Alister berjalan ke arah jendela besar yang ada di kamarnya, memperhatikan Anna yang ada di depan gerbang rumah sedang bersama seorang tukang ojek.
Setelah Anna sudah tidak terlihat Alister merebahkan tubuhnya di sofa. Tangannya mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Ponsel dengan baterai yang hampir habis itu Alister mainkan, membuka aplikasi WhatsApp dan membaca beberapa pesan masuk.
Dari semua pesan masuk itu tidak ada pesen dari orang yang ia tunggu-tunggu.
'Anna kamu bisa bertukar kabar dengan Keenan tapi kenapa tidak dengan ku? Bukankah aku sudah memberikan nomor ku pada mu' ujar Alister dalam hati.
Ya, saat itu Alister memberikan kartu nama beserta kartu ATM lengkap dengan nomor PIN nya.
Merasa kesal Alister melemparkan ponselnya asal lalu mengacak-acak rambut merasa frustrasi.
Jika begini ia ingin meminum obat dengan jumlah yang banyak.
🌻
“Obat ku mana?” tanya Alister sambil menengadahkan tangan meminta Hetal menyerahkan obatnya.
“Ini belum waktunya” jawab Hetal menyembunyikan obat ke dalam saku jaketnya.
“Aku ingin minum obat itu sekarang Tal, ayolah aku pusing”
“Tidak akan. Kamu ingat terakhir minum obat tanpa anjuran malah berakhir overdosis”
“Aah” ujar Alister kesal lalu menendang barang yang ada di sekitar.
Hetal geleng-geleng melihat tingkah Alister. Saat Alister kembali ke kamar nya Hetal menghubungi Bima mengatakan apa yang barusan terjadi.
Memang Bima meminta Hetal atau Anna untuk memberitahukan padanya jika Alister melakukan hal yang tidak wajar. Bima merasa kesehatan psikis Alister semakin parah.
🌻
Sampai di kantor Anna sudah di suguhkan dengan banyak nya berkas yang menumpuk di meja.
'Alamat lembur lagi'
“Maaf mba aku telat nya ke bangetan” ujar Anna berkata pelan ke pada Gisel yang ada di sebelahnya.
Memang meja Anna dan Gisel bersebelahan.
“Gak apa-apa santai aja”
Anna mengangguk lalu fokus ke kerjaan hingga tidak terasa waktu makan siang sudah tiba.
Anna memilih Salat Dzuhur di ruangannya karena kebetulan ada mukena di sana, setelah salat Anna tidak ke kantin. Ia memilih makan roti saja sambil meng-input.
“Sesuai perkiraan saya kamu ada di sini” ujar Keenan yang tiba-tiba masuk ke ruangan Anna lalu menarik salah satu kursi yang langsung ia duduki di samping Anna.
Anna tidak menjawab, ia sudah tahu siapa yang datang. Fokus nya masih pada kerjaan.
“Kerja nya bisa di tunda dulu, ayo makan” ujar Keenan menaruh kotak makan siang di hadapan Anna.
Anna menoleh sebentar lalu kembali fokus ke layar monitor. Ia ingin segera menyelesaikan pekerjaan agar tidak lembur dan bisa pulang tepat waktu untuk menemani Alister.
“Ayo di makan” ujar Keenan menyodorkan satu sendok penuh makanan ke depan mulut Anna karena Anna tidak meresponnya dari tadi.
“Aku sudah kenyang pak” ujar Anna mendorong tangan Keenan.
“Keyang makan apa? Saya lihat kamu belum makan”
“Aku udah makan roti pak”
“Roti gak bikin kenyang, ayo di makan” ujar Keenan tidak menyerah.
Anna menghela nafas merasa kesal dengan tingkah Keenan yang pemaksa. Dengan terpaksa Anna memakan makanan yang di bawa Keenan.
“Aku bisa sendiri pak” ujar Anna yang langsung mengambil alih sendok di tangan Keenan.
Keenan tersenyum merasa usahanya tidak sia-sia.
Anna makan dengan cepat hingga Anna malah keselek.
“Makannya pelan-pelan. Saya gak akan minta kok” ujar Keenan memberikan air minum.
“Terimakasih”
🌻
Di rumah Alister juga sedang makan siang bersiap untuk meminum obat, sudah sedari tadi ia menahan ingin minum obat.
Baginya obat begitu candu, karena bisa menghilangkan rasa gelisah dan cemas yang di rasakan Alister. Maka dari itu ia selalu minum obat banyak karena dapat menghilangkan rasa gelisah dan cemas tanpa memikirkan efek samping dari itu.
🌻
Saat Anna sampai rumah terdengar suara keributan di dalam sana, merasa penasaran dan tidak enak hati Anna berlari masuk ke dalam rumah ingin melihat apa yang terjadi.
Anna begitu kaget saat melihat Alister yang mengamuk meminta obat kepada Hetal.
“Ayo berikan obat itu, aku merasa sakit” ujar Alister berusaha mengambil obat yang ada di tangan Hetal.
Tadi saat Hetal di kamar mandi diam-diam Alister mengambil obat yang ada di saku jaket Hetal namun aksi itu di ketahui Hetal sehingga Hetal kembali merebut nya.
“Mas” ujar Anna berlari menghampiri Alister lalu memeluk Alister erat.
Di saat yang bersamaan Bima datang membawa suntikan penenang untuk Alister, namun Bima urungkan saat melihat Alister berhenti mengamuk di pelukan Anna.
Anna mengusap-usap punggung Alister naik turun dengan lembut, mulutnya membisikan kata-kata positif di telinga Alister.
"Istighfar mas... istighfar, jangan menyakiti diri sendiri”
“Na..Nana..aku malu” ujar Alister menangis.
Deg...
Lagi, waktu seperti berhenti untuk Anna saat mendengar Alister memanggilnya Nana.
“Malu kenapa mas? Malu sama siapa? Mas bisa cerita sama aku. Jangan sungkan, aku istri mu mas”
“A-aku malu sama kamu..Na..Nana”
“Malu sapa aku? Kenapa?”
“Aku malu..kamu melihat aku... seperti ini. Ta-t-tapi aku merasa tenang di peluk kamu”
Anna tersenyum mendengar itu, dengan isyarat mata Anna meminta Hetal dan Bima untuk pergi.
Mereka menurut dengan memberi isyarat bahwa mereka akan menunggu di luar untuk jaga-jaga.
“Mas tidak perlu malu, mas suami aku. Sudah seharusnya aku mengetahui kondisi mas, bukankah tugas pasangan suami-istri itu saling melengkapi? Mas jangan merasa sendiri, ada aku mas. Istri kamu”
Alister mendongak melihat wajah Anna lalu memajukan wajah agar bibirnya menyentuh bibir Anna.
Melihat itu Anna tersenyum lembut lalu ikut memajukan wajahnya menyambut ciuman Alister.
“Maaf...untuk waktu itu” ucap Alister setelah melepaskan pagutannya.
Anna mengangguk sambil tersenyum lalu kembali memajukan wajahnya. Alister menyambutnya dengan senang hati.
Entah mengapa rasa itu ada tapi tidak terkoneksi dengan miliknya membuat Alister melepaskan pagutan Anna.
Hal itu membuat Alister tersiksa.
“Maaf aku tidak normal” ujar Alister yang malah mengundang tawa Anna.
“Memang apa yang mas pikirkan? Tidak masalah dengan keadaan mas yang sekarang aku akan tetap berada di sisi mu”
“Jangan berkecil hati, aku tahu mas pasti akan sembuh” sambung Anna lagi.
“Terimakasih karena tidak meninggalkan ku” ujar Alister sebelum memajukan wajahnya lagi mencium kening Anna lama.
Anna mengangguk lalu mengajak Alister berdiri karena posisi duduk Anna tidak nyaman membuat Anna kesemutan saat berdiri.
“Kenapa?” tanya Alister saat melihat Anna meringis.
“Aku kesemutan mas, coba di injak mas kaki akunya biar hilang semut nya” ujar Anna sambil tersenyum lebar.
Alister tertawa mendengar candaan Anna. Ia tidak menyangka Anna yang terlihat pendiam bisa bercanda juga.
Alister berjongkok lalu menyingkap rok Anna dan mulai memijit-mijit kaki Anna yang terhalang leging berwarna hitam itu.
Anna mencoba menghindar tapi Alister malah menahannya.
“Jangan bergerak, biar aku bantu menghilangkan semutnya” ujar Alister mendongak melihat ke wajah Anna yang menunduk melihat wajahnya.
Anna mengulum senyum saat mendengar candaan Alister yang mengikuti candaan nya.
Alister ikut tersenyum melihat Anna yang mengulum senyum.
“Bagaimana, apa udah baikan?”
Anna mengangguk “udah mas, terimakasih”
“Sesuai perkataan mu, tugas suami-istri saling melengkapi” ujar Alister berdiri lalu memeluk Anna.
🌻
“Apa kau tidak iri?” tanya Bima pada Hetal saat mengintip Alister dan Anna dari balik jendela.
“Tentu saja, jika tidak ingat kondisi Alister aku pasti yang akan mengejar Anna”
“Benarkah?”
“Tentu saja”
“Apa aku bisa mengatakannya pada Alister?”
Hetal menoleh melihat Bima yang tersenyum penuh kemenangan.
“Kau gila! Hapus video nya” ujar Hetal mencoba meraih ponsel Bima.
“Tidak, aku ingin tahu reaksi Alister saat melihat video ini” goda Bima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ernawati
Ali y jadi bucin ke Mann😁
2022-02-18
0
Aracely
Sampai bab ini sy suka ceritanya.
unik dan menarik.
👍👍👍👍👍
2022-02-01
1