Richard merengkuh pundak Vanny menuju kamar huniannya melintas di depan Janeeta yang lagi membawakan lagu slow yang khas biasa di bawakan nya.
Begitulah seorang Rich, berjanji sendiri tapi mengingkari sendiri, kontrak tinggal kontrak, memang cuma selembar kertas yang tidak berharga dan dua tanda tangan yang semuanya tidak ada artinya.
Mungkin perjanjian itu di anggap Rich hanya kesenangannya juga seperti lagi senang dan suka pada dirinya.
Janeta menarik nafas panjang melihat punggung Richard beserta seorang wanita sebayanya mungkin diatasnya sedikit, Janeta tahu ke mana mereka pergi dan apa yang akan mereka lakukan.
Tak masalah, harus biasa dan bisa satu lagi jangan main hati, juga jangan ada rasa cukup di lakukan saja! tetapi lihatlah keberuntungan tetap ada pada dirinya karena dirinya telah menandatangani kontrak walaupun tidak tahu itu akan bertahan berapa lama. Juga seberapa berharganya kontrak itu?
Tapi setidaknya Janeeta juga ada rasa panas hatinya, ada perasaan cemburu walaupun semua itu tidak ada artinya dan tidak pantas hatinya untuk bisa punya perasaan seperti itu.
Mungkin harus ditolak juga di luruskan dan di tepisnya jauh jauh rasa cemburu itu kalau dirinya ada rasa itu, harus punya perasaan kebal dan bebal seperti itulah, Richard bukan milik siapa-siapa.
Janeeta membawakan sebuah lagu kembali, baru suara musiknya mengalun langsung pengunjung memberikan tepuk tangan dengan meriahnya, lambat laun akan aku bius semua pengunjung klab ini, hingga nama Annet akan melekat di hati semua pengunjung klab ini, juga di hati Bos nya Richard.
Janeeta tak tahu apa makna lagu yang di bawakan nya ini, apa mewakili dirinya? atau penonton merasa terhibur dengan lagu ini? atau juga merasa terwakili? apa karena dirinya yang membawakannya, entahlah.
Mungkin diriku harus pergi
Selamanya darimu
Atau ku harus mengakhiri
Cinta ini kepadamu
Kini cintaku telah kau bagi
Tak sanggup ku hadapi semua ini
Aku tak biasa
Bila tiada kau di sisiku
Aku tak biasa bila ku tak mendengar suaramu
Aku tak biasa
Bila tak memeluk dirimu
Aku tak biasa bila ku tidur tanpa belaian mu
Aku tak biasa
Aku tak biasa
Ku coba untuk terus berlalu
Dari hatimu namun tak bisa
Bayangan itu sering mengganggu
Dari tidurku ku menangis
Kini cintaku telah kau bagi
Tak sanggup ku hadapi semua ini
Aku tak biasa
Bila tiada kau di sisiku
Aku tak biasa bila ku tak mendengar suaramu
Aku tak biasa
Bila tak memeluk dirimu
Aku tak biasa bila ku tidur tanpa belaian mu
Aku tak biasa
Aku tak biasa
Aku tak biasa
Bila tiada kau di sisiku
Aku tak biasa bila ku tak mendengar suaramu
Aku tak biasa
Bila tak memeluk dirimu
Aku tak biasa bila ku tidur tanpa belaian mu
Aku tak biasa
Bila tiada kau di sisiku
Aku tak biasa bila ku tak mendengar suaramu
Aku tak biasa
Bila tak memeluk dirimu
Aku tak biasa bila ku tidur tanpa belaian mu
Aku tak biasa...
Biarlah aku tidak mencari dan membutuhkan Richard. Dia yang akan mencariku suatu saat dia butuh, aku tidak membutuhkan hati Richard, aku membutuhkan uangnya yang berlimpah itulah tujuanku keuntungan dan cuan dari semua yang aku lakukan selama ini.
Tapi tak bisa di pungkiri aku selalu kangen sesuatu kepunyaan Richard, yang dengan senangnya Annet selalu memainkan 'pedang' kepunyaan Richard yang ukurannya memang blasteran.
Suara mendayu Janeeta samar masuk ke kamar Rich dan Rich menutup pintu dengan sekali pijit tombol.
Si flamboyan Rich bukan milikku, tapi milik semua orang yang Richard suka dan si flamboyan bebas menentukan siapa saja orang yang disukainya walaupun kontrak baru saja tadi sore dia tanda tangani dan mengatakan tetap pada satu pilihan yaitu Janeeta, malam ini belum berlalu tapi seseorang telah masuk di kamar ekslusif nya.
"Wih... Richard, ruangan yang sempurna, sangat super untuk selera yang sangat superior." Vanny berkeliling di dalam ruangan yang begitu luas itu. Melempar tas branded nya di atas tempat tidur berjalan berkeliling, ke teras yang teduh segar dengan tanaman hias berkualitas.
Lanjut ke ruang terbuka yang di penuhi rumput lembut asli dan sintesis di ruangan teduhnya.
