Setelah memastikan Anna tidur kembali, Alister kembali menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
Dengan setelan hitam-hitam tidak lupa topi,masker dan kaca mata ia gunakan untuk memuluskan penyamarannya.
Tadi pagi ia sudah menghubungi temannya yang berprofesi sebagai dokter andrologi di salah satu rumah sakit di Jakarta. Beruntung karena Alister tidak perlu malu-malu mengatakan keluhannya. Ya, paling di ejek saja.
Sampai di rumah sakit Alister langsung masuk keruangan dokter spesialis andrologi, karena sudah janjian sehingga Alister tidak perlu antri.
“halo bro, kenapa?” tanya dokter Dika memeluk Alister lalu menepuk-nepuk pundak Alister yang langsung di balas hal yang sama oleh Alister.
“Duduk Li”
Alister menurut saja.
“Gimana apa yang kamu rasakan” tanya dokter Dika dengan wajah yang serius.
Alister menceritakan semua keluhan-keluhan yang ia rasakan. Dokter Dika manggut-manggut tanda mengerti.
“Kamu masih mengkonsumsi obat anti-depresan yang di resepkan Bima?”
Alister mengangguk mengiyakan.
Bima juga teman Alister dan Dika yang berprofesi sebagai psikolog.
Dulu saat Alister mendapat kabar kalau Biru sudah menikah ia mengalami kecemasan dan kesedihan berlebih membuat Alister tidak bisa melakukan aktivitas dengan baik.
Sebagai teman Bima meminta Alister untuk menceritakan apa yang di rasakan Alister.
Berenang sambil air, sebagai teman ia bertugas mendengarkan curhatan Alister dan sebagai dokter ia mendengarkan seorang pasien yang sedang berkonsultasi.
Bima memberikan resep dan aturan minum yang harus Alister lakukan, Alister menurut saja dan memang berhasil. Alister bisa kembali melakukan aktivitas sehari-hari, ia juga tidak merasa cemas dan sedih berlebihan lagi.
Cinta membuat Alister sakit!
“Apa mengkonsumsi obat dengan anjuran dari Bima? Bukankah Bima menurunkan dosis nya”
Karena kondisi Alister yang membaik membuat Bima menurunkan dosis.
Alister menggeleng membuat Dika menggela nafas.
“Kenapa?”
“Akhir-akhir ini aku merasakan lagi kecemasan dan kesedihan. Dan kali ini yang aku rasakan lebih dari yang dulu aku rasakan, jadi aku mengkonsumsi obat dengan dosis berlebih"
“Kenapa tidak kau konsultasikan pada Bima?”
“Kau tahu sendiri aku sedang sibuk. Pulang saja jarang”
“Jadi kau mengkonsumsi obat itu dengan dosis yang banyak?”
“ya sekitar 3 atau 4 tablet dalam sehari”
“Kau gila! Tentu saja punya mu mengalami disfungsi ereksi”
“Lalu apa yang harus aku lakukan?” tanya Alister dengan suara lemah.
Niat hati ingin merasa tenang dengan mengkonsumsi obat dengan jumlah banyak malah berujung petaka.
Dika mulai memeriksa Alister.
Tahap pertama yang dilakukan Dika yaitu memberikan Obat oral kepada Alister. Tingkat keberhasilan pemberian obat ini cukup efektif sekitar 90%.
“Sekarang kamu harus berkonsultasi ke Bima, minta dia untuk memberikan saran lain selain mengkonsumsi obat-obatan. Jika memang tidak memungkinkan minta dia untuk mengurangi dosis nya. Tidak baik terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan”
saran Dika yang langsung di setujui Alister.
“Thank bro”
🌻
Selesai dari rumah sakit ia harus ke klinik tempat Bima membuka praktek.
Ah bukan ini yang Alister inginkan saat libur begini.
Sampai di klinik Bima Alister langsung masuk ke ruangan Bima begitu saja karena ia sudah bertanya terlebih dahulu ke pada asisten Bima.
“Ada apa?” tanya Bima merasa kaget dengan kehadiran Alister di depannya.
“Aku gak mau basa basi” ujar Alister lalu menceritakan semua yang ia rasakan dan ia alami.
Bima menggeleng “seharusnya kamu konsultasikan ini kepadaku”
Alister menunduk, ia menyesali perbuatan ya.
