerka sikap istrinya itu yang terlihat datar terhadap dirinya.
Karena, Ranita belum menjawab perkataannya, Pak Hendrawan masih terus menyambungkan pembicaraannya kepada istrinya.
" Dia putra Pak Wijaya Dinata, yang selama ini memang ada perjanjian dengan putri kita, Cinta." Ucap Pak Hendrawan yang menyambungkan pembicaraannya terhadap Ranita.
" Jadi kita sebagai orang tua harus bisa menepati janji itu,," Bilang Pak Hendrawan lagi yang sengaja mengingatkan Bu Ranita.
Lalu, dengan suara sedikit mendengus, Ranita menjawab perjanjian yang baru saja diperingatkan lagi oleh suaminya itu.
" Heemmm, yang berjanji itu kan Papa dengan Pak Wijaya, bukan Cinta dengan Pak Romi.." Jawab Mama Ranita yang masih kuat dengan konsekuensinya tidak setuju dengan perjanjian suaminya.
" Ya mau gimana lagi Ma,, Toh kita cuma punya putri satu, Cinta." Ucap Pak Hendrawan sambil mengangkat kedua bahunya.
" Papa gak mau karena Cinta yang melanggar perjanjian ini, akhirnya Papa bisa kehilangan semuanya.." Bilang Papa yang menegaskan sikapnya pada Ranita.
Ranita merasa bahwa perkataan suaminya saat ini sungguh terdengar sangat egois, karena, suaminya itu hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri dibandingkan kebahagiaan Putri mereka satu-satunya.
" Heh!! Papa egois,, hanya memikirkan jabatan dan harta, tidak pernah memikirkan perasaan putri kita,," Jawab Mama Ranita tegas.
Karena, merasa tidak mau lagi menanggapi perkataan suaminya itu, setelah menjawab dengan perkataan yang tegas, Ranita segera berlalu pergi dari ruang makan dan meninggalkan Pak Hendrawan sendirian yang masih duduk di ruang makan.
" Bukannya egois Ma,, tapi harga diri,," Ucap Pak Hendrawan sambil meneriakkan suaranya kepada istrinya.
Ketika melihat istrinya itu pergi Pak Hendrawan segera meneriakkan sebuah perkataan yang menyangkut dengan harga diri namun ucapannya itu sama sekali tidak dihiraukan lagi oleh istrinya, karena, sungguh terlihat sekali dengan sikap Ranita yang sengaja berjalan menjauh dari ruang makan itu tanpa menghiraukan lagi semua pembicaraan suaminya.
Karena, Pak Hendrawan memang keras kepala, jadi beginilah yang terjadi dalam keluarga mereka. Akhirnya perdebatan antara menginginkan dan tidak menginginkan terjadi dalam beberapa hari ini.
Karena, Ranita tidak mau lagi berdebat dengan suaminya itu, sehingga Ranita memutuskan pergi padahal ia sendiri belum menyelesaikan sarapannya, ia pun segera melangkah menjauhi Pak Hendrawan yang masih duduk terpaku di kursi meja makan.
Ranita melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamar Cinta. Karena, beberapa hari ini Cinta tidak diperbolehkan keluar dari kamar. Oleh sebab itu hanya pelayan sajalah yang mengantarkan makanan untuk putrinya itu.
Ya, karena hukuman dari Papanya agar Cinta bisa merenungi dan menuruti semua perintah Papanya itu. Dengan membawa seorang pelayan yang pastinya membawa sarapan untuk Cinta, Ranita membuka kunci pintu kamar Cinta.
Dan terbukalah pintu tersebut...
Lalu...
Matanya terbelalak saat melihat kamar Cinta yang kosong melompong tidak ada keberadaan putrinya sedikitpun di kamar ini. Ranita langsung melangkahkan kakinya mengelilingi kamar dan memanggil nama Cinta, tapi sayang tidak ada sahutan dari Cinta.
" Sayang kamu dimana nak,," Bilang Ranita yang keliling mencari Cinta di dalam kamar.
Karena, merasa tidak ada sahutan dan juga tidak ada jejaknya Cinta. Lalu, dengan segera Ranita memeriksakan bagian kamar mandi dan melihat area di dalam, namun Cinta putrinya itu juga tidak ada disana.
" Cinta, Cinta kamu dimana sayang.." Panggil Ranita terhadap Cinta yang memeriksa kamar mandi itu.
Karena, hasilnya tidak ada, dengan segera Ranita melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dan menuju ke ruang ganti kamar Cinta. Namun disaat itu juga Ranita melihat ikatan seprai yang mengarah ke luar jendela.
" Ikatan apa ini,," Gumam Ranita yang merasa heran dengan ikatan seprai itu.
Lalu, Ranita segera memeriksakan ikatan tersebut yang berupa ikatan seprai.
" Ikatan seprai,," Ucap Ranita lagi.
