Saat Anna sampai rumah ternyata Alister sudah menunggu di depan pintu bersandar ke sisi kusen dengan tangan di lipat di depan dada.
Anna meraih tangan kanan Alister dan mencium punggung tangan Alister membuat Alister terkesima untuk beberapa saat ia lupa dengan niat awal.
Anna berjalan melewati Alister yang masih berdiri di depan pintu, satu persatu anak tangga Anna lewati hingga sampai di depan pintu kamar Anna. Anna membuka pintu kamar yang tidak di kunci itu, perlahan saat Anna menutup pintu ada sebuah kaki yang menahan pintu agar tidak tertutup.
Tanpa curiga Anna membukakan pintu lalu bertanya “ada apa mas?”
Alister tersenyum menyeringai lalu masuk ke kamar Anna lalu mengunci pintu dan menyimpan kunci nya di saku celana.
Melihat tingkah Alister perasaan Anna mulai tidak enak, dadanya berdebar.
“Ma-mau apa mas? Kok p-pintu nya di kunci” Anna bersikap senormal mungkin.
Tanpa aba-aba Alister memegang kedua pipi Anna lalu mendaratkan sebuah ciuman yang begitu rakus membuat Anna kewalahan.
Anna memukul-mukul dada Alister meminta di lepaskan tapi Alister mengabaikan itu seolah tidak perduli dengan air mata yang kini sudah membasahi pipi nya.
Merasa tidak punya pilihan Anna menyikut milik Alister di bawah sana dengan lututnya.
“Aaaww” pekik Alister memegang pusakanya.
Tidak mau membuang-buang waktu saat Alister mengaduh kesakitan Anna berlari ke arah pintu balkon. Dengan cepat Anna mengunci pintu dari luar.
Anna duduk di kursi mengabaikan Alister yang menggedor-gedor pintu minta di buka kan.
“Anna buka! Anna... Annasya Gauri Alindra.. cepat buka pintunya kalau tidak aku akan dobrak” ancam Alister tapi tidak membuat Anna takut.
Ia hanya merasa kecewa dengan Alister, seharusnya jika ingin Alister bisa meminta baik-baik. Walaupun masih belum rela tapi Anna akan mencoba.
Berbeda dengan Wira yang selalu meminta dengan baik-baik dan melakukannya dengan lembut.
Mengingat itu membuat dada Anna sesak ‘mas Anna kangen, apa Anna berdosa merindukan mu mas, sedangkan Anna sudah menjadi istri orang lain. Seharusnya Anna tidak mengirimkan pesan waktu itu, Anna menyesal mas' ucap Anna dalam hati.
Merasa usahanya sia-sia Alister memilih pergi ke kamarnya.
“Kenapa menangis?” tanya Alister tiba-tiba sudah ada di hadapan Anna.
Tentu Anna kaget bukan main, bukan kah ia sudah mengunci pintu? Anna menoleh ke arah pintu yang masih tertutup rapat.
“Sekuat apapun kamu kabur, aku akan bisa menangkap mu” ucap Alister menyeringai.
“Ma-mas.. jangan ku...mohon” ujar Anna mengiba saat Alister berjalan mendekati nya.
“Jangan apa hah? Aku suami mu. Aku berhak atas dirimu”
“Ka-kamu..boleh mas...i-ini memang untuk mu. Ta-t-tapi ku mohon bersikap lembut lah” ujar Anna dengan suara bergetar ucapannya terputus-putus karena Anna sudah sesegukan.
Mendengar ucapan Anna membuat Alister sadar dengan sikapnya. Sebejat-bejatnya seorang Alister, ia tidak pernah memperlakukan perempuan dengan kasar. Tapi kenapa dengan Anna?
Dengan perlahan Alister berjongkok menyamakan tinggi dengan Anna yang sedang duduk di kursi. Tangannya terulur memegang kedua tangan Anna lalu satu tangannya lagi mengusap air mata yang meleleh di pipi Anna.
Matanya menatap mata Anna yang sedang menunduk. Entah mengapa Alister merasa sakit saat melihat Anna seperti itu. Apa karena Alister merasa bersalah? Atau karena yang lain. Alister tidak mau menyimpulkan mengingat pernikahan nya baru 2 hari. Tapi bukankah ia merasa jatuh cinta pada Biru hanya dengan sekali bertemu?
Setelah melakukan itu Alister berdiri “masuklah angin malam tidak baik untuk kesehata” ujar Alister lalu pergi meloncat ke balkon kamarnya.
Kini Anna tahu dari mana Alister bisa sampai ke balkon kamar nya. 'Bodoh! Kamu Anna'
🌻
Keesokan paginya seperti biasa Anna akan memasak menyiapkan sarapan untuk sang suami. Anna tidak tahu Alister memakannya atau tidak, suka atau tidak Anna tidak mempersalahkan itu. Anna hanya melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.
Selesai memasak Anna kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap ke kantor. Setelah siap dengan setelan kerjanya Anna keluar kamar lalu melihat ke arah pintu kamar Alister yang tertutup tanpa berniat mengetuknya.
Di meja makan Anna makan sendiri, tidak ada teman tidak ada canda dan tawa seperti saat dulu bersama Wira.
“Astagfirullahaladzim” lagi-lagi Anna beristighfar karena membandingkan dengan Wira. Salah kah?
Setelah menghabiskan sarapannya Anna langsung pergi tanpa berpamitan dulu kepada Alister. Terlalu canggung untuk mengetuk pintu kamar Alister yang selalu tertutup itu, apalagi mengingat kejadian semalam.
Dengan menggunakan jasa ojek online Anna berangkat ke kantor.
Dari atas kamar Alister dapat melihat Anna pergi bekerja dengan memakai jilbab kuning dan gamis polos dengan di padukan outer berwana senada.
Setelah memastikan Anna pergi Alister turun ke bawah sudah dengan setelan rapih.
Ya, sedari tadi Alister sudah siap tapi memilih menunggu Anna berangkat. Terlalu malu bertemu dengan Anna.
“Den baru aja non Anna berangkat” ujar bi Inah memberi tahu.
Alister hanya mengangguk lalu duduk di meja makan. Alister mengambil sarapan dan mulai memakan nya sampai tandas.
Selesai sarapan Alister harus ke kantor untuk membicarakan proyek selanjutnya. Alister memang sudah mendapatkan beberapa tawaran main film, sinetron dan iklan. Sebagai aktor yang multitalenta tentu membuat banyak rumah produksi yang ingin menggaet Alister dalam proyeknya, karena sudah bisa di pastikan hasilnya akan laku keras di pasaran.
Meski begitu Alister hanya akan mengambil satu atau dua proyek dalam kurun waktu bersamaan. Ia tidak mau terlalu tohtohan dalam bekerja. Satu hari syuting saja sudah menghabiskan banyak energi karena harus beberapa kali take off jika ia atau lawan mainnya melakukan kesalahan, belum lagi jika berakting di film action yang harus mengeluarkan energi ekstra. Apalagi Alister tidak menyukai jika dalam beberapa adegan memakai stunt man.
Jika dalam berakting memang Alister begitu totalitas hingga pernah beberapa kali mengalami cidera. Bukan Mahavir Alister Bagaskara namanya kalau merasa kapok.
Alister mengendarai mobilnya sendiri dengan kecepatan sedang, ia juga sudah memberi kabar pada Hetal untuk langsung ke kantor saja.
🌻
Sampai di lobi tanpa sengaja Alister melihat Anna yang sedang berjalan dengan Keenan. Lagi-lagi Alister begitu kesal dan tidak suka melihat itu, ingin rasanya ia menarik Anna namun itu tidak mungkin, ini tempat umum.
Akhirnya Alister memilih mengabaikan Anna dengan berjalan mendahului, tidak lupa Alister berdehem saat melewati Anna dan Keenan.
Anna menoleh mendengar suara yang tidak asing di telinga nya, begitu terkejut nya Anna saat melihat Alister yang berjalan melewati nya, Anna hanya bisa melihat punggung lebar Alister yang semakin menjauh.
Entah harus di sebut nasib baik atau buruk ketika mereka harus satu lift karena lift yang di tumpangi Alister malah macet sehingga harus berpindah ke lift yang terdapat Anna di dalamnya.
Merasa tidak rela saat Anna berdesakan dengan laki-laki lain membuat Alister kembali mengukung Anna, melindungi Anna dengan tubuhnya.
Alister menunduk melihat Anna yang ada di bawah nya. Kali ini berbeda dengan saat di angkutan umum waktu itu, Alister tidak menahannya lagi saat tergoda dengan pipi mulus Anna.
Perlahan Alister mengecup pipi Anna membuat Anna mendongak melihat wajah Alister dengan mata yang melotot.
Sedangkan Alister tersenyum manis lalu berbisik tepat di telinga Anna “sesuai keinginan mu, aku melakukannya dengan lembut"
Setelah mengatakan itu Alister keluar karena kebetulan lift sudah sampai di lantai tujuannya.
Sedangkan Anna hanya bisa mematung hingga tidak terasa melewati lantai 5 dimana ruangan ia berada. Anna sadar ketika ia sudah ada di lantai paling atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments