Anna duduk di kursi samping ranjang Alister, tempat yang ia gunakan untuk menunggu Alister semalaman.
Tangannya membuka kantong putih yang ia bawa tadi lalu mengeluarkan dua tempat makan.
“Sekarang mas sarapan dulu ya” ujar Anna membuka tempat makan yang berisi bubur ayam yang ia beli tadi di pinggir jalan.
“Ayo mas di buka mulutnya”
Alister menurut saja, ia membuka mulutnya menyambut suapan pertama dari Anna. Rasanya jelas berbeda dengan Stella yang menyuapi.
Perasaan malu, merasa bersalah bercampur dengan jantung berdetak lebih cepat yang kini Alister rasakan. Masih teringat dengan jelas kejadian 2 bulan yang lalu di otaknya. Seperti kaset yang berputar berulang-ulang kini menari-nari di pikiran nya.
Anna dengan telaten menyuapi Alister hingga bubur di mangkuk habis.
Hati Alister menghangat saat Anna mengusap sisi bibirnya karena ada sisa bubur yang menempel.
“Sekarang mas minum obat dulu” ujar Anna lalu memberikan beberapa butir obat dengan jenis dan fungsi yang berbeda.
“Istirahatlah mas, jika perlu sesuatu panggil saja aku. Aku akan menunggu di sofa itu” ujar Anna sambil menunjuk sofa yang tidak jauh dari ranjang Alister.
Alister hanya mengangguk. Bibirnya kelu untuk mengangkat suara di depan Anna.
🌻
Sore hari kondisi Alister sudah semakin baik, tubuhnya sudah tidak lagi lemas seperti tadi pagi.
Merasa badannya sangat lengket Alister memutuskan untuk bersih-bersih. Walaupun ragu Anna tetap menawarkan diri membantu Alister namun di tolak Alister. Sungguh Alister akan sangat malu jika Anna membantu ia mandi, Anna akan melihat bagaimana miliknya yang mengkerut malu-malu.
Kebanggaannya menghilang akibat kecerobohan nya sendiri.
Selesai mandi kini Alister tengah duduk di ranjang klinik Bima dengan di kelilingi 3 orang terdekatnya.
“Bagaiman sekarang apa sudah enakan?” tanya Bima.
“Lumayan”
“Hemm kamu bisa pulang besok pagi” ujar Dika.
“Terimakasih”
“Lain kali jangan bertindak bodoh, bagaimana jika fans mu mengetahui jika idolanya seperti ini” ujar Hetal mengejek.
“Berisik”
“Ya tentu mereka akan kabur, seperti halnya Stella” ujar Bima ikut mengejek.
“Aku harap Anna tidak melakukan hal yang sama” kini Dika yang ikut mengejek.
Bisa dipastikan wajah Alister sudah merah, antara malu kesal menjadi satu.
“Berhentilah mengejek ku, lihat saja jika aku sudah sembuh aku pastikan akan menutup mulut kalian semua” ujar Alister geram.
“Haha itu jika sembuh. Bagaimana kalau tidak sembuh?” Hetal belum puas menggoda Alister.
Kini Alister tidak menimpali, benar apa yang di katakan Hetal. Bagaimana kalau tidak sembuh? Ah benar-benar akan membuat Alister gila.
Bima yang berprofesi seha psikolog tentu tahu apa yang di rasakan Alister saat ini. Sebagai sahabat dan psikolog Bima mencoba menghibur Alister dengan menepuk-nepuk pundak Alister lalu berkata “sudah jangan terlalu di pikirkan, kondisi mu masih bisa di sembuhkan”
“Benar, aku akan melakukan yang terbaik untuk mu” Dika ikut menepuk-nepuk pundak Alister.
“Aku juga akan selalu ada untuk mu” ujar Hetal dramatis.
“Jaga ucapan mu, aku merasa geli mendengar itu” ujar Alister sambil mendelik membuat 3 orang itu tertawa.
🌻
Saat makan malam, Alister meminta Anna untuk tidak menyuapinya. Ia merasa sudah sangat baik.
“Di minnum mas obatnya” ujar Anna memberikan obat kepada Alister.
Alister menerimanya.
“Sekarang mas istirahat” ujar Anna membantu membenarkan selimut yang menutupi tubuh Alister.
“Hemm” jawab Alister dengan mata terpejam.
