Anna berlari ke arah kamar mandi, beberapa saat kemudian ia kembali dengan wadah kecil berisi air dan handuk kecil.
“Ah panas” ujar Alister membuka baju dan melemparnya asal.
Dengan gugup Anna duduk di samping Alister yang terbaring dengan bertelanjang dada.
Perlahan Anna mengompres Alister mulai dari dahi leher lalu dengan ragu mengompres ketiak Alister.
“Maaf mas aku udah lancang” ujar Anna saat mengangkat tangan Alister.
“Hemmm Anna..ini.. panas” guman Alister lagi.
“Iya mas, nanti juga turun panas nya”
“A..an..na” guman Alister sebelum mulutnya mengeluarkan busa membuat Anna kaget sekaligus gemetar karena bingung harus melakukan apa.
“Mas..mas sadar mas” ujar Anna menepuk-nepuk pipi Alister agar Alister membuka mata.
“An..nna” gumam Alister lagi sambil membuka mata lemah.
“Kita ke rumah sakit ya mas” ujar Anna langsung kembali memakaikan Alister baju.
Untuk pertama kalinya Anna masuk ke kamar Alister untuk mengambil jaket juga kunci mobil.
Dengan kesusahan Anna membantu Alister berjalan dan mendudukkan Alister di samping kursi pengemudi.
“Mas tahan ya” ujar Anna yang sudah mengeluarkan banyak air mata.
“Na..Nana”
Deg....
Bagai waktu yang berhenti untuk sesaat Anna mengingat Almarhum Wira, suami yang Anna cintai.
“Na.. jangan bawa aku rumah sakit umum. Panggilkan Dika dan Bima” ujar Alister menyadarkan Anna.
Tangan Alister terulur menyerahkan ponselnya. Dengan ragu Anna j kontak dengan nama Dika dan Bima memberitahu jika Alister sedang sakit dan bertanya harus membawa Alister kemana.
Setelah sambungan telepon terputus Anna menginjak pedal gas mobil dalam-dalam melajukan mobil dengan kecepatan penuh, dalam hati terus merapalkan doa keselamatan.
Dengan berbekal google maps Anna sampai di depan klinik Bima.
Di sana sudah ada Dika dana Bima yang menunggu di luar. Saat melihat mobil Alister terparkir sembarangan Bima dan Dika langsung menghampiri mengangkat tubuh tinggi Alister membawanya ke dalam klinik.
Tidak lupa Dika mengunci pintu agar tidak ada yang tahu jika Alister sedang berada di sana.
Bima membaringkan Alister meminta Anna untuk duduk di samping Alster. Anna menurut saja, ia merasa khawatir dengan kondisi Alister sekarang. Apalagi saat Alister kembali mengeluarkan busa dari mulut nya membuat khawatiran Anna semakin menjadi.
Dengan tanpa rasa jijik Anna mengelap busa di bibir Alister dengan kerudungnya. Satu tangan Anna terus menggengam tangan Alister dan satu tangannya lagi mengusap-usap rambut basah Alister dengan mulut yang terus membisikan do'a-do'a tepat di telinga Alister. Sesekali Anna mencium pelipis Alister.
Hal itu tidak luput dari perhatian Bima yang sedang membantu Dika yang sedang memberi penanganan kepada Alister di sebelah kiri Alister.
🌻
Setelah 1 jam lebih Alister engalami kritis kini Dika dan Bima merasa lega. Sekarang tinggal menunggu Alister sadar.
“Sebenarnya apa yang terjadi dengan mas Ali dok?” tanya Anna saat kedua sahabat Alister itu membereskan peralatan medis.
Bukankah wajar jika seorang istri ingin mengetahui keadaan suaminya?
Dika dan Bima saling pandang lalu mengangguk. Bagaimana pun Anna istri Alister dia harus tahu apa yang terjadi dengan Alister.
Bima dan Dika mengajak Anna keluar meninggalkan dari ruangan perawatan. Anna menurut saja.
Sampai di luar Bima dan Dika menceritakan apa yang terjadi dengan Alister mulai dari gangguan kecemasan itu bermula lalu menceritakan keadaan Alister sekarang.
“Ja-jadi mas Ali impoten?” tanya Anna begitu saja. Merasa keceplosan dan tidak sopan Anna menunduk sambil memukul bibirnya mengundang gelak tawa dari Dika dan Bima.
“Bukan na, dia hanya mengalami disfungsi ereksi. Itu hanya sementara asal Alister bisa menjaga pola hidup sehat” terang Dika.
