Bab 3 Murka Papa

Pagi itu seorang pengawal penjaga di rumah Cinta merasa aneh saat melihat ada sebuah juntaian panjang tepat dari jendela kamar nona muda di rumah majikannya ini yaitu kamarnya Cinta. Dan juntaian yang cukup panjang tersebut nyangkut di dekat ranting-ranting pohon yang tumbuh di samping kamar Cinta.

" Juntaian apa itu,," Ucap pengawal rumah Cinta saat melihat sebuah benda yang keluar dari jendela kamarnya Cinta.

Lalu, pengawal itupun melangkahkan kakinya mendekati kamar Cinta dan memperhatikan seksama apa yang menjuntai tersebut.

Dan ternyata pengawal itu sangat melihat dengan jelas bahwa terali di jendela kamar Cinta tidak terpasang dengan sempurna seperti biasanya.

" Kenapa terali kamar Non Cinta terbuka,," Ucap pengawal Dito saat melihat kondisi terali kamar itu.

Karena, merasa heran dan yakin bahwa juntaian itu merupakan juntaian kain seprai dari jendela kamar Cinta.

" Lebih baik aku harus segera melaporkan hal ini pada Tuan Hendrawan,," Gumam pengawal Dito karena melihat dengan jelas kejanggalan yang ada.

Dengan segera pengawal Dito berlari cepat masuk ke dalam rumah dan menuju ke ruangan utama rumah Cinta, tentunya langsung melaporkan suatu hal kejanggalan yang ia lihat dari kamar majikan mudanya itu.

Sedangkan di dalam rumah, Pak Hendrawan dan istrinya Bu Ranita sedang sarapan bersama. Pak Hendrawan sudah terbiasa beberapa hari ini tidak mengajak putrinya Cinta untuk sarapan bersama. Karena, sebelumnya dia sendirilah yang memerintahkan pengawal penjaga mengurung Cinta di kamarnya. Sebelum perjanjian yang telah ia sepakati dengan rekan kerjanya terlaksana.

Bu Ranita yang hanya sekedar Istri dan Ibunya Cinta merasa sangat tidak kuasa untuk melawan kehendak suaminya itu. Dia hanya bisa menuruti kehendak keras permintaan dari suaminya. Bu Ranita hanya bisa pasrah atas perlakuan suaminya terhadap Cinta beberapa hari ini.

" Besok Papa ada meeting dengan Pak Romi putra Pak Wijaya,," Ucap Papa Hendrawan di sela sarapannya.

" Iya Pa.." Jawab Mama Ranita sendu.

Saat mendengar suara Ranita yang terdengar tidak bersemangat, membuat Pak Hendrawan sedikit melirik dan menatap wajah istrinya itu.

" Mama sepertinya masih tidak setuju atas tindakan Papa pada Cinta.." Bilang Pak Hendrawan menerka sikap Bu Ranita.

" Bukannya tidak setuju Pa,, Ibu mana sih yang tidak bahagia lihat putrinya senang.." Jawab Mama Ranita yang menyela omongan Pak Hendrawan.

" Heemm,, tapi Papa lihat beberapa hari ini, sepertinya Mama tidak suka atas permintaan Pak Romi terhadap Papa.." Ucap Pak Hendrawan yang masih menerka sikap istrinya itu yang terlihat datar terhadap dirinya.

Karena, Ranita belum menjawab perkataannya, Pak Hendrawan masih terus menyambungkan pembicaraannya kepada istrinya.

" Dia putra Pak Wijaya Dinata, yang selama ini memang ada perjanjian dengan putri kita, Cinta." Ucap Pak Hendrawan yang menyambungkan pembicaraannya terhadap Ranita.

" Jadi kita sebagai orang tua harus bisa menepati janji itu,," Bilang Pak Hendrawan lagi yang sengaja mengingatkan Bu Ranita.

Lalu, dengan suara sedikit mendengus, Ranita menjawab perjanjian yang baru saja diperingatkan lagi oleh suaminya itu.

" Heemmm, yang berjanji itu kan Papa dengan Pak Wijaya, bukan Cinta dengan Pak Romi.." Jawab Mama Ranita yang masih kuat dengan konsekuensinya tidak setuju dengan perjanjian suaminya.

" Ya mau gimana lagi Ma,, Toh kita cuma punya putri satu, Cinta." Ucap Pak Hendrawan sambil mengangkat kedua bahunya.

" Papa gak mau karena Cinta yang melanggar perjanjian ini, akhirnya Papa bisa kehilangan semuanya.." Bilang Papa yang menegaskan sikapnya pada Ranita.

