Tengah hari Janeeta bangun, seperti biasa tak mengganggu sang flamboyan yang masih terlelap sehabis pesta semalaman dan menikmati tubuhnya, mengenakan kembali pakaiannya yang di temukan di atas bantal lalu turun ke kamar mandi membersihkan diri mandi dan berdandan di samping tempat tidur.
Pria flamboyan begitu melekat pada sosok Ricard, di Indonesia bahasa flamboyan memang sering kali digunakan untuk merujuk pada sederet pria yang bergaya dandy, unik, dan memikat lawan jenis dan lawan bicaranya. Bukan cuma perempuan yang dibikin klepek-klepek, pria-pria lainnya pun sangat mungkin menjadikannya idola.
Mengikuti segala yang dilakukan yang dipakainya akan menjadi trendsetter bagi yang mengidolakannya.
Ricard sepertinya tidak menyukai kata flamboyan tetapi teman-temannya selalu memanggilnya dengan kata itu, Rich senang kalau teman bahkan siapa saja termasuk teman bisnisnya memanggilnya dengan panggilan Rich, dari kependekan nama Richard yang berarti juga kaya.
Janeeta mengambil amplop coklat di atas meja kecil, membukanya sedikit lalu menutupnya kembali, memasukkannya ke dalam tasnya lalu meninggalkan satu ciuman sayang di pipi Richard sambil tersenyum, mungkin tanda terima kasih.
Dalam lelapnya seorang Richard tak pernah mengecewakan siapapun pasangannya yang telah memberikannya kesenangan dan kebahagiaan memenuhi kebutuhan hasrat laki-lakinya.
Selalu menyediakan segepok duit di amplop coklat di atas meja lampu tidurnya, itu sudah menjadi kebiasaannya dan sudah dimengerti oleh pasangannya kalau itu adalah hak atas siapa saja yang bisa masuk ke ruangan mewah dengan pelayanan maksimalnya.
Janeeta keluar kamar sepatunya sudah ada di balik pintu entah siapa yang mengantarnya, mungkin Benny atau Hanna asisten pribadi Richard yang selalu setia dan tetap setia kepada majikannya karena selain baik dan murah hati, Rich kalau lagi senang selalu memberi kejutan kepada mereka yang memang bikin anak buahnya benar-benar terkejut.
Tapi harap dimaklumi juga kebiasaan buruknya yang terkadang bikin dongkol siapa saja, yang terpenting harus bisa membeli hatinya, sekali marah ataupun sekali tidak senang kepada seseorang, dia akan selalu mengingatnya dan mengabaikannya tanpa meliriknya lagi.
Kesenangannya akan berganti-ganti pasangan dan perempuan selalu meminta persetujuan Benny dan Hanna. Entah kenapa sepertinya Benny dan Hanna sudah dianggap Richard adalah keluarga sendiri, bahkan mereka diberi hak spesial mengkritik dirinya jika dirinya terlalu berlebihan dalam suatu hal baik cara menindak seseorang atau memperlakukan seseorang.
Karena ini adalah hari minggu di mana Richard istirahat dari kesibukannya, dari rutinitasnya berkantor di Rich Hotel di kawasan Puncak, sekaligus tempat istirahatnya. Semua kegiatan off kecuali kesenangannya bermain dengan wanitanya.
Setiap minggunya harus ada satu wanita yang menemaninya, dan sudah berminggu-minggu ini sang Presdir meminta seorang Janeeta untuk tetap menemaninya.
Benny merasa heran akan perubahan pada diri bosnya, seorang Janeeta yang begitu istimewa di mata bosnya. Tampang bule atau blasteran sudah biasa keluar masuk kamar bosnya apalagi yang pribumi, tapi kenapa terhadap Janeeta ada pandangan lebih seorang Presdir.
Apa karena Janeeta pintar bernyanyi sehingga begitu menggodanya? atau menggairahkan saat mereka memadu kasih dan bermain? entahlah.
Benny juga Hanna mendapat libur kalau hari minggu, keistimewaan Richard yang diberikan kepada kedua asistennya, walau pada kenyataannya kalau ada keperluan mendadak mereka tetap saja diharuskan datang tanpa ada kata penolakan.
Kerjasama yang harmonis bertahun-tahun mereka lakukan, dari mulai sang Presdir menapaki usahanya di bidang perhotelan dan klab malam, Benny dan Hanna dengan setia mendampingi sang Presdir hingga sekarang posisinya berada di Puncak bisnisnya yang semakin berkembang pesat.