“Dan satu lagi, dia memerlukan perhatian dari kamu sebagai seorang istri agar Alister dapat segera sembuh dari gangguan kecemasan nya” Bima menambahkan.
Tentu akar dari permasalahan yang Alister alami karena dia patah hati sehingga yang harus di obati terlebih dahulu itu hatinya.
Anna mengangguk mengerti. Lalu meminta izin untuk masuk ke dalam kamar perawatan.
Kini Anna tahu mengapa Alister tidak ingin di bawa ke rumah sakit. Alister seorang publik figur, tentu jika data medis nya bocor akan mempengaruhi karirnya.
'Di balik wajah tampan dan sikap arogan yang kamu tunjukan terdapat luka yang kamu sembunyikan. Aku tidak tau apakah aku bisa menyembuhkan luka mu mas, sedangkan aku saja masih dalam penyembuhan luka' ujar Anna dalam hati sambil memandang wajah Alister yang terlelap begitu damai.
🌻
Alister mengerjap-ngerjapkan matanya sebelum akhirnya membuka mata. Matanya memindai kesetiap sudut seperti mencari seseorang, matanya meredup ketika orang yang di cari tidak ada.
Hatinya merasa kecut ketika harapan tidak sesuai kenyataan.
Namun semua itu menguap begitu saja saat rungu nya mendengar suara tawa di balik pintu. Dengan perasaan penuh harap Alister terus memandang pintu yang tertutup itu.
Ingin menyusul tapi tidak bisa, tubuhnya masih lemah untuk duduk sendiri pun Alister tidak bisa.
Harapan itu menjadi nyata ketika pintu terbuka memperlihatkan Anna berjalan ke arah nya. Senyum Anna mengembang saat melihat Alister sudah membuka mata.
“Mas sudah bangun? Alhamdulillah ya Allah” ujar Anna reflek memeluk Alister.
Tangan Alister terangkat membalas pelukan Anna, mengusap-usap punggung Anna naik turun dengan lembut saat merasakan bahu nya basah. Anna menangis.
Tidak mungkin kan itu iler?
Anna melepaskan pelukannya lalu tersenyum sambil menyeka air matanya. “Aku panggilkan dulu dokter” ujar Anna lalu melangkah keluar.
Bima, Dika dan Hetal masuk ke dalam ruangan tempat Alister di rawat.
“Anna lagi keluar beli bubur” ujar Hetal yang tahu Alister mencari Anna.
Alister tersenyum masam.
“Aku periksa dulu” ujar Dika mulai memeriksa kondisi Alister.
“Kondisi kamu udah stabil, tinggal menunggu pemulihan saja” ujar Dika lagi setelah memeriksa Alister.
“Thank bro” ucap Alister lemah.
“Bilang makasih nya sama Anna nanti, dia yang jagain kamu dari semalam”
“Kerjaan gimana?” tanya Alister pada Hetal.
“Kamu tenang aja, aku udah kasih kabar sama tim produksi kalau kamu sakit karena kelelahan”
Alister mengangguk.
“Mulai sekarang obat di pegang Anna, kalau kamu lagi syuting Anna akan memberikan kepada Hetal. Aku gak mau kejadian kaya gini terulang lagi” terang Bima membuat Alister kaget.
“Ja-jadi Anna udah tahu keadaan aku?”
“Tentu saja”
“Kenapa di kasih tahu” Alister tidak terima.
“Dia yang nanya, lagi pula dia istri kamu. Anna berhak tahu atas itu” jawab Dika.
“Aku malu” ujar Alister yang mengungkapkan kegelisahannya.
“Gak usah malu, tadinya dia malah ngira kamu impoten” ujar Bima sambil menggoda.
“Ah sial”
“Kamu bisa membuktikannya kalau kamu udah sembuh nanti” ujar Dika ikut menggoda.
“Kalian ngomong apa sih, udah sana pergi”
Saat mengatakan itu kebetulan Anna masuk membawa keresek putih di tangannya.
Semua orang langsung diam.
Anna masuk menghampiri mereka lalu menyerahkan satu kresek kepada Hetal karena ada berdiri di dekatnya ”Mas ini untuk kalian sarapan”
“Waaah Anna kamu ngerti aja kalau kita lapar” ujar Bima lalu meraih keresek itu.
“Kita makan di luar ya” ujar Dika mengajak Bima dan Dika keluar.
Tinggallah Anna dan Alister yang menunduk malu. Setelah tahu kalau Anna mengetahui kondisinya nyalinya menciut seperti miliknya yang mengerut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ernawati
seperti miliknya yang mengkerut 🤣🤣
2022-02-18
1