Ranita merasa bahwa perkataan suaminya saat ini sungguh terdengar sangat egois, karena, suaminya itu hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri dibandingkan kebahagiaan Putri mereka satu-satunya.

" Heh!! Papa egois,, hanya memikirkan jabatan dan harta, tidak pernah memikirkan perasaan putri kita,," Jawab Mama Ranita tegas.

Karena, merasa tidak mau lagi menanggapi perkataan suaminya itu, setelah menjawab dengan perkataan yang tegas, Ranita segera berlalu pergi dari ruang makan dan meninggalkan Pak Hendrawan sendirian yang masih duduk di ruang makan.

" Bukannya egois Ma,, tapi harga diri,," Ucap Pak Hendrawan sambil meneriakkan suaranya kepada istrinya.

Ketika melihat istrinya itu pergi Pak Hendrawan segera meneriakkan sebuah perkataan yang menyangkut dengan harga diri namun ucapannya itu sama sekali tidak dihiraukan lagi oleh istrinya, karena, sungguh terlihat sekali dengan sikap Ranita yang sengaja berjalan menjauh dari ruang makan itu tanpa menghiraukan lagi semua pembicaraan suaminya.

Karena, Pak Hendrawan memang keras kepala, jadi beginilah yang terjadi dalam keluarga mereka. Akhirnya perdebatan antara menginginkan dan tidak menginginkan terjadi dalam beberapa hari ini.

Karena, Ranita tidak mau lagi berdebat dengan suaminya itu, sehingga Ranita memutuskan pergi padahal ia sendiri belum menyelesaikan sarapannya, ia pun segera melangkah menjauhi Pak Hendrawan yang masih duduk terpaku di kursi meja makan.

Ranita melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamar Cinta. Karena, beberapa hari ini Cinta tidak diperbolehkan keluar dari kamar. Oleh sebab itu hanya pelayan sajalah yang mengantarkan makanan untuk putrinya itu.

Ya, karena hukuman dari Papanya agar Cinta bisa merenungi dan menuruti semua perintah Papanya itu. Dengan membawa seorang pelayan yang pastinya membawa sarapan untuk Cinta, Ranita membuka kunci pintu kamar Cinta.

Dan terbukalah pintu tersebut...

Lalu...

Matanya terbelalak saat melihat kamar Cinta yang kosong melompong tidak ada keberadaan putrinya sedikitpun di kamar ini. Ranita langsung melangkahkan kakinya mengelilingi kamar dan memanggil nama Cinta, tapi sayang tidak ada sahutan dari Cinta.

" Sayang kamu dimana nak,," Bilang Ranita yang keliling mencari Cinta di dalam kamar.

Karena, merasa tidak ada sahutan dan juga tidak ada jejaknya Cinta. Lalu, dengan segera Ranita memeriksakan bagian kamar mandi dan melihat area di dalam, namun Cinta putrinya itu juga tidak ada disana.

" Cinta, Cinta kamu dimana sayang.." Panggil Ranita terhadap Cinta yang memeriksa kamar mandi itu.

Karena, hasilnya tidak ada, dengan segera Ranita melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dan menuju ke ruang ganti kamar Cinta. Namun disaat itu juga Ranita melihat ikatan seprai yang mengarah ke luar jendela.

" Ikatan apa ini,," Gumam Ranita yang merasa heran dengan ikatan seprai itu.

Lalu, Ranita segera memeriksakan ikatan tersebut yang berupa ikatan seprai.

" Ikatan seprai,," Ucap Ranita lagi.

Dan Ranita segera kembali memeriksa kemana arah seprai itu, lalu, Ranita memperhatikan ke arah jendela dan sangat benar sekali bahwa seprai itu keluar dari jendela serta seprai saat ini sedang tersangkut di ranting pohon. Sesaat mata Ranita terbelalak dan kekhawatiran mulai menguasainya.

" Cinta, jangan jangan kamu..." Ucapan Mama Ranita terputus ketika pemeriksaanya telah selesai.

Dengan segera Ranita langsung membuka lemari di ruang ganti dan benar ternyata Cinta telah membawa barang-barang berharga dan sedikit bajunya.

" Apa,, Cinta,," Ucap Ranita yang terbelalak kaget ketika melihat lemari kamar Cinta yang sedikit berkurang isinya.

Sementara itu, Pak Dito kepala pengawal penjaga rumah Cinta, masuk ke dalam rumah dan langsung menghadap Pak Hendrawan yang masih duduk di kursi meja makan. Tanpa disadari kehadiran Pak Dito cukup mengagetkan Pak Hendrawan yang masih termenung. Dito pun membungkukkan badannya memberi hormat kepada Tuannya ini.