Bisnis perhotelan dan hiburan malam menenggelamkan Richard ke dalam limpahan materi yang tak terhitung jumlahnya, seperti jamur dan cendawan di musim hujan setiap hotelnya kini dilengkapi dengan fasilitas hiburan malam, dan itulah andalannya.
Manajement Rich Hotel begitu rapi memanage segala sesuatu sedetil detilnya, karena itu Richard begitu senang dan sayang banget pada team manajemen yang berada di bawah naungan Rich Hotel, juga termasuk asisten pribadinya Benny dan Hanna.
Sampai tengah hari baru Richard mulai menampakkan kesadarannya, kepalanya terasa agak pusing dan badannya terasa pegal-pegal, bangun dengan malas menyibakkan selimut yang menutupinya.
Duduk di pinggir tempat tidur mengingat apa yang semalam di lakukannya dengan Janeeta, walau dirinya dalam keadaan mabuk, juga lawan perempuannya sama mabuk, tetap saja merasakan kenikmatan yang berbeda, dari wanita-wanita yang pernah singgah dan masuk memanaskan ranjang kamar mewahnya.
Richard memandang tubuhnya dalam posisi duduk tanpa pakaian, hanya mengenakan bawahan underwear, dada berbulu dan kekar, perut sixpack dengan kotak-kotak yang begitu kentara, dan kejantanannya yang begitu di banggakannya dengan ukuran diatas rata-rata.
Bulu-bulu halus di sekitar pahanya selalu membuat lawan mainnya begitu senang mengelusnya.
Ricard tersenyum dengan segala keistimewaan dirinya, sanggup membuat setiap lawan mainnya ketagihan lagi dan lagi.
D***han setiap perempuan yang di bawa Richard ke kamar mewahnya menjadi candu di telinga Richard, dan diantara sekian banyak orang yang mengisi malam-malam nya hanya Janeeta yang berbeda.
Richard mencoba membuang nama Janeeta dan menyamakan seorang Janeeta dengan perempuan lainnya, tapi tetap berbeda.
Mengingat ini hari minggu Rich agak bingung juga mau ngapain dan akan kemana, kedua asistennya mungkin lagi ngorok tidur atau sedang pada pacaran, atau juga lagi jalan-jalan, mungkin saja lagi bersama keluarga mereka masing-masing.
Richard meraih ponselnya mencari satu nomor dan menghubunginya.
"Ya Bos, aku lagi di rumah ada apa?" sahutan suara Benny di ujung sambungan telephon.
"Berarti kebetulan, tolong panggil kembali Annet ke tempatku, kalau bisa jemput dan pastikan dia sampai di sini secepatnya."
"Ba-baik, Bos."
Benny menarik nafas panjang sambil memakai topinya. Dalam hatinya menggerutu
perintah tiba-tiba dan tak bisa ditolak, semua harus dilaksanakan tanpa kata alasan.
Kalau masih mau di pakai kenapa tak di tahan aja? nggak bisa lihat orang menikmati hari liburnya! Kira kira begitulah dalam hati Benny.
Tapi tak urung semua di laksanakan nya. Menghubungi Janeeta tapi ponselnya tidak di angkat, aktif dengan nada panggil berdering.
Seorang wanita mengangkat ponselnya mungkin Ibunya.
"Ya halo, dengan siapa ini?"
"Ya, ini Tante, apa Annet? saya Benny temannya."
"Saya Ibunya, jangan panggil Tante, ada apa? anakku lagi tidur habis manggung panggilan nyanyi semalam."
"Oh, bisa di bangunkan saya mau bicara."
"Kamu ini siapa? keperluannya apa?"
"Oh, eh ini juga menyangkut soal pekerjaan nyanyi Annet Tante eh Bu."
"Kalau soal pekerjaan, akan coba Ibu bangunkan tapi untuk hal lain Ibu nggak mau ganggu biar dia istirahat."
"Ini benar soal pekerjaan nyanyi dia Bu, tolong bangunkan, saya mau jemput dia sekarang biarin nggak mandi juga yang penting Annet bisa datang sore ini, ada job khusus buat dia."
Dengan berbohong Benny bisa berdalih depan Ibunya Annet karena Benny juga tahu tidak ada seorang Ibu yang menginginkan dan mengizinkan anaknya untuk menjadi seorang wanita penghibur.
*****
Selamat datang di karya baru Enis Sudrajat, happy reading 🙏❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
𝓓𝓮𝓪
salam my husband is naster devil
2022-06-03
2
EuRo
👍👍👍
2022-04-04
1
🌸Santi Suki🌸
kata Flamboyan itu sangat familier di era 90-an 😁😁😁
2022-04-04
1