“M-mas apa yang akan kamu lakukan” ujar Anna gugup saat Alister menundukan kepalanya berniat mencium Anna.
Bukankah baru saja Alister menyeringai? Kenapa tiba-tiba wajah nya teduh dan detik berikutnya mengeras.
“Aku akan membuat mu mendesah seperti apa yang di lakukan laki-laki itu” ujar Alister dingin membuat Anna tidak mengerti.
Belum sempat Anna menyelesaikan pikirannya Alister sudah mendaratkan ciuman yang menuntut. Dengan ragu Anna membalas ciuman Alister sambil memegang kaos yang Alister kenakan.
Walau enggan bukankah Alister tetap suaminya? Sudah menjadi kewajiban Anna melayani Alister.
Merasa sudah kehabisan nafas Alister melepaskan pagutannya lalu menyeringai “bukankah menyenangkan setelah berciuman dengan laki-laki lain lalu berciuman dengan suami?”
Anna bingung dengan apa yang Alister ucapakan.
Lagi-lagi belum sempat Anna menelaah ucapan Alister, Alister kembali berbicara “ah aku mengerti. Berciuman tidak akan membuat mu mendesah, apa itu artinya laki-laki itu melakukan ini” ujar Alister lalu meremas kasar b**h d**a Anna membuat Anna menjerit karena sakit.
“Mas apa yang kamu lakukan?” tanya Anna dengan suara yang bergetar. Ia mulai takut dengan sikap Alister.
“Kenapa? Apa itu terlalu kasar? Apa laki-laki itu melakukannya lembut seperti ini?” ujar Alister yang langsung membuka kancing gamis yang Anna kenakan lalu memberikan sentuhan lembut.
“Apa seperti ini? Mendesahlah, aku sudah melakukan nya dengan lembut” ujar Alister menatap wajah Anna yang sudah basah oleh air mata.
Tubuh Anna bergetar dengan tangan yang bergetar Anna menyingkirkan tangan Alister lalu kembali mengancingkan kembali gamisnya. Ia tidak menyangka Alister akan melecehkannya seperti ini, walaupun Alister suaminya bukan berarti bisa melakukan sesuatu seenaknya sendiri.
“Apa itu kurang untuk membuat mu mendesah? Apa laki-laki itu melakukan hal lain hah? Seperti ini” ujar Alister mengangkat rok gamis Anna berniat menyentuh sesuatu di bawah sana.
Ana geram. “HENTIKAN MAS!! Aku tidak pernah meminta di perlakukan sebagai seorang istri. Tapi aku minta jangan melecehkan aku seperti ini” ujar Anna sambil memegang tangan Alister dengan kilatan amarah di matanya.
“Berani kamu membentak ku hah? Aku suami mu SUAMI. Aku berhak atas diri mu. Apa kamu lebih suka laki-laki lain yang menyentuh mu hah? Tanya Alister yang membuat Anna semakin tidak mengerti itu.
“Berhenti menghina ku mas. Maksud kamu apa mas? Aku tidak pernah di sentuh laki-laki mana pun selain suami ku. Hanya mas Wira dan kamu mas” ujar Anna bergetar.
“Kamu tidak perlu berpura-pura. Aku tidak bodoh ANNASYA. Apa menjadi seorang janda membuat mu bisa melakukan apa saja karena tidak akan ada yang sadar jika milikmu sudah di masuki laki-laki?
Bagai di panah, hati Anna begitu sakit mendengar tuduhan sang suami yang seharusnya menjadi imam dalam keluarga. Suami yang seharusnya melindungi malah menyakiti. Lalu kemana janji Alister itu pergi? Bukankah dia yang menawarkan diri untuk melindunginya.
Anna memilih diam, tidak ada gunanya membela diri di hadapan orang yang merasa paling benar, tidak ada gunanya menjelaskan jika orang di hadapannya tidak bertanya.
Memang ada apa dengan status janda? Bukankah status itu bukan sebuah status yang di inginkan. Jika harus memilih tentu Anna tidak ingin menjadi janda.
“Kenapa diam?” tanya Alister menurunkan suaranya.
Anna tidak menjawab, ia memilih pergi. Namun belum sempat melangkah lagi-lagi Alister menahan nya.
“Mau kemana? Kamu belum menjawab pertanyaan ku?”
Anna tersenyum miring sambil menangis. “Apa dengan aku menjelaskan kamu akan percaya mas?”
“Jelaskan lah” tantang Alister.
“Baik. Aku tidak mengerti dengan apa yang mas bicarakan sedari tadi. Dan aku tidak pernah bersentuhan atau mendesah seperti apa yang mas tuduhkan tadi dengan orang lain” jelas Anna yang membuat Alister tersenyum mengejek.
“Benarkah?”
“Aku sudah mengatakan yang sebenarnya, mau percaya atau tidak itu pilihan mas” Anna menghempaskan tangan Alister lalu berjalan ke arah kamar mandi.