" Ada apa Dito,,?" Tanya Pak Hendrawan yang melihat pengawalnya itu sedang menghadap dirinya.

" Maaf Tuan saya mengganggu, saya mau melaporkan bahwa ada sedikit kejanggalan di jendela kamar Nona Cinta." Bilang Dito menjelaskan keadaan yang ia lihat.

Pak Hendrawan sedikit kaget dan bingung dengan maksud perkataan pengawalnya ini.

" Maksud kamu apa Dito ?" Tanya Pak Hendrawan yang mengerutkan dahinya, karena memang benar ia merasa bingung atas perkataan pengawalnya ini.

" Ada seprai yang terjuntai di balik kamar Nona Cinta.." Ucap Dito lagi sambil menjelaskan maksud perkataannya.

" Hah!! Apa.." Tanya Pak Hendrawan yang membelalakkan matanya dan semakin bingung dengan penjelasan pengawalnya ini.

Disaat Pak Hendrawan sedang kebingungan atas maksud dari laporan Dito, saat ini sungguh terdengar sekali dari atas suara istrinya yang berteriak memanggil suaminya itu. Tentu saja, Pak Hendrawan kaget ketika mendengarkan suara teriakan dari istrinya itu.

" Pa,,," Teriak Mama Ranita yang begitu terdengar oleh Pak Hendrawan dan juga Dito yang masih berada di bawah.

Karena, kaget atas ungkapan Dito beserta dengan teriakan suara istrinya itu. Membuat Pak Hendrawan dengan sangat sigap untuk cepat-cepat melangkahkan kakinya ke atas menuju kamar Cinta, yang juga diikuti oleh Dito.

Betapa kagetnya Pak Hendrawan melihat wajah Ranita yang sangat khawatir itu.

" Ada apa Ma,," Tanya Pak Hendrawan y

ketika sampai di depan kamar Cinta dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.

Karena, sebenarnya Pak Hendrawan juga takut kalau ada suatu hal yang terjadi pada anaknya itu.

" Cinta, Cinta,," Bilang Ranita yang terputus oleh pertanyaan Pak Hendrawan.

" Kenapa dengan Cinta ?" Tanya Pak Hendrawan mendekati Ranita yang masih berdiri mematung di dekat jendela kamar.

Sebenarnya dalam hati Pak Hendrawan takut terjadi hal buruk pada Cinta, misalnya Cinta melakukan hal nekat diluar batas pemikiran orang normal, ya seperti bunuh diri.

" Cinta gak ada di kamar Pa,, hiks,," Bilang Ranita spontan dan mulai menumpahkan air matanya.

" Hah?? apa.." Ucap Pak Hendrawan yang kaget mendengar suara spontan dari istrinya.

Lalu, karena tidak sabar dan juga kaget dengan keadaan yang terjadi Pak Hendrawan segera melihat-lihat kondisi kamar Cinta. Dan sungguh terlihat dengan sangat jelas bahwa kamar Cinta saat ini memang kosong tidak ada tanda-tanda Cinta di dalam kamar itu.

Pak Hendrawan juga berpikir akan maksud dari laporan yang disampaikan Dito ialah kemungkinan Cinta putrinya itu melakukan suatu hal seperti gantung diri.

Namun, ternyata Pak Hendrawan melihat kain seprai terikat di bawah spring bed lalu menjalar ke arah jendela, sedangkan jendela kamar itu sendiri sudah terpasang terali yang hanya menempel saja. Dan memang benar terlihat dari luar terali tersebut masih ada, tapi setelah diselidiki dari dalam ternyata terali itu sudah terbuka dan hanya menempel saja.

Dengan sangat kesal dan marah, Pak Hendrawan mengeluarkan amarahnya karena Cinta telah berani melarikan diri dari rumahnya.

" Aku pikir Cinta bunuh diri, tapi, ternyata Cinta dengan sengaja melarikan dirinya,," Gumam Pak Hendrawan ketika memeriksakan keadaan kamarnya Cinta.

Lalu, karena sangat kesal akan tindakan anaknya itu, tanpa terasa Pak Hendrawan berteriak memanggil nama Cinta.

" Cinta,,,,,,,," Teriak Pak Hendrawan yang sangat kesal atas tindakan Cinta yang telah kabur dari rumah.

" Kamu sengaja kabur dari rumah untuk bikin Papa malu..." Ucap Pak Hendrawan dengan amarahnya yang begitu memuncak.

Ketika Pak Hendrawan berteriak dan memaki kesal kelakuan yang Cinta lakukan itu, membuat Ranita yang tadinya menangis berhenti spontan. Karena, heran dengan sikap suaminya yang sama sekali tidak khawatir karena telah kehilangan putrinya dari rumah ini.

" Kenapa Papa berteriak seperti itu,, Papa yang salah bukan Cinta,, Ini semua karena Papa,, yang terlalu memaksa Cinta untuk menuruti ambisi Papa.." Bilang Ranita yang balik marah pada Pak Hendrawan.

Ucapan Mama Ranita memang benar, Cinta tidak akan melakukan hal senekat ini apabila tidak ada pemaksaan untuk menuruti perjanjian Papanya itu.

Dengan sangat sigap pelayan yang telah lama berada di luar itu masuk dan mendekati Ranita. Pelayan itupun mengajak majikannya ini untuk keluar dari kamar Putrinya ini.

" Ayo Nyonya,," Ucap Bi Imah yang mengajak dan membujuk Ranita untuk keluar dari kamar.

Ranita yang masih lemas mendengar umpatan dan makian dari suaminya itu hanya bisa menuruti ajakan Bi Imah untuk keluar dari kamar Putrinya ini.

Sementara itu, Pak Hendrawan sendiri masih bingung dalam pemeriksaaannya terhadap terali kamar Cinta yang hanya menempel dan bisa terbuka seperti saat ini. Pak Hendrawan tidak habis pikir kapan putrinya itu bisa membuka terali jendela kamarnya ini.

" Kenapa terali kamar ini bisa terbuka sendiri," Gumam Pak Hendrawan ketika melihat terali kamar Cinta yang sudah terbuka.

" Kapan, Cinta membukanya ?" Tanya Pak Hendrawan yang bingung akan pemikiran dari anaknya itu.

Namun, percuma saja jika saat ini Pak Hendrawan memikirkan kenapa terali jendela kamar itu bisa terbuka. Yang terpenting untuk sekarang adalah mengetahui keberadaan Cinta yang telah kabur itu.

" Percuma saja aku memikirkan kapan terali ini bisa terbuka,," Ucap Pak Hendrawan seketika teringat akan pengawalnya itu.

" Lebih baik, aku perintahkan Dito untuk segera mencari keberadaan Cinta saat ini,," Ucap Pak Hendrawan dengan segera memanggil pengawalnya.

Karena, sudah terlambat untuk memikirkan suatu hal yang telah terjadi pada Cinta. Untuk saat ini dengan segera Pak Hendrawan memanggil Dito pengawal penjaga rumahnya yang masih diluar pintu kamar agar bisa mencari kemana arah Cinta pergi sekarang.

" Dito,,," Panggil Pak Hendrawan pada pengawalnya.

Karena, mendengar sebuah panggilan pada dirinya itu, dengan sigap Dito masuk dan berdiri di hadapan Tuannya

" Iya, Tuan,," Jawab Dito hormat.

" Cepat kamu lacak dimana Cinta sekarang.." Ucap Pak Hendrawan yang memerintahkan pengawalnya itu.

" Baik Tuan, segera dilaksanakan.." Jawab Dito tegas dan menundukkan kepalanya memberi hormat lalu keluar dari kamar.

Setelah mendapatkan perintah dari Tuan Besarnya itu, dengan segera Dito keluar dari kamar dan tinggallah Pak Hendrawan seorang diri di kamar putrinya ini.

" Kamu kemana Cinta, kamu ingin membuat Papa malu,," Gumam Pak Hendrawan memikirkan tingkah laku Cinta yang kabur dengan sorot mata yang masih menatap keluar jendela dengan sangat marah.

Saat ini Pak Hendrawan jelas begitu sangat marah dengan kelakuan Cinta yang membuatnya berpikir bahwa kaburnya Cinta dengan kesengajaan ini membuatnya berpikir bahwa Cinta hanya akan membuatnya malu di depan keluarga sahabatnya itu yaitu keluarga besar Pak Wijaya Dinata.

****

Author

🌹 Vira Lydia🌹

Episodes
1 Bab 1 Kabur Dari Rumah
2 Bab 2 Perjalanan Cinta
3 Bab 3 Murka Papa
4 Bab 4 Kenyataan Pahit
5 Bab 5 Rencana Cinta
6 Bab 6 Terkunci
7 Bab 7 Debat Mama dan Papa
8 Bab 8 Rencana Lain Cinta
9 Bab 9 Penantian Cinta
10 Bab 10 Mengelabui Penjaga
11 Bab 11 Alat Kecil Yang Membingungkan
12 Bab 12 Malam Ini Juga
13 Bab 13 Pergi Kemana
14 Bab 14 Menjual Aset Lama
15 Bab 15 Perjalanan Dengan Mobil Lain
16 Bab 16 Permintaan Cinta
17 Bab 17 Perjalanan Di Tengah Hutan
18 Bab 18 Segarnya Air Sungai
19 Bab 19 Maksud Yang Membingungkan
20 Bab 20 Tingkah Lucu
21 Bab 21 Memberikan Sesuatu Baru
22 Bab 22 Mengubah Penampilan Rio
23 Bab 23 Senyumannya Baru Kusadari
24 Bab 24 Menunggu Hasil
25 Bab 25 Supir Tampan
26 Bab 26 Pikiran Cinta dan Rio
27 Bab 27 Unek Masing-masing
28 Bab 28 Kekecewaan Cinta
29 Bab 29 Tersenyum Senang
30 Bab 30 Inisiatif Cinta
31 Bab 31 Keseriusan Ide Cinta
32 Bab 32 Inisiatif Lain
33 Bab 33 Pernikahan Sekadar Saja
34 Bab 34 Haruskah Kita Menikah
35 Bab 35 Hari Pernikahan
36 Bab 36 Mendaftar Pernikahan
37 Bab 37 Penyelidikan
38 Bab 38 Sementara Waktu
39 Bab 39 Berdua
40 Bab 40 Kenapa Aku Nggak Tau
41 Bab 41 Menyambut Dirimu
42 Bab 42 Menghadap Penghulu
43 Bab 43 Kerinduanku Pada Mama
44 Bab 44 Ijab Qobul
45 Bab 45 Doa pengantin
46 Bab 46 Melanjutkan perjalanan
47 Bab 47 Pelacakan Pengawal Hendrawan
48 Bab 48 Kerinduanku
49 Bab 49 Akhirnya tersenyum
50 Bab 50 Temenin Kakak
51 Bab 51 Akhirnya Sampai di Rumah baru
52 Bab 52 Melakukan sesuatu
53 Bab 53 Pengajaran Rio
54 Bab 54 Tamu Keluarga
55 Bab 56 - Kelembutan Cinta
56 Bab 57 - Menu Pertama Amburadul
57 Bab 58 Kebahagiaan Sederhana
58 Bab 59 Perhatian
59 Bab 60 Sholat Subuh
60 Bab 61 Masakan Rio
61 Bab 62 Pukulan Lucu
62 Bab 63 Kehangatan Pagi
63 Bab 64 Sarapan Bersama
64 Bab 65 Tamu Di Tambak
65 Bab 66 Kedatangan Wanita Angkuh
66 Bab 67 Penasaran Cinta
67 Bab 68 Gangguan Pikiran Rio
68 Bab 69 Pertanyaan Cinta
69 Bab 70 Kecanggungan Yang Terjadi
70 Bab 71 Manjanya Cinta
71 Bab 72 Kelakuan Agresif
72 Bab 73 Terpana
73 Bab 74 Kelakuan Ganjen
74 Bab 75 Kecemburuan Cinta
75 Bab 76 Gelitik
76 Bab 77 Kebingungan Pendapat
77 Bab 78 Pikiran Jernih !!
78 Bab 79 Senyuman Kelegaan
79 Bab 80 Mengagumi Suamiku Rio
80 Bab 81 Ciuman Pertama
81 Bab 82 Kelembutan Suamiku
82 Bab 83 Tamu Tak Diundang
83 Bab 84 Perlawanan Cinta Terhadap Rossa
84 Bab 85 Perjalanan Baru
85 Bab 86 Kegugupan Rencana
86 Bab 87 Jawaban Terbaik
87 Bab 88 Keyakinan Yang Serius
88 Bab 89 Cerita Yang Sesungguhnya
89 Bab 90 Ketertarikan Cinta
90 Bab 91 Kecurigaan Rossa
91 Bab 92 Rasa Penasaran
92 Bab 93 Kebingungan
93 Bab 94 Tempat Keinginan
94 Bab 95 Bepergian !!
95 Bab 96 Isi Hati Yang Tertunda
96 Bab 97 Buku Keterangan Nikah
97 Bab 98 Pernyataan Romantis
98 Bab 99 Wisata Bersama
99 Bab 100 Teriakan Cinta
100 Bab 101 Mempererat Keromantisan