“Jadi apa yang kamu rasakan ketika melihat istri mu”
“Entahlah, perasaan nya tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata”
“Sebaiknya kamu memperbaiki hubungan mu dengan Anna. Sekarang aku akan memberikan obat anti-depresan dengan dosis rendah. Jangan kamu anggap dengan minum obat saja kamu bisa sembuh, aku sarankan rubah pola hidup mu dan jangan lupa untuk berolahraga”
saran Bima yang langsung di angguki Alister.
“Thank bro”
🌻
“Bagaimana cara nya untuk memperbaiki hubungan ku dengan Anna sedangkan kita tidak pernah berkomunikasi” gumam Alister ketika di dalam mobil.
Memang jika di pikir-pikir hati dan perasaan nya semakin carut marut setelah menikah dengan Anna.
Alister memutuskan untuk langsung pulang karena hari sudah malam, ia harus beristirahat menabung energi untuk hari esok.
Sampai di rumah Alister memutuskan untuk ke dapur dulu, ia membutuhkan air putih untuk membasahi tenggorokannya yang kering.
Tiba di dapur neteranya melihat Anna yang sedang menyiapkan makanan untuk makan malam di meja makan.
Entah mendapat dorongan dari mana Alister berjalan menghampiri Anna yang belum menyadari keberadaan nya.
Tangannya terulur menyentuh dahi Anna untuk mengecek apakah suhu tubuh Anna sudah turun atau belum.
Anna yang mendapatkan perlakuan Alister yang tiba-tiba hanya bisa bengong di tangannya ada mangkuk berisi sayur sop yang siap akan jatuh jika Alister tidak menahannya.
“Jangan bengong aja, ayo makan aku sudah lapar” ujar Alister mengambil mangkuk di tangan Anna membuat kesadaran Anna kembali.
“I-iya mas” ujar Anna lalu menyusul Alister duduk tepat di depan Alister.
“Ma-mau makan sama apa mas?” tanya Anna bersiap mengambilkan makanan untuk Alister.
“Sayur sama perkedel jagung aja, nasi nya jangan terlalu banyak”
Dengan cekatan Anna mengambil apa yang di minta Alister, setelah semua nya siap Anna menyimpan piring di hadapan Alister.
“Terimakasih” ucap Alister singkat. Dadanya kembali berdebar tidak karuan hanya dengan mendapatkan sedikit perhatian dari Anna.
'Ah, aku harus segera minum obat' ucap Alister dalam hati sambil memegang dadanya.
🌻
“Aku duluan, jangan lupa di minum obatnya” ujar Alister bangkit dari duduknya setelah menyelesaikan makan meninggalkan Anna yang masih menyendokan nasi ke dalam mulutnya.
Dengan mulut penuh makanan Anna mengangguk. Tidak baik berbicara sambil makan nanti keselek.
Anna hanya bisa melihat punggung Alister yang semakin menjauh. Lalu kembali melanjutkan makan setelah Alister tidak terlihat.
Di kamar Alister memakan obat yang di berikan kedua sahabatnya dengan jumlah 3x lipat. Ia ingin segera sembuh sehingga mengabaikan ucapan Dika dan Bima yang memberitahu harus meminum obat sesuai anjuran.
Dalam keadaan seperti ini memang pikiran Alister menjadi buntu.
Setelah meminum obat Alister memutuskan untuk tidur, mungkin karena efek obat membuat Alister dengan mudah terlelap.
Namun sekitar jam 23.15 tiba-tiba Alister bangun dari tidurnya karena merasa tubuhnya berkeringat dengan jantung yang semakin berdebar. Entah karena apa karena debaran yang Alister rasakan berbeda dengan debaran tadi.
Perlahan Alister bangkit lalu keluar kamar, niatnya ingin mengambil minum tapi saat melihat pintu kamar Anna tiba-tiba Alister masuk lalu berbaring di samping Anna yang sedang terlelap.
Anna yang merasakan ada gerakan di ranjang nya mengerjai lalu membuka mata. Hal pertama yang ia lihat tentu wajah Alister.
Awalnya Anna akan berteriak namun tidak jadi di lakukan ketika melihat wajah Alister seperti menahan sakit.
“Ma-mas” ujar Anna memberanikan diri menyentuh dahi Alister. Betapa kagetnya Anna saat merasakan dahi Alister panas di tambah rambut Alister yang basah oleh keringat membuat Anna mulai panik.
“Mas kamu demam” ujar Anna. Saat akan melepaskan tangannya dari dahi Alister, Alister menahannya.
Alister bergumam tidak jelas namun masih bisa Anna mengerti. “Anna...ba.n.tu aku..An..na”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ernawati
obat perangsang kayak y😬
2022-02-18
0
Artini
lanjut ka
2022-02-14
0