Awal mula teror

Di dalam kamar.

Rianti terlihat asyik menatap layar ponselnya sehingga ia tidak menyadari kalau shinta sedang berjalan menghampirinya

"Hayyo ... lagi balas chat siapa?" tanya Shinta sambil mencoba mengintip isi pesan WA sahabatnya itu.

"Iii kepo deh ..." jawab Rianti sambil melemparkan senyumannya.

"Ceh ... mentang-mentang mau nikah, temen sendiri dicuekin," gerutu Shinta sambil memonyongkan bibirnya.

Rianti hanya tersenyum melihat ekspresi sahabatnya itu dan langsung meletakkan ponselnya di atas kasur. Kini wajah mereka saling berhadapan.

"Seriusan kepo aku tuh ... emang siapa sih, sampe kamu senyum-senyum begitu?" tanya Shinta yang memang penasaran.

"sama mas Ardi," jawab Rianti malu-malu.

"Ciee ... mas Ardi ... kemaren-kemaren manggilnya pak tua ... udah gitu nangis bombay ... kekeh banget kalo gak mau nikah muda. Nah sekerang malah keliatan senang baget," ledek shinta sambil menyenggol bahu Rianti.

Mendengar celotehan shinta membuat Rianti merebahkan tubuhnya di atas kasur berwarna pink yang senada dengan dekorasi kamar tidurnya.

"Entahlah, Shin. Awalnya aku gak mau ... mas Ardi seperti orang yang selalu memakasakan kehendak ... terus keliatan dingin. Aku kan jadi takut kalau punya suami kayak gitu, gak sesuai ekspektasi ku tentang masa depan. Aku pengen nikah kalo umurku udah 25 tahun, terus punya suami yang biasa aja tapi setia," ungkap Rianti sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Lha terus ... kenapa sekarang jadi berubah?" tanya Shinta penasaran dan mencoba memandang Rianti.

"Kemarin aku sama dia sempet ngobrol panjang lebar. Terus aku liat sepertinya dia orangnya tulus, terus anehnya aku merasa nyaman aja gitu, serasa ada yang melindungi," ungkap Rianti mengenai perasaannya.

"Sekarang aku tau alasan kamu menyukai pria yang lebih dewasa. Sekarang aku paham. Maaf ya, kemaren-kemaren sempet ngejek tipe kamu," imbuhnya lagi.

Shinta yang awalnya duduk mulai berbaring disamping Rianti.

"Nah itu tau. Aku menyukai pria yang lebih dewasa karena memang ada alasannya. Selain merasa dilindungi, aku juga yakin pria yang lebih dewasa pasti mengerti sikap kita yang cenderung masih labil," ucap Shinta.

"Apa lagi kalau pria yang udah mapan. Rela aku tuh nikah muda, heheh ..." celoteh Shinta sambil cekikikan.

Rianti memikirkan apa yang Shinta katakan, dan ia merasa apa yang sahabatnya bilang itu memang benar. Terkadang menjadi tua bukanlah dosa.

"Iya ... aku mungkin termasuk beruntung Shin, dapat suami seperti mas Ardi. Walaupun aku masih belum bisa mencintainya, namun aku juga gak punya alasan buat nolak perasaannya. Kalau diliat-liat dia itu lumayan tampan, kan. Dia berpendidikan tinggi, dan juga sepertinya pria yang baik," ucap Rianti dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Ce ilee ... udah seneng aja ... sampe muji-muji segala. Memangnya kamu itu disogok apaan sih sama dia? Sampe begitu memujanya."

Rianti lagi-lagi tersenyum malu. "Ini," kata Rianti sambil menunjukkan tangan yang ada cincin berliannya.

Shinta tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Matanya membelalak lebar, Shinta begitu takjub dengan cincin yang begitu berkilau di jari manis sahabatnya itu. "Itu berlian!" teriaknya.

Rianti langsung menutup telinganya yang terasa berdengung.

"Ya ampun, Neng ... biasa aja kali, jangan teriak-teriak di telinga ku. Sakit tau!"

"hehe ... maaf ya ... soalnya aku baru pertama kali nih liat yang beginian," ucap Shinta sambil membolak-balikkan telapak tangan Rianti.

"Ini serius berlian? Berapa karat?"

Rianti hanya mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Jangan norak deh ... masa ia kalo ada orang ngasih hadiah, kamu tanyain harganya berapa atau belinya di mana, lebih parahnya kalo sampai nanya 'berapa karat' ... kan gak sopan," jawab Rianti seraya menyentil dahi sahabatnya itu.

Shinta hanya tersenyum malu tanpa bisa membela diri.

"O iya, kamu cantik banget, mau ke mana? tanya Rianti. Ia baru sadar kalau sahabatnya itu udah rapi dengan menggunakan jumpsuit berwarna krim.

"Sebentar lagi aku mau kembli ke kota X bareng bang Aan. Dia ditawarin jadi dosen di sana.

"Oo ... trus kamu ngapain? Bukankah waktu cuti masih ada satu hari lagi. Besok aja yah berangkatnya, temenin aku di sini ...." rengek Rianti dan ia pun memasang wajah memelas agar sahabatnya itu mau tinggal satu hari lagi.

