“Eh belum turun?” Tanya Keenan saat menyadari Anna masih ada di dalam lift.
“Maaf pak saya gak sadar udah ke lewat” jawab Anna sambil nyengir kuda.
“Saya ke bawah dulu ya pak” ujar Anna lagi memberi kode agar Keenan segera keluar dari lift.
“Gak mampir dulu ke ruangan saya?”
Memang ruangan Keenan ada di lantai 12. Lantai paling atas itu hanya di isi dengan beberapa direktur eksekutif.
“Maaf pak, saya banyak kerjaan”
“Ya sudah, hati-hati” Keenan keluar dari dalam lift membuat Anna bernafas lega.
Kurang nyaman rasanya satu ruangan berduaan dengan lawan jenis.
Anna langsung menekan tombol 4 karena ruangan Anna ada di lantai 4.
Seperti hari sebelumnya Anna di haruskan untuk lembur. Di kantor yang hampir semua ruangan lampunya sudah padam Anna masih berkutat dengan keyboard dan layar monitor dengan tumpukan berkas di meja.
Sedang khusuk meng-input data tiba-tiba Keenan menghampiri.
“Belum selesai na?” tanya Keenan sambil menarik kursi yang tidak jauh dan duduk di samping Anna.
Anna menoleh lalu kembali fokus ke layar monitor tidak menjawab pertanyaan dari Keenan. Sudah jelas bukan jika ia masih di kantor itu artinya belum selesai.
Melihat Anna yang tidak menjawab pertanyaan nya tidak membuat Keenan sakit hati. Hampir 2 bulanan ia kenal dengan Anna sedikit besarnya ia sudah tahu sifat Anna.
“Kamu sudah makan malam? Kalau belum saya pesankan” tawar Keenan.
Tanpa mengalihkan perhatian nya dari monitor Anna menjawab “sudah pak, saya sudah makan roti”
Keenan tersenyum “roti gak bikin kenyang, orang Indonesia butuh nasi untuk memenuhi kekuatan menghadapi hidup”
Mendengar ucapan Keenan Anna tertawa merasa terhibur, Keenan ikut tertawa padahal ia merasa ucapannya bukan lelucon.
“Bapak bisa saja” ujar Anna setelah menghentikan tawanya.
“Memang kenapa? Bukankah ucapan saya benar”
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata memperhatikan mereka dengan mata yang memerah dan tangan mengepal.
Alister memilih tidak menghampiri dan memilih pergi, harga dirinya terlalu tinggi hanya untuk meributkan seorang wanita yang tidak ia cintai walaupun memiliki status tertinggi dalam hidupnya.
Cukup kemarin saja ia melakukan tindakan bodoh tanpa berpikir panjang.
Namun begitu keluar dari ruangan Anna ia mendengar suara ******* lagi di telinganya. Amarah Alister semakin tinggi membuat ai berjalan dengan cepat menuju parkiran. Sampai di parkiran Alister masuk ke dalam mobil nya yang terparkir sembarangan, tanpa aba-aba Alister langsung menginjak pedal gas mobil dalam-dalam membuat mobil yang dikendarai Alister melesat.
Sedangkan di ruangan Anna sedang membereskan meja kerjanya, menyimpan berkas-berkas yang semula ada di atas meja ke laci. Tidak lupa sebelum mematikan komputer Anna menyimpan file terlebih dahulu agar tidak hilang.
“Saya duluan pak” ujar Anna bangkit dari duduknya yang langsung di ikuti Keenan.
“Saya antar Na” tawar Keenan menyamakan langkah Anna agar berjalan berdampingan.
“Tidak perlu pak, saya bisa naik taksi”
“Sudah jangan menolak, tidak baik perempuan malam-malam pulang sendiri” ujar Keenan tidak ingin di bantah.
“Saya sudah menikah pak, tidak baik berduaan di dalam mobil”
“Lalu bagaimana dengan sopir taksi? Bukankah sama saja berduaan di dalam mobil”
Anna tidak menimpali, ia sudah mati kutu. Tidak ada lagi alasan untuk menolak tawaran Keenan.
Sampai di parkiran Keenan membukakan pintu mobil untuk Anna terlebih dahulu, setelah Anna masuk Keenan menutup pintu dengan pelan kemudian berlari kecil berputar duduk di kursi pengemudi.