"Apa kamu datang kesini hanya mengagumi kamarku saja?" Richard menghampiri Vanny yang masih berjalan dan terakhir memandang ke arah view lembah yang membentang berkelip lampu dari rumah rumah dan dan vila di malam hari.
"Memang kamar super Cabana Room yang luar biasa seperti seleramu yang tak pernah salah Ricard!"
Ricard tertawa menangkap pinggang Vanny di tariknya perlahan berjalan kedepan taman teras, tembusan dari tempat tidur yang hanya di sekat kaca tembus pandang.
"Apa kamu menginginkan sesuatu Vanny?"
"Tentu Rich, siapa yang akan lupa permainanmu, kamu adalah candu yang tak bisa hilang dari otakku."
"Aku juga sama, setiap des**han yang keluar dari bibirmu bagai magnet yang terus menempel di telingaku tak terlupakan, yang selalu menagih lagi dan lagi."
"Rich. Aku kangen kamu."
"Aku juga Vanny."
"Tak terlihat asisten kamu yang punya mata elang itu?" Vanny mulai melingkarkan tangannya di leher sang flamboyan.
"Jangan bilang kamu naksir dan mengincar dia belum tergoda oleh siapapun sampai sekarang, Benny punya hak istimewa dariku libur hari minggu sama Hanna." Rich mulai menyentuh bibir merah menantang itu, meng**um dan bermain dengan lidah nya hingga mulut dan urat-urat syarafnya terjangkit panas.
Vanny mengusap-usap dada Rich di balik kemeja yang kancingnya sudah terbuka, Richard mulai menjelajah ciumannya di wajah dan leher Vanny, lalu ke bawah telinganya dan perlahan ke area uniknya janda kembang yang begitu menggodanya.
Richard tenggelam di dada hangat Vanny, melakukan kesenangannya bermain dan memainkannya, dengan sempurna hingga foreplay awal mereka lalui.
Richard bukan laki-laki yang takut foreplay dan takut habis waktunya untuk melakukan itu sebelum ke hal intinya, tapi Rich tahu yang di senangi lawan mainnya, seandainya menginginkan lebih lama untuk di cumbu, Richard akan lama dan senang melayaninya sehingga siap untuk melakukan ke pokok inti penetrasi, itulah yang di sukai Vanny dari seorang Richard.
"Rich sudah! aku siap."
Tubuh tegap Richard sekilat membopong tubuh Vanny ke tempat tidur dari kursi santai taman kolam renang, melewati teras dan sekat kaca.
Richard membaringkan tubuh Vanny yang menegang menanti sentuhan dan kepuasan selanjutnya.
"Biasanya kamu yang pasang 'sarung' ini sayang" Richard membuka kemasan pelindung dengan menggigitnya, Vanny tersenyum dan mengangguk mengambilnya meraba sesuatu yang istimewa dan sudah basah di bagian bawah perut Richard siap untuk tempur. Vanny memainkannya sebelum memasangnya.
Vanny begitu senang memainkannya, dan begitu pintar dan terlatih untuk permainan tingkat tinggi yang sama-sama di suakai nya.
"Pasang sekarang sayang!"
Selang setengah jam pergumulan panas mereka akhirnya berakhir.
Richard men**rang panjang menyudahi pendakiannya yang begitu lama hingga puncak kenikmatan keduanya usai, Vanny juga me***sah nikmat dalam pelukan Rich. Vanny begitu istimewa bagi Richard, dan Richard pun sangat ekslusif bagi Vanny.
Mereka tepar bersimbah keringat di udara Puncak yang begitu dingin menusuk hingga ke pori-pori.
Mereka berpandangan lama dalam balutan satu selimut. Richard bangun membuka pelindung berisi cairan kental dan membuangnya ke tempat sampah, masuk kamar mandi membersihkan diri dan duduk di sofa menyalakan tv yang di sambungkan ke home theatre, sehingga suaranya bukan kedengaran dari televisinya.
Vanny pun begitu, bangun dan masuk kamar mandi lalu keluar dengan mengenakan kemeja Richard bekas pakai tadi.
"Kamu nakal Rich, bikin baju aku kusut gitu." Vanny duduk di samping Rich yang masih sedikit berkeringat dan telanjang dada.
"Biasanya bawa baju salin."
Vanny menyeringai dan menyandarkan tubuhnya di pundak Rich.
"Berapa lama kamu ada di sini?"
"Maunya sih lama, biar bisa dekat sama kamu, tapi gimana ya Papaku nggak ngerti."
"Terus sekarang mau pulang?"
"Jam berapapun aku akan pulang, karena besok harus sudah terbang lagi."
*****
Baca juga PESONA ARYANTI by Enis Sudrajat, like, vote, fav, dan beri hadiah❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Erni Fitriana
aduhhhhhhhhhhj😖😖😖😖😖😖
2022-03-18
1
Dwisya12Aurizra
bikin hareudang.... 🙈🙈
2022-02-05
4