Shinta menghela napas. Ada hal yang belum ia ceritakan pada Rianti.

"Besok aku mau cari krja, Ri," jawab Shinta jujur.

"Lha, kenapa?" tanya Rianti penasaran. Ia pun mengubah posisinya menjadi duduk dengan memangku bantal.

Shinta pun ikut-ikutan duduk dan memberikan ponsel genggamnya kepada Rianti.

"Karena ini. Ada beberapa pesan dari pak Haikal yang menurutku gak pantes. Masa ia kirim pesan pake emoji hati."

Rianti yang melihat pesan itu terlihat mengernyitkan dahi.

"Kapan dia chat kamu," tanya Rianti sambil memberikan ponsel itu kepada Shinta.

"Tadi, pas aku lagi lari pagi." Terlihat raut penyesalan di wajah Shinta.

Rianti yang memang sudah mengira ini akan terjadi tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memang sudah menduga tapi tidak pernah berharap jadi kenyataan. Kasian kamu Shin.

"Hufhh ...."

Shinta terdengar menghempaskan napasnya yang terasa berat. Sesal dan kesedihan nampak jelas di wajahnya.

"Aku sebenarnya sedih ditinggal kamu nikah, ditambah pak Haikal yang jadi baper gini. Aku kan jadi takut. Tapi untung ada bang Aan, paling tidak aku gak kesepian," ujar Shinta seraya menggulung-gulung ujing dress-nya.

Rianti pun merasa bersalah telah meninggalkan sahabatnya itu, terlebih lagi disaat seperti ini.

"Aku akan bertahan di sana paling tidak sampai gajian. Kan sayang tinggal dua minggu lagi." Shinta terdiam sejenak.

"Aku nyessel. Aku bertingkah centil di hadapan suami orang. Kalau istrinya tau suaminya tergoda sama aku kan gawat. Aku memang bodoh," ucap Shinta yang merutuki dirinya sendiri. Ia pun menangis menyesali perbuatannya. Rianti hanya bisa memeluk dan mengusap punggung sahabatnya tanpa berkata-kata.

Setelah sedikit tenang Shinta memandang wajah Rianti yang tidak akan dilihatnya dalam waktu dekat.

"Maaf ya, kamu nikah nanti aku pasti gak bisa dateng," ucap Shinta sembari menghapus air matanya.

Rianti hanya mengangguk dan tersenyum.

"Iya ... gak apa-apa. Tapi yang jelas, pas resepsi di sana nanti kamu wajib dateng ya," pinta Rianti. Shinta hanya mengangguk kecil dan memeluk tubuh sahabat terbaiknya itu sebelum pamit pulang.

Tidak lama setelah kepergian Shinta, ponsel Rianti berbunyi dan terlihat tulisan, 'nomor yang tidak dikenal' memanggil.

"Hallo ... siapa ini?" sapa Rianti.

Namun tidak ada jawaban, dan Rianti mencoba bertanya kembali.

"Hallo ... hallo ... hallo ...."

Masih tidak ada yang menyahut, Rianti mulai agak kesal.

"Ini siapa sih! Gak ada kerjaan lain apa! Kalau gak mau ngomong aku tutup nih!" ucap Rianti sarkis.

"Hallo nona manis, jangan marah-marah. Nanti wajah kamu keriput loh. Calon pengantin harusnya selalu cantik. Bukankah begitu?" ucap seseorang pria di seberang telepon.

Mendengar suara itu mendadak perasaa Rianti tidak enak, jantungnya seakan melemah dan keringat dingin mulai keluar dari pori-porinya.

"Siapa ini dan ada perlu apa?" tanya Rianti dengan tubuh yang mulai gemetar.

"Kamu begitu naif, sayang. Aku sarankan kau jangan menikah dengannya. Dia itu pria brengsek!!!"

Tut ... tut ... tut ....

Lidah Rianti mendadak kelu. Ia ingin bertanya namun telepon sudah terputus.

****

Hallo ... senengnya kalau ada yang baca.

Mohon krisan di kolom komentar ya ...

Dan jangan lupa like nya.

😊😊😊

Terpopuler

Comments

Lia Wildan

Lia Wildan

kira2 siapa si penerorr?

2021-10-31

0

Nila Lutfiyah

Nila Lutfiyah

saking serunya baca lupa koment

2020-12-12

2

Afrina Haisham Afrina

Afrina Haisham Afrina

mungkin cowok yg suka sama rianti..yg ilang di telan bumi gara gara si duren sawit hehe