Dan Ranita segera kembali memeriksa kemana arah seprai itu, lalu, Ranita memperhatikan ke arah jendela dan sangat benar sekali bahwa seprai itu keluar dari jendela serta seprai saat ini sedang tersangkut di ranting pohon. Sesaat mata Ranita terbelalak dan kekhawatiran mulai menguasainya.
" Cinta, jangan jangan kamu..." Ucapan Mama Ranita terputus ketika pemeriksaanya telah selesai.
Dengan segera Ranita langsung membuka lemari di ruang ganti dan benar ternyata Cinta telah membawa barang-barang berharga dan sedikit bajunya.
" Apa,, Cinta,," Ucap Ranita yang terbelalak kaget ketika melihat lemari kamar Cinta yang sedikit berkurang isinya.
Sementara itu, Pak Dito kepala pengawal penjaga rumah Cinta, masuk ke dalam rumah dan langsung menghadap Pak Hendrawan yang masih duduk di kursi meja makan. Tanpa disadari kehadiran Pak Dito cukup mengagetkan Pak Hendrawan yang masih termenung. Dito pun membungkukkan badannya memberi hormat kepada Tuannya ini.
" Ada apa Dito,,?" Tanya Pak Hendrawan yang melihat pengawalnya itu sedang menghadap dirinya.
" Maaf Tuan saya mengganggu, saya mau melaporkan bahwa ada sedikit kejanggalan di jendela kamar Nona Cinta." Bilang Dito menjelaskan keadaan yang ia lihat.
Pak Hendrawan sedikit kaget dan bingung dengan maksud perkataan pengawalnya ini.
" Maksud kamu apa Dito ?" Tanya Pak Hendrawan yang mengerutkan dahinya, karena memang benar ia merasa bingung atas perkataan pengawalnya ini.
" Ada seprai yang terjuntai di balik kamar Nona Cinta.." Ucap Dito lagi sambil menjelaskan maksud perkataannya.
" Hah!! Apa.." Tanya Pak Hendrawan yang membelalakkan matanya dan semakin bingung dengan penjelasan pengawalnya ini.
Disaat Pak Hendrawan sedang kebingungan atas maksud dari laporan Dito, saat ini sungguh terdengar sekali dari atas suara istrinya yang berteriak memanggil suaminya itu. Tentu saja, Pak Hendrawan kaget ketika mendengarkan suara teriakan dari istrinya itu.
" Pa,,," Teriak Mama Ranita yang begitu terdengar oleh Pak Hendrawan dan juga Dito yang masih berada di bawah.
Karena, kaget atas ungkapan Dito beserta dengan teriakan suara istrinya itu. Membuat Pak Hendrawan dengan sangat sigap untuk cepat-cepat melangkahkan kakinya ke atas menuju kamar Cinta, yang juga diikuti oleh Dito.
Betapa kagetnya Pak Hendrawan melihat wajah Ranita yang sangat khawatir itu.
" Ada apa Ma,," Tanya Pak Hendrawan y
ketika sampai di depan kamar Cinta dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.
Karena, sebenarnya Pak Hendrawan juga takut kalau ada suatu hal yang terjadi pada anaknya itu.
" Cinta, Cinta,," Bilang Ranita yang terputus oleh pertanyaan Pak Hendrawan.
" Kenapa dengan Cinta ?" Tanya Pak Hendrawan mendekati Ranita yang masih berdiri mematung di dekat jendela kamar.
Sebenarnya dalam hati Pak Hendrawan takut terjadi hal buruk pada Cinta, misalnya Cinta melakukan hal nekat diluar batas pemikiran orang normal, ya seperti bunuh diri.
" Cinta gak ada di kamar Pa,, hiks,," Bilang Ranita spontan dan mulai menumpahkan air matanya.
" Hah?? apa.." Ucap Pak Hendrawan yang kaget mendengar suara spontan dari istrinya.
Lalu, karena tidak sabar dan juga kaget dengan keadaan yang terjadi Pak Hendrawan segera melihat-lihat kondisi kamar Cinta. Dan sungguh terlihat dengan sangat jelas bahwa kamar Cinta saat ini memang kosong tidak ada tanda-tanda Cinta di dalam kamar itu.
Pak Hendrawan juga berpikir akan maksud dari laporan yang disampaikan Dito ialah kemungkinan Cinta putrinya itu melakukan suatu hal seperti gantung diri.
Namun, ternyata Pak Hendrawan melihat kain seprai terikat di bawah spring bed lalu menjalar ke arah jendela, sedangkan jendela kamar itu sendiri sudah terpasang terali yang hanya menempel saja. Dan memang benar terlihat dari luar terali tersebut masih ada, tapi setelah diselidiki dari dalam ternyata terali itu sudah terbuka dan hanya menempel saja.