Melihat Alister yang sudah tidur , Anna juga memutuskan untuk tidur di sofa yang ada di ruangan itu. Anna tidur tanpa melepaskan hijabnya jaga-jaga takut ada yang masuk untuk memeriksa Alister.
Alister merubah posisi tidur yang awalnya terlentang menjadi menyamping ke arah di mana Anna berada, kemudian membuka matanya yang sedari tadi ia paksa untuk merem. Tadi Alister hanya pura-pura tidur untuk menghindari Anna.
'Terimakasih kerena berada di sampingku di saat keadaan ku seperti ini, terimakasih karena tidak meninggalkan ku di saat terpuruk ku. Aku sungguh malu berhadapan dengan mu, rasa kesal dan marah saat melihat mu bersama Keenan membuat jarak di antara kita semakin jauh. Benar aku mangajak mu menikah dengan alasan yang dulu ku utarakan. Tapi percayalah, aku benar-benar menganggap mu sebagai istriku dan aku berharap menikah sekali seumur hidup walaupun tidak ada cinta di antara kita’ ujar Alister dalam hati sambil memperhatikan wajah Anna yang terlelap dengan damai.
🌻
Keesokan paginya Anna tengah membereskan barang-barang milik nya dan milik Alister, memasukannya ke dalam tas besar yang di bawa oleh Hetal dari rumah.
Sedangkan Alister sudah siap dengan setelan perginya, wajah nya sudah kembali bersinar tidak seperti kemarin-kemarin yang terlihat pucat. Bibirnya juga sudah tidak lagi kering dan pecah-pecah.
“Udah siap mas?” tanya Anna saat Alister duduk di tepi ranjang sudah memakai sepatu.
Alister hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Ayo aku bantu” ujar Anna menggandeng tangan Alister tapi Alister menepisnya.
“Aku bisa sendiri” ujar Alister berjalan mendahului Anna. Anna hanya bisa menghela nafas.
‘Sesulit ini kah kamu mas, bagaimana bisa aku mengobati sakit mu jika kamu saja terus memunggungi ku' ujar Anna dalam hati sambil berjalan di belakang Alister dengan mata melihat ke punggung Alister.
Sampai di mobil Alister memilih duduk di samping Hetal yang bertugas sebagai sopir sedangkan Anna duduk di kursi penumpang.
Sesekali Alister melihat Anna yang memalingkan wajah ke arah jendela lewat kaca spion yang ada di atasnya.
🌻
Tidak terasa mobil sudah masuk ke dalam pekarangan rumah, Alister berjalan mendahului Anna masuk ke dalam rumah.
“Mas Hetal titip mas Ali ya, ini obatnya. Aku harus pergi ke kantor” Anna memberikan beberapa butir obat untuk Alister minum nanti siang.
“Kamu mau masuk kerja? Gak sekalian aja besok masuk nya. Udah nanggung juga kan ini udah jam 10” ujar Hetal yang sengaja mengeraskan suara nya agar Alister yang ada di tangga mendengar nya.
Dan usaha Hetal berhasil terbukti dari Alister yang menghentikan langkahnya.
“Iya mas, di kantor lagi banyak kerjaan. Lagi pula aku udah minta izin sama atasan ku masuk terlambat”
“Atasan kamu yang mana? Bukannya tidak boleh masuk kalau udah telat”
“Aku udah minta izin sama pak Keenan”
“Apa? Jadi kamu menghubungi pak Keenan” ujar Hetal dengan nada kaget sambil melirik Alister yang mengepalkan tangan dan melanjutkan lagi jalannya.
Hetal tersenyum puas melihat itu. Harus di kasih terapi syok biar Alister sadar.
“Iya mas” ujar Anna lalu menyusul Alister naik ke atas.
“Mas Ali tunggu” ujar Anna saat Alister akan membuka pintu kamar.
Alister menghentikan gerakannya lalu berdiri tanpa mengubah posisi, menunggu apa yang akan di sampaikan Anna.
“Mas aku izin kerja ya, untuk obat aku udah kasih ke mas Hetal. Maaf mas aku gak bisa....” belum sempat Anna menyelesaikan kalimatnya tapi Alister sudah memotong.
“Kalau mau pergi ya pergi aja. Aku udah sehat”
Lagi Anna hanya bisa menghela nafas “ya sudah Assalamualaikum” ujar Anna sambil meraih tangan Alister lalu mencium punggung tangannya.
"Waalaikum salam” gumam Alister sambil melihat punggung Anna yang semakin menjauh hingga tidak terlihat lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments