Richard masuk kembali ke Hotelnya melintasi front office dan ke samping kiri dari bangunan utamanya.
Berganti pakaian dan siap melangkah mengusir kesepiannya.
Masuk ke klab malamnya yang masih begitu sepi hanya ada satu dua pengunjung santai minum di sudut sofa, beberapa orang para pekerja dan pelayan juga yang masih sibuk berbenah.
Richard menduduki kursi kebesarannya di dekat bartender sebelah kanan sambil menyapu pandangan sekitarnya, walaupun bukan malam minggu tetapi klab malamnya tetap biasanya rame di kunjungi tamu hotel yang ingin hangout dan sejenak mengendorkan urat syaraf dari kesibukan dan rutinitasnya.
Semakin lama semakin malam semakin banyak orang pada masuk dan menikmati suasana yang di suguhkan, walaupun baru malam Sabtu dan minggu cklab ini bisa menghadirkan DJ atau Disk Jockey untuk lebih bisa menghidupkan suasana, tapi malam-malam lainnya hanya menghadirkan musik live diiringi penyanyi-penyanyi ada yang kontrak ada juga penyanyi tetap bawaan band itu sendiri.
Manajer klab Alvin menghampiri Bos Rich yang lagi sendiri dengan membungkuk hormat.
"Bos sendiri? apa saya temani ngobrol dan minum?"
"Boleh, duduklah!"
"Alvin, apa ruangan ini di jamin kedap suara?"
"Di jamin, kenapa memang Bos? ada tetangga protes atau ada yang tidak nyaman dengan adanya klab malam ini?"
"Aku hanya bertanya saja, nggak apa-apa."
Alvin diam memandang Bos nya.
"Siapa penyanyi yang ada malam ini?"
"Nanti aku tanya dulu kepala band nya."
Alvin beranjak mau bertanya pada kepala band-nya, cowok sedikit kemayu itu begitu pintar mengelola klab malam ini, strategi yang di pakainya selalu segar dan hasilnya lumayan semakin naik saja rating klab malam ini diatas rata-rata klab malam hotel-hotel lainnya yang masih di bawah kelolaan di bawah management dari The Rich Hotel.
"Cuma Janeeta Bos, ada penyanyi band baru tapi cowok."
Rich hanya mengangguk dan tersungging senyum.
"Oh, heee...bilang aja dan langsung pesan nanti kalau usai jangan dulu pulang." Alvin berkelakar di hadapan Bos Richard.
"Gue bosan stok lo Vin."
"Haaaa...baru denger Bos bilang bosan."
"Memang gue nggak boleh bilang bosan?"
"Boleh Bos, tapi kan bukan bosan bahasanya tapi gue mau sengatan baru haaa..."
Richard tersenyum.
"Kok, Annet belum datang Vin?"
"Biasa ngaret Bos, cewek kan lama dandannya belum pakai ini itu."
"Biasanya dia nggak nyanyi malam ini kalau malam tadi sudah, bukan gantian sama temannya?"
"Kebetulan hari ini penyanyi yang satunya berhalangan hadir jadi tadi kepala band nya menelpon dia, Annet siap saja, saya juga kagum terhadap kegigihannya dia mau saja menjadi pengganti yang penting mungkin asal honornya aja."
"Menurut lo Annet seperti apa Vin orangnya?"
"Dia sering ngobrol sama saya, terkadang dia curhat juga, dia orangnya pintar pandai menjaga diri artinya walaupun kehidupannya seperti ini dalam tanda kutip tapi dia tidak ingin diperlihatkan kepada orang lain dan berusaha menutupinya.
Tidak mau orang lain tahu profesi plus plusnya, di hadapan orang lain berusaha mencari alibi apalagi di hadapan Ibunya, dia punya cita-cita untuk merubah hidupnya untuk masa depan yang lebih baik semua juga harus diawali dengan pengorbanan Bos."
Richard baru tahu kalau Janeeta punya cita-cita ingin merubah kehidupannya yang sekarang, dia memang tidak terlihat glamor seperti yang lainnya. Perempuan yang dikencaninya rata-rata berpenampilan sosialita tinggi dan memang itu tuntutan mereka.
Tetapi Janeeta lebih simpel menurut pandangan Richard tapi memang lebih enak dilihatnya, Janeeta juga mengingatkan akan masa lalunya, seperti masa lalu dirinya yang dimulai dari lembah hitam kelam dan bahkan pekat hingga sampai sekarang dirinya tidak bisa keluar dari permasalahan itu dan dunia itu.