101 Bab 102 Sebuah Keyakinan
102 Bab 103 Akhirnya Bertemu Denganmu
103 Bab 104 Bertemu Dengan Rival
104 Bab 105 Ucapan Yang Menyakitkan
105 Bab 106 Pengakuan Perasaan
106 Bab 107 Pengawasan Rossa
107 Bab 108 Rencana Mami Rossa
108 Bab 109 Datang Tamu Bulanan
109 Bab 110 Masih Tersipu Malu
110 Bab 111 Khayalan
111 Bab 112 Kaget
112 Bab 113 Perasaan Yang Terungkap
113 Bab 114 Merasakan Suatu Hal
114 Bab 115 Mencuci Bersama
115 Bab 116 Sama-sama Mencari
116 Bab 117 Kelembutan Rasa
117 Bab 118 Romantis
118 Bab 119 Kedipan Nakal
119 Bab 120 Belanja Bersama
120 Bab 121 Sifat Manja
121 Bab 122 Makan Siang Bersama
122 Bab 123 Renungan Sebelum Rencana
123 Bab 124 Pulang Kampung
124 Bab 125 Perjalanan Yang Licin
125 Bab 126 Kelakuan Rossa
126 Bab 127 Perseteruan Rossa
127 Bab 128 Perjalanan Hujan
128 Bab 129 - Pemikiran Rio
129 Bab 130 Pemikiran Arif
130 Bab 131 Akhirnya Sampai Juga
131 Bab 132 - Alhamdulillah Sampai
132 Bab 133 - Pengintai
133 Bab 134 - Penasaran Dengan Seseorang
134 Bab 135 - Merdu
135 Bab 136 - Perlakuan Lembut Rio
136 Bab
137 Bab
138 Bab
139 Bab
140 Bab
141 Bab
142 Bab
143 Bab
144 bab
145 Bag.
146 Bab
147 Bab
148 Bab
149 Bab
150 Bab
151 Bab
152 Bab
153 Bab
154 Bab
155 Bab
156 Bab
157 Bab
158 Draft
159 draft
160 Draf
161 bab
162 Bab
163 Bab
164 bag
165 Draft
166 Bab
167 Draft
168 Bab
169 Bab
170 Bab
171 Bab
172 Draft
173 Bab
174 Bag
175 Bag
176 Bab
177 Bag.
178 Bab
179 Bab
180 Bab
181 Bab
182 Bab
183 Bab
184 Bab
185 Bab
186 Bab
187 Bab
188 Bab
189 Bab
190 Bab
191 Bab
192 bab
193 Bab
194 Bab
195 Bab
196 Bab
197 Bab
198 Bab
199 Bag
200 Bab
201 Bab
202 Bab
203 Bab
204 Bab
205 Bab
206 Bab
207 Bag
208 Bab
209 Bab
210 Bag.
211 Bab
212 Bab
213 Bab
214 Bab
215 Bab
216 Bab
217 Bab
218 Bag
219 Bab
220 bab
221 Bab
222 draft
223 draft
224 draft
225 draft
226 draft
227 draft
228 draft
229 draft
230 draft
231 draft
232 draft
233 draft
234 draft
235 draft
236 draft
237 draft
238 draft
239 draft
240 draft
241 Bab 1 Agustus
242 Bab 2 Agustus
243 Bab 3 Agustus
244 draft
245 draft
246 draft
247 draft
248 draft
249 draft
250 draft
251 draft
252 draft
253 draft
254 draft
255 draft
256 draft
257 draft
258 draft
259 draft
260 draft
261 draft
262 draft
263 draft
264 drart
265 draft
266 draft
267 draft
268 draft
269 draft
270 draft
271 draft
272 draft
273 draft
274 draft
275 draft
276 draft
277 draft
278 draft
279 draft
280 draft
281 draft
282 draft
283 draft
284 draft
285 draft
286 draft
287 draft
288 draft
289 draft
290 draft
291 draft
292 draft
293 draft
294 draft
295 draft
296 draft
297 draft
298 Maaf 1
299 Maaf 2
300 Maaf 3
301 Maaf 4
302 Maaf 5
303 Maaf 6
304 Maaf 7
305 Maaf 8
306 Maaf 9
307 Maaf 10
308 Maaf 11-15
309 Maaf 16-19
310 Maaf 20-21
311 Maaf 22-25
312 Maaf 26-30
313 Maaf 1
314 Maaf 2
315 Maaf 3
316 Maaf 4
317 Maaf 5
318 Maaf 6
319 Maaf 7
Episodes

