Sayang ... selamat ulang tahun, ya. Maaf, mungkin selama ini aku begitu keras kepala.
Kuharap kamu akan terus mencintaiku. Oh, ya, aku juga dapat hadiah yang begitu besar dari Tuhan yang akan kubagi denganmu. Ada malaikat kecil yang sudah mulai tumbuh di rahimku. Semoga kita selalu bahagia, selamanya.
Lagi, tangis Ardi pecah, menggema di ruangan kosong rumah sakit, hanya ada dirinya dan tubuh Stella yang tertutup selembar kain putih. Ardi yang tak mampu lagi menahan kesedihan, mulai terduduk di lantai, memegang erat hadiah terakhir dari Stella.
***
Bagaimana kubisa bahagia Stella, sedangkan untuk melindungimu dan anak kita saja aku gak bisa.
Ardi mengembuskan napasnya yang terasa begitu berat. Ia pun kembali menikmati cappucino yang ada di atas meja dan mencoba menata perasaan.
"Boleh aku duduk di sini?" tanya seorang wanita yang tersenyum ramah ke arah Ardi. Wanita yang lumayan seksi dengan balutan kemeja putih dan rok selutut.
Ardi hanya terdiam, bertanya-tanya dalam hati. Siapa gerangan wanita ini?
"Aku Melati, teman kencanmu hari ini," katanya ramah.
Ardi mengangguk dan menggerakkan tangannya, seolah memberikan isyarat bahwa wanita itu boleh duduk.
Wanita yang bernama Melati itu pun kembali menipiskan bibir, memanggil karyawan restoran dan memesan coffe latte untuk menemaninya berbincang dengan Ardi, teman kencannya hari ini.
"Maaf, ya. Aku telat," ucap melati seraya melihat kesekeliling restoran yang terlihat lenggang.
"Iya, gak apa-apa," sahut Ardi singkat tanpa menoleh wanita yang ada di hadapannya. Ia masih asyik menatap gelas kopi yang tadi ia pesan.
Pesanan Melati tiba dan ia mulai menikmatinya.
Satu menit.
Dua menit.
Tiga menit.
Kedunya membisu. Ardi sama sekali tidak ada niatan untuk membuka obrolan hingga atmosfernya begitu terasa canggung bagi Melati.
"Ngomong-ngomong, aku harus manggil kamu apa? Panggil nama atau Mas?" tanya Melati, mencoba memecah keheningan di antara mereka berdua.
"Panggil nama saja," jawab Ardi dengan nada datarnya.
Udah, gitu aja, tanya apa kek gitu. Masa diem mulu dari tadi. Sungut Melati. Ia racik-racik kertas tisu yang ada di atas meja hingga menjadi potongan yang sangat kecil, seolah mewakili harga dirinya yang telah tercabik-cabik.
Ya, udah deh. Aku coba jurus tak tahu malu aja. Siapa tau es ini meleleh. Persetan dengan harga diri. Dari pada jadi perawan tua.
Melati mulai berceloteh tentang profesinya sebagai dokter kandungan. Tapi tetap saja tidak ada respon. Ia juga mulai bercerita tentang kartun kesukaannya, dari Doraemon sampai Ipin Upin. tapi tetap tidak berhasil. Nyali Melati pun mulai menciut.
Melati mulai mengatakan lelucun, berharap ada sedikit senyuman di wajah pria es itu.
"Kamu tau gak penyanyi luar negeri yang bikin seger?"
Ardi meggelengkan kepalanya tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Jawabanya adalah Ariana greentea," jawab Melati sembari tertawa kecil.
Tapi tetap saja hanya muka datar yang terpancar dari wajah pria tersebut.
Astaga, ni orang makan apaan sih? Garing banget, lama-lama aku bisa gila kalo berhadapan dengan orang ini. Gak apa-apa deh aku jadi perawan tua, dari pada nikah, tapi menderita pneumonia.
"Ardi, aku duluan, ya. Soalnya ada tugas jaha malam di rumah sakit." Melati berdiri, mulai melangkah menjauhi Ardi.
Untung ganteng, kalo enggak? udah dari tadi dia aku gantung. Melati benar-benar kesal atas sikap dingin teman kencannya itu dan bertekat tidak ingin bertemu orang aneh itu lagi.
"Astaga, dikiranya berapa umurnya itu? Kenapa bercerita tentang Ipin Upin. Umur udah 30 tahun tapi masih doyan nonton kartun. Gak malu apa dengan umur."
Ardi juga mulai beranjak dari tempat duduknya. Melangkahkan kaki berlalu meninggalkan restoran.
Ternyata tanpa Ardi sadari, ada seorang pria misterius yang mengawasi mereka dan beberapa kali mengambil fotonya bersama Melati.