Kali ini Alister membiarkan, ia sedikit percaya dengan ucapan Anna saat melihat mata Anna.
🌻
Sudah 2 bulan sejak kejadian malam itu, hubungan mereka semakin renggang. Tidak ada komunikasi apa lagi bertegur sapa, jika ada kesempatan mereka akan memilih saling menghindar dan tidak bertemu.
Apalagi Alister yang kembali sibuk dengan proyek nya membuat ia sering pulang malam atau bahkan sampai tidak pulang.
Hal itu membuat Anna sedikit lega sekaligus khawatir dengan kondisi kesehatan Alister.
“Kamu kenapa Na?” tanya Gisel saat melihat Anna hanya mengaduk-aduk makanan di depan tanpa berniat memakannya.
“Lagi kurang nafsu mba”
“Kenapa? Kamu sakit?” tanya Gisel memegang dahi Anna.
“Kamu panas Na, istirahat gih”
“Aku baik-baik aja kok. Nanggung besok kan libur”
“Ya udah cepat di makan, jangan di liatin aja”
“Iya mba” Anna mulai memakan makanan yang ada di depannya yang terasa hambar di lidahnya.
Di tempat lain Alister juga sedang makan siang di lokasi syuting dengan nasi kotak yang di sediakan oleh tim produksi.
“Di makan sayang yang banyak, kamu harus sehat biar syutingnya berjalan lancar” ujar Stella sambil menyuapi Alister.
Alister menerimanya sambil membaca naskah.
“Lagi aaaa” ujar Stella kembil menyuapi Alister.
Hetal hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kedua sejoli itu, ia berharap setelah Alister menikah Alister akan berubah dan meninggalkan Stella. Nyatanya tidak demikian, Alister tetap berhubungan dengan Stella, membuat Hetal merasa kasian dengan Anna.
“Pacaran mulu. Kamu gak ada pemotretan gitu kok ke sini terus” ujar Hetal menghampiri mereka.
“Sirik aja. Mangkanya cari pacar” ujar Stella bangga.
“Gak ada waktu” jawab Hetal sekenanya.
Alister tidak menanggapi kedua manusia di depannya, ia masih fokus membaca naskah. Entah mengapa ia ingin menyelesaikan banyak adegan agar besok bisa libur.
Lokasi syuting kali ini memang cukup jauh dari rumah Alister sehingga Alister kadang memilih tidur di hotel dekat lokasi syuting. Kali ini projek yang Alister kerjakan yaitu bertemakan seorang mafia yang terdapat adegan action di dalam nya.
Hal itu sangat membuat Alister kehabisan energi karena harus berakting kejar-kejaran, lalu berkelahi, tembak-tembakan dan adegan ekstrim lainnya seperti meloncat dari gedung tinggi.
Ya walaupun dengan pengamanan yang ketat agar tidak membahayakan diri tetap saja adegan itu hanya bisa di lakukan oleh orang yang berpengalaman.
“Minum dulu yang” ujar Stella menyodorkan botol air mineral.
Tanpa kata Alister langsung meminumnya sampai tandas.
Tidak lama syuting kembali di mulai.
🌻
Di rumah Anna sedang merebahkan tubuh di atas ranjang kamarnya setelah tadi menyelesaikan pekerjaan nya Anna meminta izin untuk pulang duluan.
Benar kata Gisel ia sedang sakit.
“Mas Anna kangen” guman Anna sambil memejamkan mata. Entah kepada mas yang mana maksud Anna.
Di lokasi syuting Alister tengah bersiap-siap untuk pulang karena syuting hari ini sudah selesai.
“Kita pulang ke apartemen ku ya” ujar Stella bergelayut manja di lengan Alister.
“Gak bisa aku mau pulang” ujar Alister membuat Stella kesal.
“Kamu tuh kenapa sih akhir-akhir ini jarang banget main ke apartemen. Sekalinya main malah numpang tidur”
“Lalu kamu maunya apa?” tanya Alister dengan malas. Jujur ia ingin pulang dan beristirahat.
Tidak pulang selama 1 Minggu membuat Alister merindukan rumah nya. Entah karena benar-benar merindukan rumah atau yang lain karena sebelumnya Alister tidak pernah merasakan ingin cepat-cepat pulang begitu menggebu.
“Kamu pulang ke apartemen lalu kita bisa melakukan itu. Kita sudah lama tidak melakukan itu. Apa junior mu sudah tidak berfungsi?” tanya Stella sambil mengedipkan sebelah matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
salmiah spd
Anna seharusnya jujur kalau sudah menikah dengan Ali .. agar tidak menimbulkan masalah,knp mesti dirahasiakan.. di dunia nyata mestinya begitu, tp aku sadar ini dunia halunya Author 😊
2022-02-05
1