Tapi dirinya sekarang bisa lebih baik bisa merintis usaha dari jerih payahnya mengumpulkan rupiah dari melayani siapa saja yang butuh kehangatannya dengan materi yang berlimpah. Tetapi kekaguman dirinya kepada Janeta seakan membuka tabir masa lalu Richard sendiri yang memulai kehidupannya merintis usahanya dari jalan mengumpulkan dengan hasil keringatnya sendiri.
"Panggilkan dia ke sini sebelum nyanyi."
"Siap Bos."
"Apa sekarang mau teman?"
"Boleh."
Alvin pergi entah ke mana tapi tak lama muncul lagi dengan tergesa ke hadapan Richard dan membisikkan sesuatu di telinganya Richard mengangguk dan mempersilahkan dan mengiyakan.
Alvin berlari kecil ke salah satu meja dan menggandeng seorang perempuan dengan senyum yang menawan.
"Halo Richard, apa khabarnya?"
"Vanny?" Richard tertawa sambil berdiri perempuan yang dipanggil Vanny mencium pipi sang flamboyan sambil tersenyum.
"Ya, gue masih Vanny."
"Haaaaaaaa... gue tahu itu, tapi kapan pulangnya? gimana bisnis lo di sana lancar?"
"Biasa aja, tidak sepesat The Rich Hotel dan Night Club nya."
"Bisa aja lo."
"Gue baru tahu kalau The Rich Hotel and Club begitu seperti jamur di kota ini."
"Sudah-sudah nanti kita bahas itu, pantesan gue mau ke sini tadi mau kedatangan tamu super istimewa rupanya."
"Masihkah gue istimewa?"
"Haaa...mungkin, yang pasti gue senang bertemu lo kembali di tempat baru gue."
"Terimakasih tampan, kamu masih seperti yang dulu selalu melambungkan gue heee..."
"Lo udah minum belum? biar gue pesenin."
"Gue bukan mau minum ke sini, tapi mau makan! lo tahu kan?"
"Gue masih belum pikun Vanny, tapi sebelum 'makan' bareng kita minum aja dulu, gue masih ingat orange juice bersoda."
"Gue nggak suka mabuk Rich, karena gue ingin menikmati hidup dan segala kenikmatan ini dengan sadar."
"Slogan dan motto hidupnya nggak berubah, semoga orangnya juga nggak berubah."
Vanny tertawa sambil mengusap pipi Richard.
"Oke Vanny, nih minuman kesukaan lo datang, kita toast untuk malam pertemuan ini."
Mereka bersulang meminum minumannya masing-masing sambil bertatapan penuh arti.
Vanny adalah janda sukses yang kesepian, selalu menjadi teman Richard dalam segala hal, Vanny orang bebas tak punya komitmen seperti Richard juga, hidup dengan kesuksesan membawa Vanny pada kehidupan dan pergaulan glamor.
Mereka saling membutuhkan saling memberi dan saling menerima, mereka teman paling cocok dalam segala hal termasuk teman ranjang.
Vanny mengembangkan usaha orangtuanya di Surabaya, mau tidak mau mengikuti apa yang di peruntukkan kedua orangtuanya untuk dirinya di sana, mereka bertemu di klab malam saat Richard belum meroket seperti sekarang ini.
Bisnis Properti dan kontraktor yang dikelola Vanny begitu cocok dan nyambung dengan Richard yang baru membangun usahanya. Dan lagi gencar membangun Hotel hotelnya.
Sebagian The Rich Hotel di kota Bogor di bangun atas kerja sama Vanny dan Richard, dan mereka juga kerja sama pribadi yang saling menguntungkan.
Vanny janda dari seorang Insinyur Australia yang begitu banyak ketidak samaan dan kecocokan dalam segala hal, Suaminya mengharuskan pulang ke negerinya karena proyek yang di kerjakan di Indonesia selesai menjadikan Vanny ada di persimpanga pilihan, Vanny nggak mau ikut ke Australia dan Jim juga nggak mau tinggal di Indonesia, akhirnya mereka pisah baik-baik.
*****
Baca juga BIARKAN AKU MEMILIH by Enis Sudrajat, like, vote, fav, dan beri hadiah❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Erni Fitriana
nemu lebah lama y rich???
2022-03-16
1
Enis Sudrajat
ikut berenang ya😆😆😆😆
2022-02-04
2
Dwisya12Aurizra
lanjut
2022-02-04
2