Rapat menghasilkan poin pengajuan perluasan klab malam dari Alvin manajer klab malam The Rich Hotel & Night Club Induk yaitu hotel yang sekarang di jadikan tempat rapat.
Entah seperti apa perluasan itu, apa membongkar kamar hotel yang sudah ada atau menjadikannya dua lantai, entahlah semua belum terpikirkan caranya, tapi Richard telah menyetujuinya, karena klab malam pusat harus lebih besar dari klab malam di hotel-hotel lain.
Selain pengajuan dari manajer manajer hotel dan klab malam lain, semua usulan dan pengajuan properti ditampung Richard dan akan menjadi bahan diskusi antara dirinya dan Benny, juga sama manager manager lain yang berkaitan.
Satu yang sangat menggembirakan bagi Richard, adalah laporan dari tiap-tiap klub malam miliknya di semua hotel menunjukkan grafik yang sangat tinggi dalam peningkatan penghasilan perbulannya. Sehingga Richard memberikan applaus sangat antusias atas kerjasama saling mendukungnya.
Rapat di tutup jam 16:00 semua berbincang santai dan makan snack snack rapat yang di sediakan panitia.
Richard masih berbincang sedikit, akan hasil rapat yang barusan dibahas bersama Benny.
Benny mengagumi akan taktik dan teori yang dijalankan dari seorang Richard dalam berbisnis. Terkadang sulit untuk dipahami maksud awalnya, tetapi setelah di realisasikan baru Benny bisa mengerti kalau tujuan Richard itu seperti apa.
Poin penting satu lagi Richard membuka peluang pada semua manajer untuk bisa mengajukan lahan karena Bos Richard ingin membangun kembali satu hotel yang begitu lengkap dengan Restourant, klab malam, fasilitas olahraga, gym, fasilitas, perawatan kecantikan dan sanggar aerobik.
Memang semua baru wacana dan rencana, tapi ingin segera mendapatkan tempat yang strategis masih di kota hujan ini.
Pengembangan bisnis yang luar biasa, setelah empat hotel dan empat klab malam Richard masih ingin menambah satu hotel lagi.
Otak bisnis memang sudah di miliki Rich, semua berangkat dari bawah, Papa Isaak dan Mama Amalia tetap konsultan terbaik bagi Richard.
Richard masih saja duduk santai di kursinya bersama Benny.
Sebagian ada yang sudah pamitan, ada juga yang masih duduk duduk santai karena mungkin tidak ada lagi kesibukan.
Benny masih bercengkrama dengan Bos Richard, menerima sebagian manajer hotel dan manajer klub malam yang berpamitan satu persatu.
"Lo sempat makan siang nggak tadi Ben?"
"Makan Bos, kalau nggak makan aku takut pingsan mengikuti rapat kali ini." sahut Benny
"Haaa ... bisa aja lo! gue makan siang, juga kasih makan 'burung kesayangan' gue tadi, karena nggak tahan lihat Annet lagi renang."
"Ck, ck, ck sempat sempatnya mengasah pedang di siang bolong, di sela-sela kesibukan kerja, ampun deh!"
"Jangan salah Ben, yang paling enak yang di sela-sela itu!" Richard terkekeh.
"Aku tahu jurusan sela-sela yang Bos bicarakan, ************ memang paling enak, dah lah lanjut kemana kita?"
"Lo tahu juga Ben? ************ paling enak berarti lo pernah merasakan? lo bohong masih tingting! haaa .... "
Richard mulai tertarik dan memancing sahabatnya juga asistennya, untuk jadi partner ngobrol soal kesukaannya.
"Aku dengar saja dari cerita orang, juga melihat orang yang begitu ketagihan sampai rela menyempatkan waktu sempitnya."
"Emang seperti itu kalau sudah ketagihan area 'sempit' Ben, tapi gue nggak mau kecanduan narkoba, minuman dan obat-obatan psikotropika lainnya, gue cukup ketagihan sama perempuan, kalau burung gue nggak di kasih makan, gue juga jadi lemas nggak semangat dan loyo haaa ...."
Benny hanya nyengir saja sambil bangkit dari kursinya diikuti Richard.
"Gue jadi penasaran sama pedang lo Ben, apa pedang lo hidup apa enggak?"
"Sembarangan! aku keturunan subur dan memiliki ukuran standar pada umumnya, Bos jangan menyangka yang bukan-bukan aku hanya belum saatnya saja titik."