Dengan sangat kesal dan marah, Pak Hendrawan mengeluarkan amarahnya karena Cinta telah berani melarikan diri dari rumahnya.
" Aku pikir Cinta bunuh diri, tapi, ternyata Cinta dengan sengaja melarikan dirinya,," Gumam Pak Hendrawan ketika memeriksakan keadaan kamarnya Cinta.
Lalu, karena sangat kesal akan tindakan anaknya itu, tanpa terasa Pak Hendrawan berteriak memanggil nama Cinta.
" Cinta,,,,,,,," Teriak Pak Hendrawan yang sangat kesal atas tindakan Cinta yang telah kabur dari rumah.
" Kamu sengaja kabur dari rumah untuk bikin Papa malu..." Ucap Pak Hendrawan dengan amarahnya yang begitu memuncak.
Ketika Pak Hendrawan berteriak dan memaki kesal kelakuan yang Cinta lakukan itu, membuat Ranita yang tadinya menangis berhenti spontan. Karena, heran dengan sikap suaminya yang sama sekali tidak khawatir karena telah kehilangan putrinya dari rumah ini.
" Kenapa Papa berteriak seperti itu,, Papa yang salah bukan Cinta,, Ini semua karena Papa,, yang terlalu memaksa Cinta untuk menuruti ambisi Papa.." Bilang Ranita yang balik marah pada Pak Hendrawan.
Ucapan Mama Ranita memang benar, Cinta tidak akan melakukan hal senekat ini apabila tidak ada pemaksaan untuk menuruti perjanjian Papanya itu.
Dengan sangat sigap pelayan yang telah lama berada di luar itu masuk dan mendekati Ranita. Pelayan itupun mengajak majikannya ini untuk keluar dari kamar Putrinya ini.
" Ayo Nyonya,," Ucap Bi Imah yang mengajak dan membujuk Ranita untuk keluar dari kamar.
Ranita yang masih lemas mendengar umpatan dan makian dari suaminya itu hanya bisa menuruti ajakan Bi Imah untuk keluar dari kamar Putrinya ini.
Sementara itu, Pak Hendrawan sendiri masih bingung dalam pemeriksaaannya terhadap terali kamar Cinta yang hanya menempel dan bisa terbuka seperti saat ini. Pak Hendrawan tidak habis pikir kapan putrinya itu bisa membuka terali jendela kamarnya ini.
" Kenapa terali kamar ini bisa terbuka sendiri," Gumam Pak Hendrawan ketika melihat terali kamar Cinta yang sudah terbuka.
" Kapan, Cinta membukanya ?" Tanya Pak Hendrawan yang bingung akan pemikiran dari anaknya itu.
Namun, percuma saja jika saat ini Pak Hendrawan memikirkan kenapa terali jendela kamar itu bisa terbuka. Yang terpenting untuk sekarang adalah mengetahui keberadaan Cinta yang telah kabur itu.
" Percuma saja aku memikirkan kapan terali ini bisa terbuka,," Ucap Pak Hendrawan seketika teringat akan pengawalnya itu.
" Lebih baik, aku perintahkan Dito untuk segera mencari keberadaan Cinta saat ini,," Ucap Pak Hendrawan dengan segera memanggil pengawalnya.
Karena, sudah terlambat untuk memikirkan suatu hal yang telah terjadi pada Cinta. Untuk saat ini dengan segera Pak Hendrawan memanggil Dito pengawal penjaga rumahnya yang masih diluar pintu kamar agar bisa mencari kemana arah Cinta pergi sekarang.
" Dito,,," Panggil Pak Hendrawan pada pengawalnya.
Karena, mendengar sebuah panggilan pada dirinya itu, dengan sigap Dito masuk dan berdiri di hadapan Tuannya
" Iya, Tuan,," Jawab Dito hormat.
" Cepat kamu lacak dimana Cinta sekarang.." Ucap Pak Hendrawan yang memerintahkan pengawalnya itu.
" Baik Tuan, segera dilaksanakan.." Jawab Dito tegas dan menundukkan kepalanya memberi hormat lalu keluar dari kamar.
Setelah mendapatkan perintah dari Tuan Besarnya itu, dengan segera Dito keluar dari kamar dan tinggallah Pak Hendrawan seorang diri di kamar putrinya ini.
" Kamu kemana Cinta, kamu ingin membuat Papa malu,," Gumam Pak Hendrawan memikirkan tingkah laku Cinta yang kabur dengan sorot mata yang masih menatap keluar jendela dengan sangat marah.
Saat ini Pak Hendrawan jelas begitu sangat marah dengan kelakuan Cinta yang membuatnya berpikir bahwa kaburnya Cinta dengan kesengajaan ini membuatnya berpikir bahwa Cinta hanya akan membuatnya malu di depan keluarga sahabatnya itu yaitu keluarga besar Pak Wijaya Dinata.
****
Author
🌹 Vira Lydia🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 319 Episodes
Comments