Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Rianti dah Shinta masih sedang bersiap-siap untuk mudik ke kota kelahiran mereka. Sebenarnya cuti mereka di mulai besok, hanya saja mereka memutuskan berangkat sekarang.
Shinta begitu terlihat bersemangat dan antusias mempersiapkan segalanya.
Sedangkan yang dilakukan Rianti hanya tiduran sebelum taksi jemputan mereka tiba.
"Shin, kok firasat aku seharian ini gak enak ya ... aku masih kepikiran soal 500 juta," ucap Rianti dengan posisi masih berbaring di kasur.
"Riri sayang ... aku tuh udah bilang dari kemaren-kemaren kalo mikir jangan kejauhan, ntar gak bisa pulang," sahut Shinta sambil bercanda.
Rianti masih terdiam menatap langi-langit kamarnya.
"Lagian tuh ya, kalo semisal dia orang jahat, kemu pasti udah di uber-uber sama dia. Hari ini kan hari jumat, tanggal jatuh tempo 500 juta. Aku yakin kok kalo dia itu orang baik, orang berpendidikan tinggi gak akan pernah menyalahi aturan. Kamu gak liat tuh titel di belakang namanya aja panjang banget ... trus banyak juga artikel yang aku baca kalo tu orang memang terkenal baik dan dermawan. Ya, setidaknya itu lah yang di katakan Google".
Shinta menjelaskan dengan panjang lebar agar Rianti berhenti khawatir tentang sesuatu yang belum terjadi. Rianti hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan mulai beranjak dari tempat tidur. Ia mulai sedikit merasa tenang, karena yang dikatakan Shinta memang terasa masuk akal.
"Jam berapa nih kita di jemput?" tanya Rianti mencoba mengubah topik pembicaraan.
"Kata supirnya jam 5, bentar lagi mungkin nyampe," sahut Shinta yang sudah selesai mengemas barang bawaannya.
"Barang bawaan kamu mana? Sinih gabungin dengan tas aku, ntar ketinggalan," ujar Shinta lagi. Rianti pun melakukan apa yang Shinta katakan.
Tidak lama kemudian, taksi yang mereka pesan tiba dan merekapun berangkat.
Selama perjalanan Rianti hanya terdiam. Walaupun Shinta mengatakan tidak akan terjadi apa-apa. Tetap saja Ia merasakan firasat buruk yang akan menimpanya karena 500 juta.
Mungkin karena kelelahan keduanya tertidur di dalam taksi hinggaa 2 jam kemudian mereka pun sampai di alamat yang dituju.
Mereka berdua berhenti di depan rumah Rianti.
Rianti terlihat kaget melihat rumah yang biasanya sepi sekarang menjadi ramai. Bahkan ada beberapa mobil mewah yang terparkir di halaman rumah.
"Kok rame banget ya," ucap Rianti sambil mengeluarkan tas mereka dari bagasi mobil.
"Mungkin Ibu kamu ngundang artis dangdut," goda Shinta pada sahabatnya itu.
Candaan Shinta membuat mereka berdua terkekeh geli, dan berjalan perlahan memasuki rumah.
Namun, bukannya melihat artis dangdut melainkan sosok Ardi Mahendra Abbas yang ada di dalam rumah. Refleks Rianti melepaskan tas ransel yang ada di tangannya dan langsung menutup mulutnya yang menganga, sedangkan matanya terbuka lebar.
"Kenapa dia kesini? Apa jangan-jangan dia minta uang perbaikan mobil sama bapak?" bisik Rianti ke telinga Shinta.
Shinta hanya menggeleng dan mengangkat kedua bahunya.
Rianti melihat ke sekeliling, dan melihat Ardi yang tersenyum manis ke arahnya. Tidak seperti terakhir kali, sikapnya berbanding 180 derajat. Rianti juga melihat seorang kakek-kakek yang sedang menatap sendu kepadanya.
Sebenarnya ada apa ini? Kenapa ada banyak tetangga? Trus itu apa yang di atas meja? Kenapa banyak sekali barang dan pakaian yang di bugkus plastik? Dikasih pita pula.
Tiba-tiba Shinta berbisik pelan ke arahnya.
"Ri, ini seperti lamaran."
"Apa? Siapa yang dilamar?"
Flashback
Ardi melihat ayahnya yang sedang duduk di teras sambil membaca koran.
Ardi duduk di kursi dan terdiam. Ia ingin bicara kepada ayahnya namun mulutnya terasa diberi lem.
Akhirnya ia hanya bisa menghembuskan napasnya yang teras berat.
"Kamu kenapa? Apa kamu menyesal telah mengabaikan Melati?" tanya Mahendra kepada anak semata wayangnya itu.
"Apa dia mengadu pada Ayah? Apa keluarganya akan menarik investasi atau apalah untuk mengancam posisi Ayah?"
"Ya gak lah, kamu kira Ayah semiskin itu ... sampai-sampai mau menjual anak sendiri," jawab Mahendra sambil menyeruput kopi di depannya.
"Lalu kenapa Ayah ingin menjodohkan aku dengan melati?"
"Ayah hanya tidak ingin kamu kesepian lagi, ayah rasa 6ll tahun sudah cukup untukmu berduka atas kepergian Stella. Berbahagialah dan lanjutkan hidup. Ayah menjodohkanmu dengan Melati karena dia terlihat sangat ceria dan baik hati, terlebih lagi usia kalian juga tidak jauh berbeda," terang Mahendra
Mehendra meletakkan koran dan menggenggam tangan Ardi.
"Percayalah, Ayah tidak punya niat terselubung kepadamu, niat Ayah murni hanya ingin kamu bahagia. Ayah sudah tua Ardi, setiap saat bisa saja meninggal tanpa peringatan dan aba-aba. Ayah ingin sebelum Ayah mati, Ayah ingin melihatmu bersanding sekali lagi." Terlihat ada air mata di sudut mata Mahendra.
Ardi lagi-lagi mengembuskan nafasnya yang terasa berat.
"Ayah, sebenarnya aku kesini ingin Ayah melamar seorang gadis untukku."
Mahendra yang mendengar pernyataan Ardi merasa sangat senang dan begitu antusias.
Akhirnya Ardi bisa melupakan Stella dan melanjutkan hidup.
"Siapa dia? Bagaimana kau bertemu dengannya? Dan sejak kapan hubungan kalian?"
"Namanya Rianti, dia bekerja di toko baju di dekat sini, ayahnya seorang guru dan ibunya mengurus rumah tangga. Ia punya 5 saudara. Umurnya besok baru genap 18 tahun dan baru 3 hari yang lalu kami bertemu. Tapi aku sudah menunggunya selama 3 tahun," ungkap Ardi jujur kepada ayahnya sambil menyerahkan salah satu foto Rianti yang ia punya.
Mendengar penjelasan itu Mahendra sedikit terkejut dan ada perasaan sedih. Pasalnya umur gadis itu masih 18 tahun dan wajahnya yang mirip dengan Stella menandakan bahwa Ardi masih belum bisa melupakan mendiang menantunya itu.
"Apakah kamu yakin? Apa kamu benar-benar mencintainya? Ayah takut itu hanya obsesimu karena belum bisa melupakan Stella, yang nantinya akan melukai kalian berdua. Terlebih lagi kalau dia sampai tau kenyataannya, pasti dia tidak akan bisa terima dan akan membencimu," ucap Mahendra mecoba meyakinkan anaknya bahwa keputusannya saat ini adalah keputusan yang salah.
"Tidak Ayah, aku sudah yakin akan keputusanku. Aku tidak perduli dengan nanti, konsekuensinya akan aku hadapi nanti. Yang jelas sekarang aku sangat ingin memilikinya. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Selama ini sudah banyak laki-laki yang aku singkirkan demi untuk memilikinya," kata Ardi penuh keyakinan.
Mendengar penuturan Ardi membuat Mahendra berfikiran negatif tentang anak kesayangannya itu.
"Maksud kamu apa? Apa kau membunuh mereka!"
"Tidak ayah. Aku bukan kriminal maupun residivis. Aku hanya mengirim mereka menjauh dari pandangan Rianti. Aku tidak ingin dia diambil orang lain. Dia hanya untukku dan hanya milikku!"
Mahendra hanya menghela napas panjang.
"Baiklah kalau begitu. Kapan kau ingin ayah melamarnya untukmu?.
"Malam ini ayah," jawab Ardi penuh kemantapan.
"Baiklah kalau begitu. kita akan mempersiapkan segalanya sekarang dan akan melamarnya nanti malam."
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Anna Susiana
ternyata begitu yaa.. itu ulah ardi buat menyisihkan tiap laki laki yg dekat dg rianti
2022-04-14
0
Ida Lailamajenun
pantesan dulu Doni ilang diumpetin Ardi toh😂😂
2021-11-02
0
Lia Wildan
ohh ternyata ulah ardi makanya pada hilang saingannya
2021-10-30
0