2020-12-12

1

lihat semua
Episodes
1 prolog (Revisi)
2 in the kost (Revisi)
3 kamu itu cantik (Revisi)
4 naksir si kasir (Revisi)
5 Stella (Revisi)
6 Pria es (Revisi)
7 Bronis (Revisi)
8 Jatuh tertimpa duren (Revisi)
9 Belum bisa move on (Revisi)
10 Coca-cola (cowo cakep, cowo idol) (Revisi)
11 Ketahuan (Revisi)
12 Tanggal jatuh tempo
13 Mendadak dilamar
14 Terima takdir
15 Duren sawit (duda keren sarang duit)
16 Bisikan
17 Niat terselubung
18 Luka terdalam
19 Awal mula teror
20 Rentetan teror
21 Kebohongan kecil
22 Kebohongan kecil namun berdampak besar
23 teror
24 Duren sawit dan Coca-cola ternyata masih satu keluarga
25 SAH
26 Katanya terbelah dua
27 Grogi
28 Tamu langganan
29 Hampir saja
30 Di gendong ala bridal style
31 Tercapai
32 Akhirnya
33 Firasat buruk
34 Si boss
35 Takut ketahuan
36 Kamu bukan malaikat
37 Stella atau Rianti
38 Curiga
39 Tante Yulia
40 Tipis
41 Rasain!
42 seperti vampir
43 Tentang Amir
44 Kesalahan
45 Ombak saksi cinta kita
46 Tau segalanya
47 Pemaaf tapi pendendam
48 Mencoba move on
49 Terciduk
50 Malu banget
51 Dianti
52 Say no to pelakor!
53 Hajarrr
54 Veno
55 Wedding
56 Gaun berdarah
57 Rahasia besar Ardi
58 Kebencian Rianti
59 Terluka
60 Mencari tersangka
61 Bumil
62 Retak
63 Percobaan pembunuhan
64 Siapa om itu?
65 Kemarahan Andra
66 Awal mula
67 Sandiwara
68 Usaha Ardi
69 Hukuman
70 Rindu
71 Ular berkepala dua
72 Amir lagi
73 Heru
74 Langkah pencegahan.
75 Patah hati
76 Sasa
77 Si bulgan dan si basi
78 Andra
79 Ngedate.
80 Perjuangan Ardi
81 Ingatan Rianti kembali
82 Tingkah Shinta.
83 Gara-gara film
84 Tak sesuai ekspektasi
85 Meloholic
86 Ujian Veno
87 Jadian
88 Bulan madu atau bulan-bulanan kamu
89 Gara-gara Hotman
90 Ngidam
91 Gagal nge-drama
92 Dilema Shinta.
93 Veno dan Shinta
94 Ngidam bagian ke dua.
95 Pernikahan
96 Happy ending, happy reading.
97 pengumuman penting
Episodes

Updated 97 Episodes

1
prolog (Revisi)
2
in the kost (Revisi)
3
kamu itu cantik (Revisi)
4
naksir si kasir (Revisi)
5
Stella (Revisi)
6
Pria es (Revisi)
7
Bronis (Revisi)
8
Jatuh tertimpa duren (Revisi)
9
Belum bisa move on (Revisi)
10
Coca-cola (cowo cakep, cowo idol) (Revisi)
11
Ketahuan (Revisi)
12
Tanggal jatuh tempo
13
Mendadak dilamar
14
Terima takdir
15
Duren sawit (duda keren sarang duit)
16
Bisikan
17
Niat terselubung
18
Luka terdalam
19
Awal mula teror
20
Rentetan teror
21
Kebohongan kecil
22
Kebohongan kecil namun berdampak besar
23
teror
24
Duren sawit dan Coca-cola ternyata masih satu keluarga
25
SAH
26
Katanya terbelah dua
27
Grogi
28
Tamu langganan
29
Hampir saja
30
Di gendong ala bridal style
31
Tercapai
32
Akhirnya
33
Firasat buruk
34
Si boss
35
Takut ketahuan
36
Kamu bukan malaikat
37
Stella atau Rianti
38
Curiga
39
Tante Yulia
40
Tipis
41
Rasain!
42
seperti vampir
43
Tentang Amir
44
Kesalahan
45
Ombak saksi cinta kita
46
Tau segalanya
47
Pemaaf tapi pendendam
48
Mencoba move on
49
Terciduk
50
Malu banget
51
Dianti
52
Say no to pelakor!
53
Hajarrr
54
Veno
55
Wedding
56
Gaun berdarah
57
Rahasia besar Ardi
58
Kebencian Rianti
59
Terluka
60
Mencari tersangka
61
Bumil
62
Retak
63
Percobaan pembunuhan
64
Siapa om itu?
65
Kemarahan Andra
66
Awal mula
67
Sandiwara
68
Usaha Ardi
69
Hukuman
70
Rindu
71
Ular berkepala dua
72
Amir lagi
73
Heru
74
Langkah pencegahan.
75
Patah hati
76
Sasa
77
Si bulgan dan si basi
78
Andra
79
Ngedate.
80
Perjuangan Ardi
81
Ingatan Rianti kembali
82
Tingkah Shinta.
83
Gara-gara film
84
Tak sesuai ekspektasi
85
Meloholic
86
Ujian Veno
87
Jadian
88
Bulan madu atau bulan-bulanan kamu
89
Gara-gara Hotman
90
Ngidam
91
Gagal nge-drama
92
Dilema Shinta.
93
Veno dan Shinta
94
Ngidam bagian ke dua.
95
Pernikahan
96
Happy ending, happy reading.
97
pengumuman penting

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!