****
Di sudut lain Mall.
Rianti sedang melihat-lihat gaun.
Ada satu gaun yang menarik perhatiannya. Gaun cantik berwarna hijau daun, yang sedang dipajang dibagian depan. Ia membelai-belainya dengan lembut. Rianti begitu ingin membelinya, akan tetapi niatnya itu ia urungkan setelah melihat nominal label harga yang tertera di sana.
"Astaga! Terbuat dari apa baju ini? Masa ia baju saja haganya sampai 2 juta." Rianti pun mundur teratur dan menghampiri Shinta yang sedang memilih-milih sepatu.
"Kamu mau beli sepatu?" tanya Rianti yang melihat temannya itu membelai-belai heels yang berwarna silver.
"Gak jadi, harganya mahal banget," bisik Shinta, meletakkan kembali barang yang ia pegang.
Karena waktu sudah hampir menjelang magrib. Mereka berdua pun memutuskan untuk pulang. Mereka berjalan beriringan hingga tiba-tiba Shinta menghentikan langkahnya, mematung di depan toko perhiasan.
"Astaga, ada Coca-cola Ri ... Coca-cola ...." Shinta histeris hingga beberapa orang pun memandang aneh kepada mereka.
"Apaan, sih! Mana ada orang jual Coca-Cola di dalam toko perhiasan?" Rianti mulai tersulut emosi.
"Kalo mau minum, ayok kita kebawah. Di sana banyak yang jual minuman, bahkan lebih manis dari Coca-cola," ucap Rianti sambil menarik tangan sahabatnya itu.
Akan tetapi Shinta tak bergerak. Matanya masih tertuju ke dalam toko perhiasan. Dengan tatapan seperti ingin menangis dan bahagia secara bersamaan. Rianti bingung kenapa sahabatnya itu menjadi aneh.
Ia pun melihat ke dalam toko, tapi tidak menemukan Coca-cola atau apapun di sana.
Yang ia lihat hanya sepasang kekasih yang sedang memilih-milih perhiasan.
"Cowok cakep cowok idola," ucap Shinta penuh perasaan.
Rianti berdecak. Menghempaskan tangan Shinta dan menoyor dahiny. "Ya ampun Shinta ... aku kira apaan? Ya udah, deh. Kalo masih mau di sini nungguin si Coca-colamu ya, terserah! Aku mau pulang!"
Rianti berjalan maju tanpa menghiraukan Shinta. Shinta yang baru tersadar kalau sahabatnya telah pergi langsung mengejar dan menggandeng lengan Rianti dengan manja.
Shinta tersenyum, berharap Rianti mau memaafkan sikapnya tadi.
Situasi macam apa ini. B**aru tadi pagi ni anak memuja-muja pak Haikal. Seakan-akan rela melakukan apa aja buat pak Haikal. Sekarang malah kelihatan tergila-gila dengan pria Coca-cola. Haduh Shinta ... cepatlah tobat.
Rianti pun membalas senyuman Shinta yang super menggemaskan itu dengan senyuman mautnya yang tak kalah imut. Mereka lalu tertawa bersama sambil berjalan menuju parkiran.
"Shin, kalo boleh saran, coba kamu ubah sikap kalo depan pak Haikal."
"Maksudnya?" tanya Shinta keheranan.
"Maksud aku, tatapan kamu itu lho ... udah kaya orang jatuh cinta, 'kan gak enak kalo di liat bu boss. Kalo pak boss tersinggung gimana? Ntar, kalo kamu di pecat, nasib aku gimana?" Rianti mulai mengutarakan unek-unek yang selama ini ia simpan.
Shinta terdiam mendengar ucapan Rianti.
Ia baru tersadar akan kelakuan minusnya yang akan berdampak buruk nantinya.
"Iya, deh. Bakal aku coba praktekin besok."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Biasanya cewek yg sempat di jodohin,dan sempat kencan buta akan menjadi pelakor saat hubungan baru si pria dan wanita nya, Karena kadang si cewek udah langsung suka tapi tdk di pilih si pria,makanya dia TEROBSESI,aseperti di novel2 lain yg sudah ku baca,Jadi kencan buta ini ada baiknya dan juga ada buruknya..
2024-04-20
0
Liesdiana Malindu
kalau mantan istri Ardi saja sangat cantik dan hampir sempurna,,, berarti rianti juga harusx cantik dong. kan Ardi jati hati ma rianti itu karn mirip dgn almarhumah istrinya.
2021-11-11
1
Lia Wildan
dijodohkan sama melati temen kecilnya dr Irwan dan chandra di novel suami kejam
2021-10-30
0