"Haaaaaaaa ... sorry Ben gue hanya bercanda saja, jangan di masukin hati, karena gue mau berbagi kesenangan sama lo menikmati hidup ini."
"Oke, aku mengerti tetapi hobiku bukan itu Bos, untuk menikmati hidup ada berbagai cara yang bisa kita lakukan walaupun bukan dengan cara maaf seperti yang Bos dilakukan."
"Jadi apa kesenanganmu? apa hobi mu? apa yang bisa membuatmu bahagia?"
"Aku akan bahagia, kalau melihat orangtuaku bahagia, aku tulang punggung keluargaku, adikku perempuan satu sudah menikah malah sudah punya anak, aku punya cita-cita ingin membahagiakan kedua orangtuaku dulu, dengan cara memberi mereka hunian dan fasilitas rumah yang layak dari hasil keringatku bekerja."
"Oh, jadi itu alasan lo menahan nggak jajan perempuan, juga nggak punya kekasih?"
"Ya, mungkin seperti itu!"
"Kalau gue traktir Lo mau mulai mencoba mengasah pedangmu?"
"Mungkin suatu saat, sekarang belum mau, sorry Bos heee ...."
"Oke, gue hargai keputusan lo. Memang tidak semua orang gila perempua seperti gue, sekarang sekarang ini gue juga sudah mungkin mencapai titik jenuh dalam menjalankan hobi gue, makanya gue pengen mencoba mengontrak satu perempuan seperti yang gue sepakati kemarin-kemarin. Tapi perasaan gue sekarang berubah lagi gue ingin hidup bersama Annet gue ingin membuka mata ada dia, mau tidur ada dia, selanjutnya di kehidupan gue selalu ada dia."
"Itu namanya hidup bareng, harus ada komitmen nikah namanya, atau nikah siri atau apalah."
"Entahlah gue merasa perlu seseorang di samping gue."
"Kalau buat di tiduri kan sekarang juga udah ada? tapi buat teman hidup ya itu tadi, apa seseorang akan mau hidup bareng tanpa satu ikatan dan komitmen?"
"Gue nggak tahu pokoknya gue pengen ada teman hidup bareng tapi gue nggak mau terikat secara resmi!"
"Ya nggak bisa, kecuali nikah kontrak, tapi aku nggak tahu dasar hukumnya seperti apa."
"Gue bingung juga Ben, harus bicara apa pada Annet." Richard seperti mengeluh.
"Apa Annet yang jadi pilihan Bos? nggak ada yang lain?"
"Iya, gue tertarik tapi gue nggak tahu dan gue rasa itu bukan cinta."
"Maunya Bos seperti apa?"
"Jujur Benny gue kesepian tinggal di tempat tinggal gue sekarang ini, gue ingin seseorang ada di dekat gue."
"Saran dariku, Bos pacaran serius, kalau sudah mantap menikahlah, setia dan menetap di satu hati Bis pasti akan tentram."
"Benny, semua itu belum ada di pikiranku."
"Mulailah!"
"Kenapa lo menyarankan itu pada gue tapi lo sendiri belum memulainya?"
"Karena aku belum merasa gelisah dan belum memerlukan orang di sampingku!"
Richard terdiam, mencoba mencerna makna ucapan Benny asistennya. Selalu ada jalan keluar dari setiap permasalahan yang sedang dihadapi, selalu menemukan cara yang terbaik dan bijaksana selama Richard berdiskusi dengan Benny.
Termasuk kenapa sampai saat ini Richard sebagai Presdir tidak memiliki sekretaris perempuan, hanya memiliki asisten seperti dirinya. Karena Benny bisa melakukan segalanya, juga pandangan Benny jauh ke depan, apa dampaknya sudah menduga, Benny sudah memperkirakan jika ada seorang sekretaris dan kontak setiap saat pasti akan ada afair atau skandal diantara mereka.
Itu semua akan mengacaukan pekerjaan dan bukan malah menyelesaikan pekerjaan.
*****
Baca juga Karya Enis Sudrajat lainnya :
❤️Meniti Pelangi
❤️Pesona Aryanti
❤️Biarkan Aku Memilih
❤️Masa Lalu Sang Presdir
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Erni Fitriana
aplouse buat beny👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾
2022-03-19
1
Juliano Prananda
truz ketemu Ameera nya kapan Thor??
2022-02-21
2
Dwisya12Aurizra
aku bangga sama pemikiran Beni thor...
2022-02-21
2