Updated 319 Episodes

1
Bab 1 Kabur Dari Rumah
2
Bab 2 Perjalanan Cinta
3
Bab 3 Murka Papa
4
Bab 4 Kenyataan Pahit
5
Bab 5 Rencana Cinta
6
Bab 6 Terkunci
7
Bab 7 Debat Mama dan Papa
8
Bab 8 Rencana Lain Cinta
9
Bab 9 Penantian Cinta
10
Bab 10 Mengelabui Penjaga
11
Bab 11 Alat Kecil Yang Membingungkan
12
Bab 12 Malam Ini Juga
13
Bab 13 Pergi Kemana
14
Bab 14 Menjual Aset Lama
15
Bab 15 Perjalanan Dengan Mobil Lain
16
Bab 16 Permintaan Cinta
17
Bab 17 Perjalanan Di Tengah Hutan
18
Bab 18 Segarnya Air Sungai
19
Bab 19 Maksud Yang Membingungkan
20
Bab 20 Tingkah Lucu
21
Bab 21 Memberikan Sesuatu Baru
22
Bab 22 Mengubah Penampilan Rio
23
Bab 23 Senyumannya Baru Kusadari
24
Bab 24 Menunggu Hasil
25
Bab 25 Supir Tampan
26
Bab 26 Pikiran Cinta dan Rio
27
Bab 27 Unek Masing-masing
28
Bab 28 Kekecewaan Cinta
29
Bab 29 Tersenyum Senang
30
Bab 30 Inisiatif Cinta
31
Bab 31 Keseriusan Ide Cinta
32
Bab 32 Inisiatif Lain
33
Bab 33 Pernikahan Sekadar Saja
34
Bab 34 Haruskah Kita Menikah
35
Bab 35 Hari Pernikahan
36
Bab 36 Mendaftar Pernikahan
37
Bab 37 Penyelidikan
38
Bab 38 Sementara Waktu
39
Bab 39 Berdua
40
Bab 40 Kenapa Aku Nggak Tau
41
Bab 41 Menyambut Dirimu
42
Bab 42 Menghadap Penghulu
43
Bab 43 Kerinduanku Pada Mama
44
Bab 44 Ijab Qobul
45
Bab 45 Doa pengantin
46
Bab 46 Melanjutkan perjalanan
47
Bab 47 Pelacakan Pengawal Hendrawan
48
Bab 48 Kerinduanku
49
Bab 49 Akhirnya tersenyum
50
Bab 50 Temenin Kakak
51
Bab 51 Akhirnya Sampai di Rumah baru
52
Bab 52 Melakukan sesuatu
53
Bab 53 Pengajaran Rio
54
Bab 54 Tamu Keluarga
55
Bab 56 - Kelembutan Cinta
56
Bab 57 - Menu Pertama Amburadul
57
Bab 58 Kebahagiaan Sederhana
58
Bab 59 Perhatian
59
Bab 60 Sholat Subuh
60
Bab 61 Masakan Rio
61
Bab 62 Pukulan Lucu
62
Bab 63 Kehangatan Pagi
63
Bab 64 Sarapan Bersama
64
Bab 65 Tamu Di Tambak
65
Bab 66 Kedatangan Wanita Angkuh
66
Bab 67 Penasaran Cinta
67
Bab 68 Gangguan Pikiran Rio
68
Bab 69 Pertanyaan Cinta
69
Bab 70 Kecanggungan Yang Terjadi
70
Bab 71 Manjanya Cinta
71
Bab 72 Kelakuan Agresif
72
Bab 73 Terpana
73
Bab 74 Kelakuan Ganjen
74
Bab 75 Kecemburuan Cinta
75
Bab 76 Gelitik
76
Bab 77 Kebingungan Pendapat
77
Bab 78 Pikiran Jernih !!
78
Bab 79 Senyuman Kelegaan
79
Bab 80 Mengagumi Suamiku Rio
80
Bab 81 Ciuman Pertama
81
Bab 82 Kelembutan Suamiku
82
Bab 83 Tamu Tak Diundang
83
Bab 84 Perlawanan Cinta Terhadap Rossa
84
Bab 85 Perjalanan Baru
85
Bab 86 Kegugupan Rencana
86
Bab 87 Jawaban Terbaik
87
Bab 88 Keyakinan Yang Serius
88
Bab 89 Cerita Yang Sesungguhnya
89
Bab 90 Ketertarikan Cinta
90
Bab 91 Kecurigaan Rossa
91
Bab 92 Rasa Penasaran
92
Bab 93 Kebingungan
93
Bab 94 Tempat Keinginan
94
Bab 95 Bepergian !!
95
Bab 96 Isi Hati Yang Tertunda
96
Bab 97 Buku Keterangan Nikah
97
Bab 98 Pernyataan Romantis
98
Bab 99 Wisata Bersama
99
Bab 100 Teriakan Cinta
100
Bab 101 Mempererat Keromantisan
101
Bab 102 Sebuah Keyakinan
102
Bab 103 Akhirnya Bertemu Denganmu
103
Bab 104 Bertemu Dengan Rival
104
Bab 105 Ucapan Yang Menyakitkan
105
Bab 106 Pengakuan Perasaan
106
Bab 107 Pengawasan Rossa
107
Bab 108 Rencana Mami Rossa
108
Bab 109 Datang Tamu Bulanan
109
Bab 110 Masih Tersipu Malu
110
Bab 111 Khayalan
111
Bab 112 Kaget
112
Bab 113 Perasaan Yang Terungkap
113
Bab 114 Merasakan Suatu Hal
114
Bab 115 Mencuci Bersama
115
Bab 116 Sama-sama Mencari
116
Bab 117 Kelembutan Rasa
117
Bab 118 Romantis
118
Bab 119 Kedipan Nakal
119
Bab 120 Belanja Bersama
120
Bab 121 Sifat Manja
121
Bab 122 Makan Siang Bersama
122
Bab 123 Renungan Sebelum Rencana
123
Bab 124 Pulang Kampung
124
Bab 125 Perjalanan Yang Licin
125
Bab 126 Kelakuan Rossa
126
Bab 127 Perseteruan Rossa
127
Bab 128 Perjalanan Hujan
128
Bab 129 - Pemikiran Rio
129
Bab 130 Pemikiran Arif
130
Bab 131 Akhirnya Sampai Juga
131
Bab 132 - Alhamdulillah Sampai
132
Bab 133 - Pengintai
133
Bab 134 - Penasaran Dengan Seseorang
134
Bab 135 - Merdu
135
Bab 136 - Perlakuan Lembut Rio
136
Bab
137
Bab
138
Bab
139
Bab
140
Bab
141
Bab
142
Bab
143
Bab
144
bab
145
Bag.
146
Bab
147
Bab
148
Bab
149
Bab
150
Bab
151
Bab
152
Bab
153
Bab
154
Bab
155
Bab
156
Bab
157
Bab
158
Draft
159
draft
160
Draf
161
bab
162
Bab
163
Bab
164
bag
165
Draft
166
Bab
167
Draft
168
Bab
169
Bab
170
Bab
171
Bab
172
Draft
173
Bab
174
Bag
175
Bag
176
Bab
177
Bag.
178
Bab
179
Bab
180
Bab
181
Bab
182
Bab
183
Bab
184
Bab
185
Bab
186
Bab
187
Bab
188
Bab
189
Bab
190
Bab
191
Bab
192
bab
193
Bab
194
Bab
195
Bab
196
Bab
197
Bab
198
Bab
199
Bag
200
Bab
201
Bab
202
Bab
203
Bab
204
Bab
205
Bab
206
Bab
207
Bag
208
Bab
209
Bab
210
Bag.
211
Bab
212
Bab
213
Bab
214
Bab
215
Bab
216
Bab
217
Bab
218
Bag
219
Bab
220
bab
221
Bab
222
draft
223
draft
224
draft
225
draft
226
draft
227
draft
228
draft
229
draft
230
draft
231
draft
232
draft
233
draft
234
draft
235
draft
236
draft
237
draft
238
draft
239
draft
240
draft
241
Bab 1 Agustus
242
Bab 2 Agustus
243
Bab 3 Agustus
244
draft
245
draft
246
draft
247
draft
248
draft
249
draft
250
draft
251
draft
252
draft
253
draft
254
draft
255
draft
256
draft
257
draft
258
draft
259
draft
260
draft
261
draft
262
draft
263
draft
264
drart
265
draft
266
draft
267
draft
268
draft
269
draft
270
draft
271
draft
272
draft
273
draft
274
draft
275
draft
276
draft
277
draft
278
draft
279
draft
280
draft
281
draft
282
draft
283
draft
284
draft
285
draft
286
draft
287
draft
288
draft
289
draft
290
draft
291
draft
292
draft
293
draft
294
draft
295
draft
296
draft
297
draft
298
Maaf 1
299
Maaf 2
300
Maaf 3
301
Maaf 4
302
Maaf 5
303
Maaf 6
304
Maaf 7
305
Maaf 8
306
Maaf 9
307
Maaf 10
308
Maaf 11-15
309
Maaf 16-19
310
Maaf 20-21
311
Maaf 22-25
312
Maaf 26-30
313
Maaf 1
314
Maaf 2
315
Maaf 3
316
Maaf 4
317
Maaf 5
318
Maaf 6
319
Maaf 7

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!