Saat ini terlihat Cinta yang sedang berada di dalam kamarnya sungguh bersemangat sekali, ketika sedang memikirkan sesuatu untuk menentang perjanjian Papanya itu. Dengan semangat yang berkobar dan berapi-api membuat Cinta segera bergegas mencari suatu solusi untuk dilakukan agar perjanjian ini tidak akan pernah terjadi.
" Bagaimanapun caranya, aku harus bisa mendapatkan solusi terbaik menentang perjanjian ini,," Gumam Cinta dengan penuh semangat.
Karena, di dalam pikiran Cinta sekarang berputar dalam lingkaran yang begitu membenci sosok Romi yang sengaja menekan Papanya untuk segera menikahkan dirinya. Sungguh tidak masuk akal sekali jika permintaan Romi putra sahabat Papanya itu memintanya untuk segera menerima perjanjian itu.
" Heeh!! enak saja dia, dengan gampangnya memaksa aku untuk menjadi istrinya padahal udah punya empat istri, ini malah mau nambah lagi." Umpat Cinta yang sengaja mencibir tingkah dan sikap Romi akan dirinya.
" Sementara itu, aku juga yang jadi sasarannya, iiihhh,, kenapa harus memilih aku sih yang jadi korbannya,," Celoteh Cinta lagi, sambil menunjuk dirinya di depan cermin.
Cinta sengaja mencibir dan memaki Romi, karena, sekarang ia merasa bahwa Romi memang seharusnya untuk dimaku dan juga dibenci olehnya. Saat ini Cinta sedang berdiri menghadap kaca cermin yang berada dalam kamarnya. Dan, Cinta kembali mengulangi ucapannya yang menolak secara jelas atas permintaan Papanya itu.
" Heeemmm,, dia pikir aku cewek apaan yang mau sama dia, dia pikir karena, dia anak orang kaya gitu dengan mudahnya aku bersedia dan mau menjadi istri ke sekian ratusnya." Cibir Cinta lagi yang menatap wajahnya di cermin.
Cinta berpikir oleh karena Romi merupakan anak orang kaya, jadi dengan sangat mudah semua orang harus menuruti kehendaknya itu, namun, sepertinya Romi salah dalam memilih perempuan, karena, hanya dirinya seorang anak dari teman akrab Papanya Cinta, Cinta tidak akan mungkin mau untuk menerima perjanjian itu, dan Roni juga sengaja menggunakan haknya untuk beralasan menginginkan perjanjian itu.
" Jadi, maksud tekanannya itu pada papa hanya karena, dia anak dari Pak Wijaya, dia bisa seenaknya aja untuk maksain aku,, dan menikah dengannya,, jangan mimpi deh kamu Romi,,," Bilang Cinta lagi yang mencaci maki Romi di depan kaca meja riasnya.
" Cuma karena ada perjanjian Papa dan Pak Wijaya,, seenaknya aja dia maksain Papaku dan juga Papanya untuk menuruti perjanjian itu." Ucap Cinta lagi yang sangat muak dengan keinginan Romi ini.
" Sorry man, aku bukanlah tipe cewek yang mudah karena harta,, aku sama sekali nggak pernah tergiur dengan hartamu,," Ucap Cinta lagi yang masih memaki Romi dan masih menghadap kaca.
Ketika melihat Cinta yang tidak habis-habisnya memaki Romi, membuat kesedihan dalam dirinya menghilang begitu saja. Entah siapa orang yang dimaki oleh Cinta saat ini, namun, yang jelas orang yang ada di hadapan kaca itu adalah wajahnya sendiri namun, dalam pikirannya sekarang tidak lain dari anaknya Pak Wijaya adalah Romi yang begitu menginginkan agar keluarga Hendrawan segera menepati perjanjian mereka dengan keluarga Dinata.
" Heh! sungguh memuakkan,," Bilang Cinta lagi yang menggelengkan kepalanya mengingat bagaimana tindakan Romi saat ini pada keluarganya.
" Kalo aku tahu, akan jadi begini, Iiiiihhhh,, malas banget aku mengenalnya,," Umpat Cinta merasa kesal, ketika di acara pesta peresmian perusahaan Pak Wijaya, secara langsung ia sengaja diperkenalkan oleh Papanya pada Romi.
Saat diperkenalkan pada Romi, Cinta sama sekali tidak tahu bahwa Papanya sudah memiliki janji terhadap Pak Wijaya. Jika, Cinta mengetahui rencana yang dimiliki Papanya tidak mungkin Cinta bersedia untuk berkenalan langsung dengan Romi.
" Kalo selama ini aku tahu Papa dan Om Wijaya ada perjanjian, males banget aku kenalan dengannya menyodorkan tanganku padanya,," Gumam Cinta yang masih saja mengoceh sendiri di kamarnya sambil mengingat suatu hal yang pernah Papanya lakukan saat acara pesta berlangsung.
Namun, Cinta juga teringat bahwa cukup bagus juga jika ia bisa mengenal Romi, karena, ia bisa mengetahui sedikit sifat Romi dan kepribadian hidup Romi, jadi dengan sangat mudah juga ia tidak akan terperangkap dengan perjanjian ini.
" Tapi, ada bener nya juga sih, aku bisa mengenalnya karena, dilain waktu aku bisa mengetahui kepribadiannya dan juga aku bisa tau kalo dia punya istri empat,, Heh!" Gumam Cinta yang sangat muak terhadap pribadi Romi.
Karena, sudah terlalu muak akan kepribadian Romi, Cinta kembali ke pemikirannya yang di awal bahwa ia harus segera mendapatkan suatu rancangan misi yang harus dilakukannya untuk menentang perjanjian ini.
" Heeemmmm,, sekarang aku harus pikirin, bagaimana caranya bisa menentang perjanjian Papa ini." Bilang Cinta dengan penuh semangat karena, merasa posisinya sangat terhimpit sekali sekarang.
" Karena Papa orangnya keras, jadi apapun perintahnya harus dituruti,, Iiiiihhhh,, Papa tega bangeettt sih, punya perjanjian kayak gitu,," Celoteh Cinta berakhir dengan sendirinya.
Ya, memang benar sekali karena, sifat Papanya Cinta yang begitu keras terhadap Cinta, hingga membuat Cinta sendiri merasa cemas dan khawatir terhadap nasibnya yang sudah ditetapkan ini. Cinta masih saja berpikir kenapa Papanya itu bisa memiliki perjanjian yang membuat Cinta menjadi sengsara.
" Hiks Papa,," Gumam Cinta yang mulai menangis kembali.
Ketika mengingat kembali akan kenyataan yang ada, Cinta kembali menangisi keadaannya sendiri, sambil menghapus air matanya, Cinta melangkahkan kakinya yang berjalan dengan bolak-balik di kamarnya sambil memikirkan suatu hal yang bisa ia lakukan. Dengan tujuan agar dirinya segera bisa terlepas dari perjanjian, yang sangat merugikannya itu.
" Apa aku harus melakukan itu supaya aku bisa terlepas dari ini semua,," Gumam Cinta yang menghapus air matanya.
" Tapi, entahlah aku juga belum yakin, kalo itu akan berhasil." Bilang Cinta lagi yang menelaah idenya tersebut.
Sebenarnya saat ini memang Cinta sudah mendapatkan ide, untuk bisa melepaskannya dari perjanjian itu, namun, untuk melakukan hal itu saat ini Cinta juga harus bisa berpikir keras mencari cara dari idenya sendiri.
" Heemm,, aku harus temui Mama, sekarang juga,," Bilang Cinta yang segera melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu kamarnya.
Dengan segera Cinta melangkahkan kakinya berjalan menuju arah pintu kamar untuk segera keluar dari kamarnya. Namun, disaat ia sampai tepat di depan pintu kamar, Cinta sangat kaget ketika mencoba membuka pintu kamarnya dan pintu itu sama sekali tidak bisa terbuka karena, sudah terkunci dari luar.
" Loohhh,, kok gak bisa dibuka," Gumam Cinta, bingung ketika mencoba membuka pintu dan pintu itu ternyata sudah dikunci dari luar.
Walaupun Cinta merasa bahwa pintu itu sedang terkunci, tapi, Cinta masih saja dengan bersikeras untuk membuka dan menggoyangkan gagang pintu berulang kali. Sudah berulang kali Cinta membuka gagang pintu dan mencoba untuk menariknya, tapi sayang tindakan itu tidak bisa ia selesaikan.
" Kenapa masih gak bisa dibuka,," Gumam Cinta yang masih saja mencoba untuk melakukan pekerjaannya itu.