“Sudah siap?” tanya Keenan menyalakan mesin.
“Sudah pak”
Perlahan mobil melaju membelah jalanan ibu kota Jakarta dengan kecepatan sedang nyaris lambat. Bukan tanpa alasan Keenan mengendarai mobil begitu lambat ia ingin berlama-lama berada di dekat Anna.
Sejak pertama kali bertemu Keenan sudah menaruh hati kepada Anna, beberapa kali mengajak Anna berkencan atau sekedar makan malam tapi Anna selalu menolak.
Anna mengerutkan keningnya merasa laju mobil yang ditumpanginya begitu lambat di tambah bunyi klakson dari pengendara lain di belakang membuat Anna tidak nyaman.
“Bapak bisa sedikit lebih cepat, kasian kendaraan yang lain”
“Mereka bisa menyalip Na tidak perlu di pikirkan” jawab Keenan tanpa beban.
“Lalu bagaimana dengan saya pak, saya harus pulang cepat ini sudah terlalu malam”
“Alister tidak akan marah, saya tahu alasan kalian menikah”
Anna cukup kaget dengan ucapan Keenan.
“Saya atasan kalian, tentu saya tau tentang kehidupan artis-artis saya” ujar Keenan lagi saat melihat Anna yang kaget.
Anna menunduk antara malu karena orang lain mengetahui alasan pernikahannya dan merasa sedih karena pernikahannya bukan karena cinta.
“Seharusnya saya tahu lebih awal agar kejadian ini tidak terjadi, saya baru tahu kemarin dari pak Anton manager Alister”
Anna tidak menjawab pernyataan Keenan.
Melihat itu Keenan tidak lagi bicara membuat suasana di mobil hening hanya suara mesin dan kendaraan lain yang mendominasi.
Sampai di depan rumah Alister Keenan menepikan mobil, berniat ke luar untuk membukakan pintu mobil untuk Anna namun di tahan Anna.
“Saya bisa sendiri pak, terimakasih atas tumpangan nya” ujar Anna lalu membuka pintu mobil.
“Sama-sama, jangan sedih saya akan selalu ada untuk kamu”
“Hati-hati pak” ujar Anna tidak menanggapi ucapan Keenan. Ia berbalik berjalan ke arah gerbang rumah meninggalkan Keenan yang masih setia menunggu Anna masuk ke dalam rumah.
Dari atas balkon Alister dapat melihat Anna yang di antar pulang oleh Keenan. Hatinya merasa kecut melihat kedekatan Anna dan Keenan. Entahlah, Alister tidak tahu alasannya.
Apa karena Anna milik nya? Ya, bukankah sekarang Anna sudah menjadi istrinya. Itu artinya Anna miliknya bukan?
“Sudah bersenang-senang nya?” tanya Alister saat pintu kamar terbuka memperlihatkan Anna dengan wajah kaget kerana tidak menyangka ada Alister di kamarnya.
“Mas kenapa ada di sini” tanya Anna sambil memegang dadanya. Kaget nya belum hilang.
“Kenapa? Apa aku tidak boleh masuk ke kamar ISTRI sendiri?” tanya Alister menekan kata ‘istri’ membuat Anna gelagapan.
“Ma-maksud ku bukan itu mas, aku hanya kaget” ujar Anna menjelaskan.
“Benarkah?”
Anna mengangguk lalu menggantung tas nya, kemudian berjalan ke arah kamar mandi mencoba bersikap biasa saja. Padahal dalam hati ia begitu takut mengingat kejadian kemarin malam.
Belum sempat masuk ke kamar mandi lagi-lagi Alister menarik lengan Anna membuat Anna berputar dan menubruk dada bidang Alister.
Dengan gerakan cepat Alister melingkarkan tangannya di pinggang Anna erat merapatkan tubuh Anna dengan tubuhnya. Kepalanya menunduk melihat ke wajah Anna yang mendongak, memberikan tatapan yang tidak bisa di artikan.
“Mas lepas” ujar Anna yang merasa salah tingkah dengan tatapan Alister. Ia bingung dengan sikap Alister yang penuh kejutan bagi nya, tiba-tiba bisa bersikap manis tiba-tiba bersikap dingin cenderung kasar. Apa karena Alister seorang aktor?
Bukannya melepaskan Alister malah menyeringai membuat Anna merinding.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments