"Sore banget pulangnya Nak? makan dulu sana, kelihatan kamu capek banget." Ibunya Annet menatap wajah cantik putrinya yang sudah dewasa.
"Bu, Annet mau minta izin untuk bisa kost di dekat tempat kerja, karena Annet dapat kerjaan job nyanyi di dua tempat, jadi kemungkinan Annet bisa pulang nengok Ibu seminggu sekali, boleh ya Bu?" Annet manja mencium pipi Ibunya.
"Annet, dikira Ibu kamu mulai berpikir berhenti kerja nyanyi, dan bisa membantu usaha Ibu yang mulai nggak ketahan pesanan nya."
"Ibu, Annet mohon ini kesempatan Annet untuk bisa merubah hidup kita, Annet punya cita-cita Bu."
"Hidup kita sudah berubah Annet, malah kita sudah bisa memberi peluang pekerjaan pada orang lain, tinggal kita mengolahnya dengan tanggungjawab pasti usaha ini semakin maju."
"Annet ingin total dalam cita-cita dulu Bu, Annet janji nanti setelah Annet merasa bosan dan telah mendapatkan kepuasan dari pekerjaan yang Annet jalani sekarang, Annet akan pulang dan mulai berpikir lebih memajukan usaha ini, Annet tidak akan ke mana-mana ingin tinggal bersama Ibu menjalani masa depan bersama dengan lebih baik lagi dari sekarang."
"Sebenarnya apa cita-cita sayang? apa yang kamu inginkan, apa yang kamu harapkan dari pekerjaanmu yang sekarang ini? ini pekerjaan yang nyata nyata bisa menghasilkan dan Ibu sangat senang juga bangga menggelutinya kita bisa apa-apa dari usaha ini, sejak awal Ibu ingin kamu meneruskannya."
"Annet mengerti Bu, tapi untuk saat ini belum bisa, Annet masih punya cita-cita dan harapan lain. Annet mau ada ingin izin dari Ibu untuk bisa kost biar Annet tidak pulang malam terlalu jauh ke sini, Ibu bisa datang ke kost-an Annet suatu hari Ibu sempat." Annet meyakinkan Ibunya.
"Ibu terlalu sayang sama kamu anakku. Semoga cita-cita mu tercapai dengan usaha sendiri yang kamu lakukan, padahal Ibu juga usaha buat siapa semua ini?"
"Jadi, Ibu izinkan Annet kost sama pekerjaan baru Annet?"
"Dengan berat hati, tapi Ibu harap kamu jaga diri baik-baik, jangan mengejar sesuatu yang tak mungkin kita jangkau, karena kalau terlalu tinggi kita menggantungkan harapan dan suatu saat jatuh, akan merasaakan sakit saat kenyataan tidak tercapai cita-cita kita."
"Baiklah Bu, sekarang Annet beres-beres dulu pakaian karena maaf Annet bawa teman juga, yang mengantarku ke sini itu Ibu Hanna menunggu di mobil."
"Astaghfirullah Annet, kamu kebangetan, kenapa tak di diajak masuk itu kan tamu?"
"Annet takut nggak di izinin Ibu, jadi Bu Hanna suruh tunggu di luar saja."
"Panggil sana suruh masuk, Ibu bikinkan minuman, sekalian biar Ibu kenalan!"
Annet menghampiri asisten Hanna yang lagi mendengarkan musik di ponselnya dengan menggunakan earphone, mengajaknya masuk untuk sekedar berkenalan dengan Ibunya.
"Oh alah, Annet itu gimana? ada teman tamu kok nggak di ajak masuk, maaf Bu silahkan duduk."
"Nggak apa Bu, makasih nggak usah repot-repot, saya Hanna sama bekerja di Rich Hotel juga tapi beda bagian, saya bagian urusan keperluan Bos dari mulai kebersihan tempat tinggalnya, makanan dan pakaian juga keperluan lainnya. Kalau Annet khusus di klab malamnya karena Annet punya keahlian bernyanyi."
"Ibu senang bisa berkenalan dengan Bu Hanna, Ibu titip Annet walaupun dia sudah dewasa tetapi Ibu masih menganggapnya anak kecil yang masih perlu perhatian, entah seperti apa cita-citanya padahal di sini juga Ibu usaha, tapi sebagai Ibu hanya bisa mendukungnya semoga tercapai cita-citanya."
"Iya Bu, saya akan selalu saling ingatkan."
"Hanna melihat sekeliling rumah yang sederhana tapi unik dan mungil, mungkin karena hanya di huni berdua Annet sama Ibunya, atau juga keterbatasan tanah untuk bisa lebih leluasa membuat ruangan ruangannya.
Bagian dapur seperti baru di perbesar karena seperti yang Ibunya Annet katakan usahanya semakin berkembang sejak masuk kue-kue basah buatannya ke kantin Rich Hotel dan sebagian ke klab malamnya.
Pesanan setiap harinya tak pernah berhenti, malah sekarang Ibunya Annet telah memiliki 4 pekerja satu untuk di tempat jaga toko pajangan dan terima pesanan di pinggir jalan, walaupun masih nyewa. Tiga orang untuk membantu ibunya memasak dan mengolah berbagai kue-kue pesanan yang semakin meningkat setiap harinya.
Hanna hanya kagum pada kegigihan Ibu dan Anak ini dalam memperjuangkan hidupnya.
"Mbak Hanna silahkan di cicipi kuenya, Ibuku nggak pernah berhenti berinovasi dengan kue-kue barunya." Annet menyimpan tas pakaiannya di dekat sofa yang di duduki asisten Hanna.
"Seperti lo juga Net, yang semakin menarik simpatik dan perhatian Bos Richard!" Hanna tersenyum memandang Annet yang duduk di seberangnya.
"Ssssssssst ... " Annet memberi kode pada asisten Hanna, karena Ibunya datang dengan kue di piring lagi.
Hanna tahu, Ibunya Annet datang bergabung. Hanna mengambil satu kue yang sangat menarik dan mencicipinya.
"Enak banget yang ini Net, pantas saja pesanan dari kantin tak pernah berhenti."
"Alhamdulillah Bu Hanna, mungkin ini rezeki saya dan Annet, sekarang satu yang kerja menggantikan Annet mengantar pesanan kue kue ke Hotel dan ke toko di depan itu." Ibunya merasa bangga dengan pencapaiannya.
"Maafkan Annet Bu, bukannya nggak mau membantu tapi Annet ingin total di pekerjaan yang sekarang, dan ingin sukses melebihi Ibu."
"Hati-hati melangkah, pikirkan semuanya baik buruknya untuk kebaikanmu juga orang lain, hanya itu pesan Ibu."
Annet nggak mau Ibunya membahas segala sesuatu yang ujung-ujungnya sangat bertentangan dengan dunia yang dijalaninya sekarang, dunia hitam kelam dan kotor, penuh hina dan aib. Annet mengerti tapi suatu saat dirinya pasti akan berhenti dan semoga masih di beri waktu untuk memperbaiki diri.
Annet mengerti, keinginan semua orangtua bukan seperti pilihan yang sudah terlanjur dijalani nya. seperti yang sekarang dirinya jalani, tapi berharap anaknya lebih baik dalam segala hal.
Tetapi satu kata yang salah, yang telah dirinya pilih yaitu kata 'terlanjur' yang seharusnya tidak menjadi keterlanjuran, dan terus terusan tak bisa keluar dari lingkungan yang salah mengungkungnya.
Apa mau dikata Annet telah menikmati dunia yang sekarang dijalaninya, membungkus dirinya dengan profesi penyanyi walaupun tidak semua orang tahu dirinya adalah penyanyi plus-plus, yang awalnya bisa di sewa dan di-booking siapa saja.
Tapi kini keberuntungan dan hoki yg besar begitu cepat menghampiri dirinya, merubah segalanya. Daya tarik dan kecantikan Janeeta telah mengundang simpati seorang Presdir Richard Isaak yang ingin mengontraknya secara eksklusif dengan memberikan fasilitas yang begitu luar biasa.
"Bu, karena sudah sore banget Annet pamit, semoga setiap minggu Annet bisa pulang bertemu Ibu."
"Ingat pesan Ibu."
"Iya Bu."
Annet memeluk Ibunya, ada rasa sedih di hatinya, ada kebohongan antara dirinya dan Ibunya, tapi hanya itu yang bisa Annet lakukan demi rasa sayangnya, demi rasa hormatnya kepada Ibunya yang telah melahirkan dan membesarkannya.
Hanna menyalami Ibunya Annet dan mereka berjalan menuju mobil. Ibunya Annet melambaikan tangannya, Mobil membawa Annet pada dunianya, dunia gemerlap, dan dunia yang penuh kebebasan tanpa batas.
Dunia yang penuh harapan dan khayalan mimpi indah.
*****
Baca juga Karya Enis Sudrajat lainnya :
❤️Meniti Pelangi
❤️Pesona Aryanti
❤️Biarkan Aku Memilih
❤️Masa Lalu Sang Presdir
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Erni Fitriana
bu ..maaf anet berbohong🙏🙏🙏..padahal net...toko kue ibu mu membutuhkan mu
2022-03-19
1
Dwisya12Aurizra
andai saja ibu mu tauk Net, kehidupan yg sedang kamu jalani sekarang ini... 😢😢
2022-02-22
2