Dan, akhirnya karena, pintu itu sama sekali tidak bisa dibuka dan sudah berulang kali Cinta mencoba untuk membukanya. Untuk sesaat Cinta kaget dengan keadaan dirinya yang sudah terkunci dari luar. Dengan segera Cinta berteriak menggedor pintu, karena Cinta sangat yakin ini pasti perintahan Papanya untuk mengurung ia di dalam kamar.
" Loohhh,,, kok ini pintunya dikunci,," Gumam Cinta yang mencoba untuk membuka pintu kamarnya lagi.
Walaupun sudah berulang kali percuma saja pintu itu memang jelas tidak bisa dibuka dan sudah dikunci. Dengan segera Cinta meninggalkan pintu sementara dan cepat mencari dimana ia meletakkan kunci kamarnya. Cinta bergegas membuka semua laci yang berada di kamarnya itu, Namun, sayangnya hasil yang diperoleh nihil, kunci pintu yang diinginkannya sana sekali tidak ditemukan dan tidak ada di dalam semua laci.
" Kok gak ketemu sih kuncinya,," Bilang Cinta kesal karena, sudah cukup lama ia mengitari kamarnya demi mencari kunci pintu kamarnya itu.
" Dimana aku meletakkannya,,"Gumam Cinta sambil berpikir kembali dimana ia meletakkan kuncinya sebelum ia pergi tadi.
Cinta menghentikan langkahnya sejenak dan mengingat-ingat kembali keadaan sebelum ia pergi ke perpustakaan diluar. Lalu, Cinta dapat mengingat dengan jelas bahwa ia letakkan kunci itu tergantung di pintu bagian luar.
" Oh iya di bagian pintu luarnya,," Gumam Cinta yang baru saja mengingat bahwa ia telah meletakkan kunci di bagian depan pintu kamar.
Dan, kemungkinan saat ia masuk ke dalam kamar ini lalu menutup pintunya, Cinta lupa bahwa ia harus mengambil anak kunci itu. Supaya semua orang yang berada di dalam rumah ini tidak bisa mengurungnya di dalam kamar. Namun, Cinta berpikir sepertinya dengan sengaja Pengawal Papanya telah mengambil kunci kamarnya itu.
" Heemmm, ini pasti perintah Papa,," Bilang Cinta langsung berpikir akan tindakan Papanya padanya itu.
Dan, dengan segera serta tanpa malu, Cinta langsung saja berteriak memanggil Mamanya. Dengan maksud tujuan agar Mamanya bisa mendengar suaranya yang sudah terkunci di dalam kamar. Dan, juga supaya Papanya tahu bahwa saat ini ia sedang terkunci dan pura-pura untuk tidak mengetahui kejadian yang terjadi padanya itu.
" Mama,, mama,," Teriak Cinta dari dalam kamar memanggil Mamanya.
Setelah Cinta berteriak memanggil Mamanya, untuk sesaat Cinta mendengar ada suara sepasang kaki yang berjalan mendekati kamarnya. Dengan segera Cinta mendekatkan telinganya ke arah pintu, untuk mendengar langkah kaki yang mendekati kamarnya itu. Tiba-tiba Cinta mendengar suara pelayan perempuan yang sudah lama bekerja di rumahnya ini.
" Maaf Non, Ini Bi Imah.." Bisik Bi Imah dibalik pintu luar.
" Hah! Bi Imah.." Gumam Cinta kaget ketika mendengar suara Bi Imah berbisik dari arah luar pintu.
Dan, karena, mendengar suara Bi Imah dibalik pintu, dengan segera Cinta berteriak keras dari dalam untuk meminta pertolongan dari Bi Imah, agar Bi Imah bisa membukakan pintu kamarnya.
" Bi Imah,," Panggil Cinta tersenyum senang dibalik pintu.
" Bi tolong Cinta,, Cinta terkurung di dalam kamar,, mungkin kuncinya di pintu luar." Bilang Cinta dibalik pintu.
" Maaf Non, Bi Imah gak bisa bantu,," Jawab Bi Imah sedikit berbisik.
" Loh,,, kenapa Bi ?" Tanya Cinta heran dan menyelidik.
" Sebenarnya, pintu kamar Non, sudah dikunci oleh Pak Dito atas perintahan Tuan Besar,," Jawab Bi Imah dengan jelas yang begitu mengagetkan perasaan Cinta.
" Hah?? apa Papa yang menyuruhnya Bi,," Tanya Cinta memastikan lagi.
Saat mendengarkan ungkapan dari Bi Imah, ternyata benar sekali dengan pemikiran Cinta terhadap Papanya. Jelas saja Cinta kaget mendengar pernyataan dari Bi Imah dan tidak percaya akan perlakuan Papanya menghukum ketat dirinya itu yang jelas sekali menolak permintaan Papanya saat berada di ruang keluarga tadi.
" Iya Non, maaf Bibi tidak bisa bantu dan cuma bisa kasih tahu langsung pada Nona itu juga atas perintahan Nyonya, Non,," Bilang Bi Imah dengan suaranya tetap terdengar seperti sedang berbisik.
Saat mendengarkan pernyataan dari pelayan Mamanya itu. Cinta hanya bisa menarik napasnya merasa tidak percaya atas kelakuan Papanya ini. Kenapa Papanya harus mengurungnya di kamar hanya karena perjanjian itu.
" Ya, tapi kenapa harus dikunci dari luar sih Bi ?" Tanya Cinta lagi yang masih merasa penasaran akan jawaban sesungguhnya dari Papanya sendiri.
" Bibi juga tidak tahu Non, yang bibi dengar tadi saat pembicaraan Tuan dan Pak Dito di ruang tengah, bahwa pintu kamar Non Cinta harus dikunci dan tidak boleh dibuka oleh siapapun tanpa seizin Tuan Besar.." Jawab Bi Imah dengan sangat jelas pada Cinta dan pastinya penjelasan itu sungguh membuat Cinta merasa sedih.
" Ya ampun, begitu kerasnya Papa pada Cinta,," Gumam Cinta sambil meneteskan air matanya.
" Non, bibi permisi, Bibi takut nanti ketahuan oleh Tuan, kalo bibi datang ke kamar ini dengan tujuan memberitahu Non tentang perbuatan Tuan,," Bilang Bi Imah yang langsung saja berlari kecil menjauhi kamar Cinta.
" Iya Bi, Makasihh,," Jawab Cinta terduduk lemas dibalik pintu.
Lalu, dengan tubuh lemahnya itu Cinta menyandarkan kepalanya pada pintu. Setelah Bi Imah pergi dari pintu kamarnya, tidak terasa air mata Cinta mulai kembali mengalir di wajahnya. Cinta berpikir bahwa Papanya begitu keras pada dirinya.
" Hiks,, Papa sungguh tega mengunci Cinta di kamar, Papa juga tega menyuruh Cinta untuk mentaati perintah Papa, Papa juga tega telah mengorbankan kebahagiaan anaknya,," Bilang Cinta yang merasa kecewa dengan sikap Papanya disela tangisannya.
Dalam sekejap Cinta teringat akan ucapan Bi Imah yang disuruh oleh Mamanya, untuk memberitahukan dirinya bahwa ia telah dikurung oleh Papanya sendiri. Dan, Cinta menyadari sepertinya Mamanya sendiri secara tidak langsung berpihak pada kebebasannya dalam mengambil keputusan yang benar.
" Mama,,,, Bi Imah bilang kalo Mama yang menyuruhnya untuk memberitahuku,," Gumam Cinta saat teringat dengan ucapan Bi Imah.
" Ya Mama, aku harus bisa minta pertolongan dari Mama,," Bilang Cinta yang langsung bersemangat.
Karena, merasa bahwa Mamanya saat ini sudah sangat jelas berpihak dengan keputusannya itu, Cinta segera bergegas mencari keberadaan ponselnya untuk segera menghubungi Mamanya itu. Karena, dalam waktu yang begitu sempit ini hanya bisa menggunakan cara tercepat untuk membantunya dalam menyelesaikan persoalan yang telah terjadi.
Cinta tahu bahwa saat ini Mamanya tidak bisa membantu rencananya secara langsung, namun, Cinta yakin melalui Mamanya yang sedang berada di luar, kemungkinan besar bisa melancarkan rencananya itu. Setelah mendapatkan ponselnya Cinta segera menghubungi nomor telepon Mamanya sendiri.
***
Author
🌹Vira Lydia🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 319 Episodes
Comments
Si Bungsu
next
2022-02-23
1