"Biasanya kita habiskan waktu satu sampai dua hari bersama?" Richard mengusap pipi Vanny.
"Sorry Rich, aku lagi sibuk banget, aku mengikuti keinginan orang tua dulu karena kalau tidak begitu Aku tidak mendapat fasilitas apa-apa, itulah komitmen orang tuaku kini mungkin untuk pendewasaan juga."
"Bagus lah semua orang juga tak akan begini terus terutama kamu suatu saat kamu akan total meninggalkan aku, tapi sebaliknya aku entah akan seperti apa masa depannya apa akan terus seperti ini atau seperti apa aku tidak tahu."
"Tapi aku selalu kangen kamu Rich." Vanny menatap Richard.
"Perasaan kangen itu hanya permainan rasa kita, seandainya kita ikutin. Tapi seandainya kita kendalikan semua itu biasa-biasa saja."
"Richard, sepertinya omongan mu mencerminkan kedewasaan." Vanny menjawab sambil membetulkan dandanannya.
"Mungkin juga." Richard menyeringai.
"Apa pandanganmu tentang aku?"
"Seperti apa kamu ya aku tidak bisa menjabarkannya, apa pertanyaan mu detil atau global? juga dilihat dari sudut pandang mana? di ranjang, di tempat kerja atau dilingkungan pergaulan kan banyak."
"Pandang dan nilai aku dari sudut kamu suka Rich"
"Jelas kalau jadi partner ranjang ku aku begitu suka dan aku beri nilai sangat tinggi. Juga aku memandang kamu orang yang bebas seperti aku, dan satu lagi kita sama-sama penikmat."
"Rich, setiap kita bertemu selalu ada kenikmatan yang kita ciptakan dan itu tak membuat kita bosan sampai kapan itu? apa kita suatu saat akan ada kata bosan?"
"Waktu yang akan menjawabnya Vanny."
"Makasih Richard, telah menjadi sahabatku luar dan dalam. Telah memberiku gairah dan kenikmatan mungkin ini juga dari pemikiran dewasaku, aku berfikir seperti ini Richard, apa yang dimaksud akal sehat? pemikiran benar dan salah, apa kita saling mengisi seperti ini salah tidak?"
"Apa yang kamu pikirkan itu aku tidak tahu jawabannya, aku hanya menikmatinya sesaat."
"Richard seandainya kita tua, nanti kita punya kehidupan masing-masing dan kita bertemu mungkin perasaan apa yang kita rasakan nanti itu."
"Aku tidak tahu Vanny, mungkin momen saat barusan yang kita ingat."
"Oke Rich, terima kasih atas jamuan nya dan aku pulang ya."
"Vanny, Aku tak mengira kita kan bertemu lagi malam ini terima kasih juga kamu telah menghangatkan ranjang ku."
"Heeee...bukankah setiap waktu kamu menginginkan akan ada satu nafas dan tubuh yang juga siap menghangatkan di sini?"
Ricard tertawa sarkas. Dan membuang pandangannya.
Vanny berpakaian kembali dan menata mukanya depan cermin, Richard memandang wanita yang barusan begitu panas melayaninya. Ada perasaan bersalah setelah melakukannya, tapi salah nya di mana? Richard tidak tahu yang nyata mereka saling memberi dan menikmati.
"Sampaikan salam buat kedua orangtuamu, semoga usahanya semakin maju dan lancar, dan kamu mulailah mengurangi berselancar di klab malam, bawa satu brondong atau seorang milioner yang pasti ke rumahmu."
"Haaaa...kamu bisa aja Rich, kamu nggak mau diajak ke rumah, kalau mau aku rantai biar nggak lepas"
"Aku masih orang bebas Vanny, tak mau ribet terikat aturan yang mengekang ku."
"Oke, aku ngerti."
"Aku antar ke depannya ya, bawa mobil nyetir sendiri?"
"Nggak, aku bawa sopir di suruh Nyokap."
"Buset, mungkin sudah lumutan tuh sopir nunggu kamu malah enak-enak menggerayangi ku."
"Haaaaaaaa...mau gimana lagi, kalau aku nggak bawa sopir aku nggak bisa bermain-main dengan big size bawah perutmu."
"Dasar kamu."
"Sumpah gue senang dan yang selalu kangen dari lo hanya ini." Vanny dengan nakal memegang kembali "pedang" Richard di luar celana boxer nya.
"Setiap saat aku akan membaginya dengan mu, datanglah saat kamu kangen!"
"Ok Rich, sampai jumpa ya."
Vanny mencium pipi Richard dan berlalu masuk ke mobil yang sudah standby di depan lobby Hotel.
Richard kembali ke kamarnya dengan langkah lunglai, Vanny memang luar biasa liar banget permainannya begitu menguras tenaga yang hanya tenaga sisa permainan semalam sampai sore bersamaan Annet.
Di hitung-hitung permainan sangat maksimal akhir minggu ini bagi Richard. Sangat luar biasa menguras tenaganya dari malam minggu sampai pagi Rich tidur bersamaan Annet dan sorenya juga menelpon Annet, malamnya kedatangan tamu istimewa partner nya dulu janda kembang Vanny mantan bule Australia yang tidak bisa lepas dari kehidupan Richard.
Richard duduk di sofa pikiran dan tenaganya begitu lelah. Mencoba merefresh dirinya memandang riak ombak kecil tertebak angin di kolam renang dengan penerangan lampu taman.
Badannya begitu lelah, menikmati kesenangan juga begitu lelah, tapi Richard tersenyum tak di sangka seorang Vanny hadir malam ini.
Membayangkan seorang Vanny yang tak kekurangan apa-apa selain kebutuhan biologisnya, gagal dalam rumahtangganya membawanya ke dunia malam Richard. Mereka saling membutuhkan dan menerima kepuasan, mengeksplor sesuatu yang sangat di sukai masing-masing sesuatu yang diinginkan dan disenanginya.
Richard berpikir kenapa sebelum pulang Vanny bertanya aneh seperti itu?
"Richard seandainya kita tua, nanti kita punya kehidupan masing-masing dan kita bertemu mungkin perasaan apa yang kita rasakan nanti itu."
Ada apa dengan Vanny? janda kembang menggairahkan itu? sepertinya pertanyaan yang sangat aneh.
Memang akhir-akhir ini banyak keanehan yang dirasa Richard. Yang dirinya rasakan seperti pertanyaan Vanny tadi, dirinya tidak bisa menjawab apa-apa dan memang itu hukum alam semua akan tua pada waktunya, tapi kenapa tadi Vanny bertanya seperti itu?
Richard memandang tubuh tegapnya di hadapan cermin, mengingat selama sehari semalam dirinya menghabiskan begitu banyak energi dalam permainannya. Malam kemarin di habiskan bersama Annet sorenya juga dan barusan masih segar dan terasa basah permainannya dengan Vanny, tak pernah Richard merasakan lelah seperti ini walaupun dulu dirinya lebih gila dalam permainannya.
Ada apa dengan tubuhku? apa gym yang aku lakukan kurang? Atau dirinya mulai harus mengurangi mengasah 'pedang' untuk tidak terlalu di porsir banget?
Duduk di ujung tempat tidur dalam kesendirian, Richard memandang tempat tidur yang berantakan hatinya hampa dan kosong, walau masih jelas di bayangannya tubuh mulus Vanny saat kejang menguncinya dengan pelukan dan pagutan kuat.
Gigitan kecil yang seperti menarik gairahnya memberi gejolak dan gelanyar nikmat hingga tubuh itu menggelinjang meminta penyelesaian.
Richard membuka kembali baju piyamanya, dadanya ada tanda merah tanda yang tak di sukanya, tapi entah kenapa Vanny begitu suka meninggalkan jejak itu.
Membaringkan tubuhnya kembali dan bermaksud istirahat dan tidur teringat janjinya yang di pesan pada Alvin tadinya ingin menghabiskan malam ini bersama Annet kembali. Karena ada partner lama yang istimewa semua terlupakan.
Richard terlelap tidur dalam kelelahan dengan, tanpa pakaian dan telanjang dada.
Seorang wanita masuk ke kamarnya tanpa suara, memandangnya dari kejauhan Richard menjadi silau memandangnya. Siapa itu? apa Mamanya Mama Amalia? Andrea adiknya? Janeeta? apa Vanny? apa sederet wanita yang pernah singgah di kamarnya? Richard tidak mengenalnya, siapa perempuan itu? satu-satunya kata yang terngiang dia mengucapkan salam.
Richard menjawabnya kaku dan terbata, sambil tak lepas memandang wanita itu.
*****
Baca juga PESONA ARYANTI by Enis Sudrajat, like, vote, fav, dan beri hadiah❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Jessica melody junior
Bener bener menjijikkan masa lalu nya .
2022-04-25
1
Erni Fitriana
bukan mainnnnn permainan mu rich
2022-03-18
1