Hari ini hari Minggu, hari yang di nanti-nanti kan hampir semua orang termasuk Anna.
Sebelumnya hari Minggu ini Anna berencana akan ke Bandung untuk mengunjungi orangtua nya juga ingin berziarah ke makam Wira. Namun rencana Anna harus di rubah mengingat ada Alister sang suami di rumah yang masih dalam pemulihan. Tidak baik rasanya Anna ke luar mengunjungi orangtua serta makam Wira padahal ada Alister di rumah.
Seperti sebelumnya, jika akan melaksakan Salat subuh Anna akan mengetuk pintu Alister berharap Alister bangun dan melaksanakan Salat bersama. Tapi itu hanya angan semata karena setiap Anna mengetuk pintu Alister tidak pernah menjawab bahkan pintu kamarnya selalu terkunci.
Karena tidak ada jawaban Anna memutuskan untuk salat sendiri di kamar, besok ia akan mencoba lagi.
Selesai Salat Anna turun ke bawah berniat membuat sarapan, sambil bersholawat Anna memotong-motong sosis dan baso. Pagi ini Anna memasak nasi goreng karena melihat nasi di mejikom sisa kemarin masih banyak. Akan sangat sayang jika nasi itu di buang.
Begitu lah hidup Anna yang sederhana berbeda dengan Alister yang tentu akan membuang itu dari pada capek-capek di olah.
Sedang asyik meracik bumbu Anna di kagetkan dengan hadirnya Alister di dapur menggunakan celana kolor pendek dengan kaos polos hitam.
"Astagfirullah mas, bikin kaget aja” ujar Anna sambil memegang dadanya dengan satu tangan karena satu tangganya lagi memegang sutil.
“Kalau masak jangan pake ngelamun nanti gosong baru tahu rasa” ujar Alister berlalu mengambil air putih di dalam kulkas.
“Kalau baru bangun minumnya air putih biasa mas jangan yang es” ujar Anna mengingatkan.
“Aku udah biasa minum air es di pagi hari”
Saat Anna akan membuka mulut untuk menjawab Alister kembali menyela “sudah aku mau olahraga pagi dulu”
Setelah mengatakan itu Alister berlalu begitu saja ke halaman belakang mengabaikan Anna yang kesal karena ucapannya di potong.
🌻
Di halaman belakang Alister sedang melakukan pemanasan dengan meregangkan tubuh lalu menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, mengangkat satu kaki dengan mengunakan tangan untuk menahan secara bergantian.
Setelah merasa cukup Alister mulai berlari kecil sambil menghirup udara segar di pagi hari.
Walaupun rumah Alister ada di Jakarta yang terkenal dengan polusi udara nya tapi rumah Alister cukup asri dengan memiliki udara bersih dan segar karena banyak pepohonan dan bunga-bunga yang bertugas membersihkan udara.
Cukup lama Alister joging hingga sengatan matahari mulai terasa. Alister menghentikan jogingnya dan berjalan masuk ke rumah berniat mengambil air minum tapi langkahnya terhenti ketika Anna sudah berdiri di hadapannya dengan botol air minum di tangannya.
“Ini mas minumnya” Anna menyerahkan botol minum kepada Alister yang masih mematung karena merasa tidak percaya dengan yang di lihat nya sekarang.
“Mas” panggil Anna menyadarkan Alister dari lamunan nya.
Alister menerima botol minum yang di berikan Anna “terimakasih” ucap Alister lalu mulai meminumnya.
Untuk sesaat Anna terpesona melihat Alister yang sedang minum dengan jakun naik turun dan tetesan keringat di dahinya menambah ketampanan Alister di pagi hari.
Perlahan Anna mengulurkan tangan yang memegang handuk kecil ke arah pelipis Alister lalu mengusap keringat yang membasahi wajah Alister, tangannya turun mengusap leher Alister yang juga berkeringat.
Alister tertegun mendapatkan perhatian yang menurutnya intim. Padahal tidak intim sama sekali. Alister mulai merasakan dadanya berdebar membuat ia panik karena mengira penyakitnya kambuh.
“Na dada ku berdebar, aku ingin minum obat sekarang Anna” ujar Alister dengan raut wajah yang cemas.
“Benarkah mas?” tanya Anna yang ikut panik hingga memegang dada Alister untuk memastikan.
Alister merasakan jantungnya berdetak lebih cepat lagi ketika Anna memegang dadanya, hal itu membuat Alister menghempaskan tangan Anna dari dada nya.
Melihat Alister yang pucat membuat Anna panik, dengan cepat ia berlari meraih ponsel yang ada di atas nakas kamarnya lalu menghubungi Bima mengatakan jika Alister kumat.
Bima dan Dika yang kebetulan sedang dalam perjalanan ke rumah Alister untuk mengecek kondisi Alister dengan cepat menginjak pedal gas dalam-dalam.
Anna kembali ke halaman belakang dimana Alister masih berdiri memegang dadanya dengan tatapan kosong. Anna membantu Alister duduk di bangku taman yang ada di halaman belakang.
"Istighfar mas... istighfar” ujar Anna sambil terus mengusap-usap punggung Alister naik turun dengan lembut.
Tidak lama Bima dan Dika datang dengan nafas yang ngos-ngosan.
“Kamu kenapa lagi Li?” tanya Bima menghampiri lalu mengecek Alister yang masih memegang dadanya.
“Sebaiknya kita ke dalam” ajak Dika yang langsung di setujui Anna dan Bima sedangkan Alister masih mematung. Terpaksa Bima dan Dika mendorong Alister masuk ke dalam.
Sampai di kamar Alister Bima dan Dika meminta Anna untuk menunggu di luar. Anna yang tidak mau terjadi apa-apa pada Alister memilih menurut saja. Tidak ada gunanya juga ia di dalam. Itu pikir Anna.
Di luar Anna mondar-mandir merasa tidak tenang menunggu Bima dan Dika, mulutnya terus merapalkan do'a untuk kesembuhan Alister.
Berbeda dengan Anna yang panik di dalam kamar Bima dan Dika malah tertawa terbahak-bahak setelah mendengar cerita dari Alister. Sedangkan Alister menatap tajam kedua sahabat nya merasa tidak terima di tertawa kan.
“Kau itu bodoh atau bagaimana? Kamu tidak bisa membedakan debaran sakit dengan debaran jatuh cinta” ujar Dika setelah menghentikan tawanya.
“Aku hanya panik” dalih Alister.
“Tidak usah mengelak, aku bisa tahu hanya dengan mendengar cerita mu” timpal Bima menepuk-nepuk pundak Alister. Yang di tepuk diam saja.
“Aku senang kamu bisa jatuh cinta lagi” Dika ikut menepuk-nepuk pundak Alister.
“Aku sarankan, kali ini jangan terlalu banyak berpikir. Jika kau cinta katakan saja”
“Itu benar, jangan sampai kau menyesal di kemudian hari ketika Anna di embat orang lain”
“Anna sudah menjadi milik ku, tidak akan ada yang bisa merebut Anna dari ku” ujar Alister percaya diri.
“Kau percaya diri sekali, lalu bagaimana dengan hati nya? Apa itu juga milik mu”
Alister diam tidak menjawab, ia tidak yakin dengan perasaan Anna. Yang ia tahu Anna masih mencintai mendiang suaminya, terlihat dari Anna yang masih menyimpan foto pernikahannya dengan Wira. Sedangkan foto pernikahan dengan dirinya saja Alister tidak yakin Anna memilikinya.
“Sudah jangan terlalu di pikirkan. Aku tidak mau hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mu” ujar Bima yang tahu apa yang sedang di pikirkan Alister.
“Kau benar Bim. Aku sarankan jalani saja dulu, bersikap baiklah pada Anna”
Alister mengangguk menanggapi saran dari 2 sahabat nya.
“Kalau begitu temui lah Anna, dia pasti sedang merasa khawatir di luar”
🌻
Alister membukakan pintu kamarnya dan terlihat Anna sedang bolak-balik dengan raut wajah cemas.
Melihat Alister keluar dari kamar Anna segera menghampiri Alister lalu memegang kedua tangan Alister dengan wajah mendongak melihat wajah Alister. Matanya berkaca-kaca, ia takut hal buruk seperti sebelumnya terjadi lagi.
Namun air wajah Anna berubah saat melihat laki-laki di hadapannya terlihat baik-baik saja. Anna melemparkan senyum merasa lega lalu memeluk Alister dengan air mata yang menetes mengenai kaos Alister.
Tangan Alister terangkat membalas pelukan Anna dengan badan yang sedikit membungkuk untuk mengimbangi tinggi Anna yang jauh di bawahnya.
🌻
Terimakasih sudah mampir di ceritaku, jangan lupa tinggalkan jejak komentar, like dan lovenya ya.
Jika berkenan vote dan kasih hadiah juga buat Anna dan Ali yang sudah mulai merasakan percikan cinta.
Mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dalam penulisan atau pemilihan kata yang kurang nyaman di baca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments