Ponsel Richard berdering terus sejak lima menit lalu, Richard hanya tersenyum melirik ponsel yang tergeletak di meja sofa.
Tadi aku yang nungguin kalian, sekarang giliran kalian yang nungguin aku! bathin Richard.
Janeeta mengancingkan kemeja Rich, memasang dasi dan mengambilkan stelan jas dari lemari geser yang menyatu ke dinding, deretan pakaian khusus yang di gantung.
Richard sejenak tertegun, belum pernah ada satu orangpun yang mendandani dirinya saat akan berangkat kerja seperti saat ini.
Tapi kenapa Janeeta begitu luwes dalam segala hal, terutama dalam melayani dirinya. Apa karena memberikan servis lebih karena sudah di kontrak? Richard tak berpikir jauh hanya berpikir Annet beda sama yang lain.
"Lama nggak sampai Bos pulang lagi ke tempat ini?"
"Nggak pasti, aku ikuti agenda hari ini, kenapa memang?" Richard mengerutkan dahinya.
"Aku harus ngapain di kamar ini?" ucap Janeeta manja.
"Suka-suka kamu maunya apa? tidur, nonton, denger musik atau renang lagi?"
"Rich, kamu maunya aku tinggal di sini seperti apa? coba jelaskan! kalau di perjanjian kan setiap kamu butuh aku akan selalu datang jadi aku nggak usah tinggal di sini kan?"
"Pokoknya aku mau hidup sama kamu. Karena sekarang aku nggak bisa kasih penjelasan waktunya mepet banget aku sudah di tungguin tim manajemen mau rapat, sabar ya. Pulang rapat kamu ikut keliling hotel ku dan malamnya temenin aku nge-gym."
"Richard! aku nggak faham."
"Jadi gadis yang baik, tunggu aku pulang, pesan makanan apapun pakai aplikasi, buka juga di kulkas banyak makanan, dan jangan dulu banyak pertanyaan, oke?"
Richard mencium leher Annet sekilas dan Annet melepaskan ciuman laki-laki yang telah begitu tampan dalam dandanannya, begitu tegap, gagah dan begitu ideal seorang laki-laki, serasi dengan pakaiannya.
Richard mengambil ponsel dan agendanya.
"Rich! aku izin keluar sampai kamu pulang rapat!"
Richard tertegun sambil memandang Annet yang cemberut. "Mau kemana? minta di antar asisten Hanna, dia ada di ruangannya, juga kalau perlu apa-apa panggil saja dia aku sudah katakan apapun keperluan mu dia yang bertanggungjawab."
Janeeta tak menjawab lagi, keburu Richard keluar dan pintu menutup dengan otomatis.
Janeeta tersenyum. Oke Rich apapun keinginanmu aku lakukan asal kamu bisa memenuhi keinginanku, dan menambah bengkak saldo tabunganku.
Aku tidak tahu apa akan ada kesempatan kedua dalam hidupku, bisa meraih keberuntungan yang seperti sekarang sedang menghampiriku.
Aku tidak boleh muluk dalam berangan-angan tetapi kalaupun aku tidak bisa memilikimu Richard, tapi boleh aku berharap dan bermimpi bisa memiliki keuntungan dari perkenalan ini. Dari kebersamaan ini aku ingin merubah hidupku, aku ingin maju seperti dirimu, aku bercita-cita ingin punya usaha untuk masa depanku walaupun semu harus aku raih persis seperti dirimu berawal dari lembah hitam dan kelam perjuanganku.
Janeeta membaringkan tubuhnya kembali di tempat tidur yang mungkin telah berpuluh kali menjadi saksi dirinya memberikan kepuasan dalam pergumulan panas denga Bos Richard.
Janeeta mengurungkan niatnya untuk pergi keluar, ataupun untuk berbicara dengan asisten Hanna, yang bisa mengantar dirinya ke manapun dirinya mau.
Janeeta sibuk memikirkan apa sebenarnya maksud Bos Rich, ingin hidup bersamanya seperti yang di katakannya tadi.
Baru saja perjanjian di tandatangani sehari apa dua hari lalu, sekarang sudah berubah lagi malah sudah jauh menunjukkan perkembangan lain, Rich ingin hidup bersama, apa maksudnya?
kumpul kebo? apa bedanya dengan sekarang? semua di jalani menurut kesenangan mereka saja.
Angan angan Janeeta melambung tinggi dan terlalu tinggi seandainya mengkhayakan dirinya bisa menjadi istri seorang Richard Isaak, waw tak oernah terbersitt sesikitpun, tapi walau hanya sebatas angan-angan dan mimpi yang tidak akan mungkin tercapai tetapi hatinya begitu bahagia bisa menikmati waktu dan memanfaatkan saat-saat kebersamaan mereka saat ini.
Yang terpenting di dalam hidupnya adalah keuntungan selain kenikmatan yang ditawarkan itu adalah bagian bonus dari pelayanannya.
Khayalan Janeta beralih kepada sosok Richard seutuhnya, saat mereka berdua, saat mereka berciuman berpelukan, bergumul panas begitu menggelora, menjadi sensasi indah tersendiri bagi Janeeta, seperti candu yang sudah menempel sulit di lupakan menagih lagi dan ketagihan untuk mengulangnya.
Ah ... andai Richard adalah kekasihnya, atau calon suaminya mungkin tak akan kulepaskan lagi, tapi sayang Richard bukan siapa-siapa bagi dirinya. Richard seorang yang hanya butuh tubuhnya tidak dengan perasaannya.
Benny mondar mandir antara kantor dan kamar Sang Presdir. Manajer dari semua hotel dan klab malam semua sudah menunggu di aula rapat.
Benny sejak tadi mengobrol dengan Hanna di ruangannya sambil menunggu Bos Richard keluar kamarnya.
"Kebiasaan kalau sudah ngaret! nggak bisa menunda untuk tidak men-charge baterai, fokus dulu pada kerjaan apa sih salahnya?"
Benny menggerutu sendiri sambil membereskan barang-barang dan membetulkan letak segala yang ada di mejanya, padahal semua barang sudah pada tempatnya.
Hanna yang duduk di meja samping Benny melirik sambil tersenyum.
"Bos yang senang-senang Abang yang marah-marah, duduk manis apa nikmati hari-harinya."
"Gue bukan marah-marah tapi kesal aja, gue pontang-panting ngumpulin orang giliran sudah kumpul Bos malah mangkir nyungsep di kamarnya!"
"Itu kan bagian dari keseharian kita Abang, tapi Bos sedikit berubah kelihatannya tapi bikin risih juga. Tadi pas petugas khusus masuk mau servis kamar ada Annet di dalam keluar lagi bilang aku, akhirnya masuk sama aku."
"Kan gue udah bilang sejak awal sama lo Han, jangan kaget kalau masuk ruangan tinggal Bos ada cewek."
"Aku nggak kaget Bang, tapi team kebersihan yang kaget."
"Annet masih tidur?"
"Lagi berjemur, sebelum renang apa sudah renang, aku nggak begitu jelas."
Langkah Richard seperti sudah hapal benar di telinga Benny, langsung Benny keluar pamit sama Hanna dengan melambaikan tangannya.
Benny membungkuk lalu mengikuti Richard tanpa ada pembicaraan.
Dalam hati Benny tersenyum, pakaian Bos sudah ganti, nggak mungkin kalau pulang cuma makan siang doang sampai berganti pakaian, tidak memakan yang lain dan pasti sudah satu babak pembuka makan siangnya. Selalu semangat kalau sudah melakuakan semua kesenangannya. Richard pernah bilang kalau dirinya tak bisa hidup tanpa wanita dan s*x.
Penyemangat dirinya adalah kesenangannya.
Sampai di aula rapat semua sudah kumpul. Kharisma seorang Richard begitu berwibawa di hadapan semua anak buahnya.
Semua sigap duduk di tempatny masing-masing karena waktu sudah molor rapat jadi langsung pada intinya setelah pembukaan dan tatakrama terlebih dahulu.
Rapat menghasilkan poin buah pemikiran pengajuan dari para manajer hotel dan pengelola klab malam, segala fasilitas yang belum sesuai keinginan, semua Richard tanggapi dicatat dalam buku dan laptop sama Benny asisten pribadinya merangkap sekretarisnya juga terkadang sopir pribadinya.
*****
Baca juga Karya Enis Sudrajat lainnya :
❤️Meniti Pelangi
❤️Pesona Aryanti
❤️Biarkan Aku Memilih
❤️Masa Lalu Sang Presdir
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Erni Fitriana
lanjottt bosqueeeeeee
2022-03-19
2
Enis Sudrajat
apa ganti jam up nya malam say?
soalnya kalau dah stabil mau dua kali up pukul 07 pagi sama pukul 19 malam pokoknya di jam itu, apa di salahsatunya🙏😎
2022-02-20
2
Dwisya12Aurizra
semangat thor masih pg udah hareudang aza
2022-02-20
2